Miris - 16.

131 13 0
                                    

Perginya Ice tidak membuat perkumpulan keluarga di hentikan, hal itu sudah menjadi rutinitas keluarga Almaraja. Walaupun begitu, suasana rumah tetap suram seperti biasanya, hal itu karena 2 alasan. Kepergian Ice jadi Blaze kesepian, dan Kepergian Taufan yang membuat TTM semakin terpuruk.

Dari seluruh mata anggota keluarga Almaraja terlihat kosong, tidak ada kehidupan, selain Solar. Walaupun matanya tak terlihat seperti yang lainnya, tapi bisa di yakinkan kalau dia juga sedang mengalami sedih yang luar biasa.

Tidak ada yang menyadari dari tindakan bodoh yang di lakukan Solar. Hal yang di lakukan pada perkumpulan itu hanya menunduk, memainkan jari, menarik narik ujung baju, dan bermain ponsel. Tidak ada yang berani dan tidak ada yang mau mengangkat suara, suasana sangat canggung tetapi mereka berada didunia mereka masing masing, 'kan?

Solar melirik ke arah Gempa, Gempa hanya menunduk sambil gumam gumam kecil, saking kecilnya Halilintar yang berada di sebelahnya tak mendengar itu, imut kali ya suaranya? Solar mengalihkan lirikannya ke arah Halilintar, dia hanya diam. Menatap lurus ke arah depan melipat kedua tangannya di depan dada, tangannya terlihat seperti mencengkram kencang masing masing lengannya, malangnya..

Solar yang hendak melirik ke arah Blaze terhenti, ketika paha kakinya dipukul lirih oleh kakak yang di dekatnya Thorn.

"Sudahlah, ngapain kamu ngelihatin mereka kaya gitu? Kaya polisi aja." Gumam Thorn yang bisa mendengar itu hanya Solar, lainnya tidak bisa– bukannya tidak bisa, tapi gamau. Solar hanya menghela nafas pasrah, jujur Solar ingin sekali mengaku. Tapi dia juga takut kalau dia akan di bunuh oleh kakak kakaknya.

— — —

Sekarang, akan ku jelaskan kondisi Blaze sama Thorn ya? Kondisi Blaze sekarang bisa di bilang sudah masuk tahap gila. Tangan dia kotor bahkan sampai ke kakinya, dia hanya menutupi mukanya sambil berkata 'salahku' dan mengulangi kata kata itu terus menerus, Poor Blaze.. Kalau Thorn? Sulit untuk di jelaskan. Mata dia terlihat mati, tetapi dia masih bisa tersenyum akan hal apapun yang dia lewati, mau sakit ataupun pedih, ekspresi dia tetap sama.

Secara fisik, Thorn masuk dalam golongan 'masih bersih' hanya terdapat sedikit luka, itupun luka karna kecerobohan dia. Hal yang menjadi ciri khas Thorn masih ada, mau seberat apapun yang dia lewati, jujur ga habis pikir sama jalan pikir Thorn ini. Tapikan aku authornya? Sudahlah.

— — —

Bintang terlihat terang malam ini, bisa di lihat juga, bintang sangat banyak malam ini. Andai saja kondisi mereka seperti bintang itu. Hangat, Tertawa bersama, Mengobrol dan lainnya. Sekarang yang mereka bisa lakukan hanya merenung menundukkan kepalanya.

Sekarang mereka di kamar masing masing, setelah sekian lama perkumpulan itu berlangsung yang terdengar hanya angin lewat, suara jam dinding, bunyi galon, dan suara cicak. Diem dieman bae? Iye, semuanya merasa bersalah. Terutama Halilintar, dia merasa gagal menjadi anak pertama sekaligus kepala keluarga.

Kita kekamar si temperatur dulu, Blaze.

Haah.. sudah biasa, dia melanjutkan kegiatannya. Barcode sudah menjadi tradisi dia setiap di kamar sendirian, tetapi karna sekarang dia selalu sendirian di kamar, kegiatan dia hanya itu itu saja. Barcode, makan, mandi, ngalamun, bentur benturin kepala ke tembok, nangis, tidur. Itu itu aja, kadang Gempa yang masuk ke kamar Blaze terheran heran. Tembok penuh dengan bercak darah, seprei ada bekas darah, kamar berantakan. Gempa selalu terheran heran, kamar kaya kapal pecah kok betah dihuni?

Kamar Blaze selalu dalam keadaan gelap, kaya mati lampu / ga ada lampunya, gelap banget. Lampu kecilpun tidak di nyalakan oleh Blaze. Blaze sepertinya sudah jauh dari Tuhan, dia selalu lupa waktu walaupun jarang sekali memegang ponselnya itu.

Sekarang kekamar duo sulung, Halilintar dan Gempa.

Kamar mereka tetap bersih dan rapi, semua itu berkat Gempa, si mamah dalam keluarga. Ga ada yang aneh aneh selama di bawah kendali Gempa, semuanya aman. Termasuk Halilintar, dia aman tangannya masih bersih, walaupun karena kejadian ini dia sudah jarang sekali makan. 1x sehari atau lebih parahnya ga sama sekali. 'ga mood' Halilintar selalu mengandalkan alasan itu didepan Gempa, jujur kalau Gempa mau bodo amat sama kakaknya itu dia bakal bodo amat. Tapi dia itu kakaknya.

Gempa baik baik saja, walaupun dia terlihat seperti mayat hidup– bukan hanya dia, semuanya seperti mayat hidup. Tetapi Gempa tetap melaksanakan apa yang biasa dia laksanakan, Gempa masih sayang sama keluarga Almaraja ini.

Ayo ke duo bontot! Thorn dan Solar.

"Bang Thorn.. kira kira mereka baik baik aja ga ya?" Thorn hanya bisa menghadap ke arah Solar sedikit kaget. Jarang sekali Solar memanggilnya 'bang' biasanya dia memanggil dengan Thornie atau Cil yang padahal mereka hanya beda 5 menit dan Thorn duluan sebelum Solar.

"Aku harap, baik baik saja." Sambil tersenyum manis kearah Solar, dia masih tak percaya kalau adiknya itu memanggil dia 'bang'. Di balas anggukan dari Solar sambil memainkan ponselnya dan Thorn yang memainkan dedaunan dari tumbuhan yang dia miliki.

Keduanya dalam keadaan normal walaupun mentalnya jatuh jauh sekali, sakit rasanya sakit.

"Bang Blaze bakal baik baik aja ga?"

"Maksudmu gimana sol?"

"Kamu lihat keadaan dia kan?"

"...A–" Tak sempat Thorn menjawab Pertanyaan Solar, Solar langsung memotong.

"Kayanya sakit banget jadi Bang Blaze."

...

"Emang sakit." Mendengar jawaban Thorn, Solar hanya tersenyum kecil sambil melihat kearah Thorn. Lalu Solar turun untuk menidurkan kepalanya di paha Thorn, lalu memejamkan kedua matanya.

 Lalu Solar turun untuk menidurkan kepalanya di paha Thorn, lalu memejamkan kedua matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

"Maaf."

"Maksudmu?"

"Ga ada."


End.

- Impostor 。 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang