Aku, Kamu dan Tuhan - 14.

142 14 0
                                    

Dimalam hari, kondisi rumah sangat sunyi hanya terdengar suara jam, cicak dan galon. Ice yang belum tidur hanya duduk diam di ujung kasurnya, Ice melihat kesemua arah kamarnya. "Blaze sudah tidur..., Aku mau kedapur.." Gumam pelan dari Ice, Ice langsung beranjak keluar dari kamarnya.

Dia membuka kenop pintunya dan segera keluar dari kamar dan pergi ke arah dapurnya "Sepi sekali..." Sembari menatap ke arah kanan dan kirinya sambil melipat kedua tangannya didepan dadanya.

Sesampainya di dapur dia hanya berdiam diri didepan meja sebelah kompornya, dia mengambil kursi yang ada di dekat meja makan dan duduk di kursi itu. Mengambil buah dan pisau kecil, lalu Ice mulai memotong buah itu secara perlahan.

"Ice! Apa yang kamu lakukan?!" Teriak sang kakak keduanya Gempa. Ice sontak menghadap kearah Gempa "G-gempa..?" Gagap dia. Gempa menarik lengan Ice secara paksa.

"Kamu ngapain sih?!"

"H-hah..?" Ice menghadap kearah lengannya. Tangannya bergetar, bergetar sangat hebat. Ice tak bisa mengeluarkan sepatah katapun, Gempa yang sedari tadi menggenggam tangan Ice hanya terdiam menatap adiknya itu.

"Aku panggil yang lain." Karena saking paniknya Gempa, Gempa tak sempat memanggilnya satu satu jadi Gempa hanya bisa menelpon ponsel secara group dengan atas nama kakak dan adiknya. Mereka langsung berkumpul didapur, Ice hanya duduk dikursi yang tadi, menundukan kepalanya dan menghela nafas menyesal "Aku kenapa..? Tanganku kotor.. banyak sayatan."

Ternyata Ice tidak sedang memotong buah, tetapi dia sedang menyayat tangannya sendiri dia mencoba untuk bunuh diri. Tetapi Gempa tepat waktu sebelum Ice memotong urat nadi miliknya. Ice hanya memainkan jarinya ketika berada di kumpulan keluarga, Semua orang menatap kearah Ice dengan tatapan heran.

"Ice apa yang mengganjal..?"

"Kamu baik baik saja?"

"Sini Thorn obati!"

'Berisik...' Batin Ice, Ice sedikit kecewa tetapi juga bersyukur. Ternyata dia mencoba bunuh diri tapi dia gagal berkat Gempa memanggilnya, padahal sedikit lagi ujung pisau mendarat pas pada nadinya.

Setelah Ice di obati suasana ruang keluarga menjadi ramai karena berita Ice menyayat nyayat lengannya sendiri, Ice hanya merenung sambil menarik narik ujung bajunya, Ice tidak tau kalau dia bisa sestres ini. Semua pandangan hanya tertuju ke Ice yang terdiam, tatapan mereka seperti tatapan meminta penjelasan atas semua ini. Ice hanya menggelengkan kepalanya tanpa mengeluarkan sepatah kata, Ice tidak tau cara menjelaskan semua ini.

Semuanya hanya menghela nafas "Ayo balik kekamar masing masing, udah larut." Perintah Halilintar, semua hanya mengangguk dan beranjak pergi kekamar. Halilintar yang melihat Ice berdiri dan hendak pergi sontak memanggilnya "Ice!" Ice membeku, dia sedang memikirkan jawaban jawaban dari apa yang akan di tanyakan oleh Halilintar nantinya. Ice membalikan badannya.

"Kenapa?" Tanya Ice dengan tampangnya yang pura pura polos. Lalu Halilintar mengangkat tangannya dan menggerakkannya keatas dan kebawah "Sini." Ucap singkat si Sulung. Ice tidak ada pilihan lain selain mengikuti perkataan kakaknya, karna Ice tidak mau cari masalah dengan Halilintar.

Ice duduk sedikit menjauh dari Halilintar, Halilintar tampak bingung dengan adiknya lalu berucap "Sini, ngapain jauh-jauh?" Ice lalu menghela nafas pasrah dan beranjak duduk mendekati si Sulung.

"Kenapa? Cari mati?" Pertanyaan itu memancing perhatian Ice, mata Ice terasa panas serasa kapan saja dia akan mengeluarkan cairan bening dari kedua kelopak matanya itu. Ice menghela nafas dan merenung, dia kembali menarik narik ujung bajunya lagi. Lalu berhenti, Ice tersenyum...

"Iya." Seraya menghadap ke arah Halilintar. "Iya bang." Air matanya lolos dari kedua kelopak matanya, Ice sudah tak tahan lagi. Dia menangis sesegukan di depan kakaknya.

"Kamu taukan? Kalau bunuh diri itu ga di bolehin Tuhan?" Kata Halilintar seraya mengusapkan tangannya ke punggung adiknya itu. "Ta-tapi-" Sebelum Ice menyelesaikan perkataanya Halilintar sudah meletakan jari telunjuknya didepan mulut Ice.

"Kamu kira, Kalau kamu mati masalah bakal selesai? Tuhan ga suka hal hal yang membawa kematian."

"Bang Hali. Emangnya Tuhan masih anggap aku Hambanya?-" Ice terdiam lalu Ice menarik nafas pelan sebelum dia melanjutkan "-Aku udah bunuh Taufan yang termasuk hamba Tuhan." Halilintar tersenyum lalu mengacak acak rambut adiknya.

"Apaan si, Bang?!"

"Overthinking mulu kamu. Udah, kamu sholat terus mintamaaf keTuhan. Maaf dengan rasa ikhlas ya, jangan terpaksa, kalau terpaksa Tuhan ga terima kata maafmu..-" Halilintar menjeda untuk menarik nafas "Aku tau kamu salah, Tapi Taufan juga salah. Sudahlah, kamu udah sholat Isya'?" Ice menggelengkan kepalanya.

"Temani aku ya?" Ucap Ice lalu di angguki oleh Halilintar "Boleh, Kamu jangan lupa minta maaf ya? Ini aib kamu. Cuma aku, kamu dan Tuhan yang tau. Sama-sama kita jaga sampai waktu yang memberi tau." Mereka berdua tertawa kecil lalu beranjak untuk Ibadah. Halilintar yang menemani Ice sholat dan melihat Ice menangis dalam doanya.

'Dia benar-benar meminta maaf.'



End.

- Impostor 。 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang