Menyusul - 22.

122 13 0
                                    

Sekarang hidup Solar bergantung dengan Blaze karena perjanjian yang di katakan oleh Blaze, Blaze tak keberatan dengan hal ini, dia suka ketika ada adiknya yang menganggap dia lebih dari sekedar kakak kandung. Malam harinya, malam itu malam yang sunyi, sudah kebiasaan Blaze dan Solar untuk mengunjungi satu sama lain, mau Blaze yang kekamar Solar atau Solar yang kekamar Blaze. Sekarang Solar berada dikamar tidur milik Blaze, Solar terlihat terlelap dipelukan kakaknya, sementara Blaze membelai rambut halus adiknya itu.

"WAAA!" Teriak Solar bersamaan dengan mendudukan badannya karena kaget, Blaze tentu juga kaget tapi dia tetap diam hanya matanya yang membulat kaget.

"Lar?" Panggilnya, Solar menatap kakaknya panik dan langsung mendekatkan badannya kekakak dan menyembunyikan mukanya itu "T- takut..." Ucapnya, Blaze hanya bisa membelai rambut Solar karena belum ada penjelasan rinci dari Solar, kenapa Solar takut? Ada apa dimimpinya? Pertanyaan itu berputar dikepalanya.

"Kenapa?" Blaze mengangkat kekepala Solar untuk menatap kakaknya "Coba jelasin..." Lanjut Blaze mengucapkan dengan nada lembut. Badan Solar bergetar, mulutnya berusaha untuk berbicara jelas, ah... sulitnya. Air mata sedikit demi sedikit lolos dari kelopak matanya, sulit sekali, padahal tinggal cerita.

Solar Dreams.

'Solar!'

'Solar!!'

"Solar! Hati-hati!" Ucap 'Thorn' dalam mimpinya, didalam mimpi yang gelap Solat hanya terduduk lemas, tak memiliki energi untuk bergerak ataupun berbicara. Waktu berjalan lambat, Thorn juga bergerak lambat layaknya tak bergerak sama sekali. Solar hanya terdiam menatap kearah kedua telapak tangannya... merah? amis? darah?

Solar menatap kearah kakaknya itu, masih dalam gerakan lambat dia mencoba meraihnya tetapi–

JLEB!

— End of Solar Dreams.

"A- aku mati..." Badannya masih bergetar hebat dan masih berada didekapan kakaknya, Blaze justru hanya terdiam "M- mati?" Ucapnya, tangan Blaze ikut merinding, Blaze tidak bisa berpikir jernih lagi, mati? ga masuk akal banget.

"U- udah ya? Ga akan kok! Nanti Blaze jaga kamu!" Ucapnya dengan nada semangat, semangat menerima kenyataan. Faktanya itu peringatan penting bagi mereka berdua, ini artinya mereka harus saling menjaga, jika tidak ke Solar kematian ini akan pergi ke Blaze.

Blaze mengambil ponselnya yang berada dimeja sebelah kasurnya lalu membuka ponselnya, dia mencari aplikasi hijau bukan goek tapi waap. "Gempa gempa gempa..." Gumamnya sambil mencari kontak kakaknya itu "ini!" Dia menekan kontaknya dan memberi pesan kekakaknya itu.

Mas Gempa.

Mas! Masih bangun ga?!|
23.12 ✓

"S-sial!" Dia meletakan ponselnya disembarang tempat, Gempa sudah tertidur dan pastinya Halilintar juga karena mereka memiliki konsep 'kamu tidur aku juga tidur' konsep apaan coba. "L- lar? Kamu tidur lagi bisa?" Ucapnya dengan nada pelan, dan pastinya jawaban Solar gelengan, siapa sih yang mau ngelanjutin mimpi aneh kaya gitu?

"U- uhm... Kalo Blaze suruh kamu balik ke kamarmu, gapapa 'kan, ya?" Tanyanya ke Solar, Solar hanya diam dan perlahan-lahan mundur dari dekapan Blaze, dan mengangguk pelan. "B- baiklah... Aku balik kekamar..." Ucapnya pelan, Blaze menghela nafas lega, ternyata adiknya masih mau ketika disuruh kembali kekamarnya, syukurlah.

Setelah Solar keluar dari kamar Blaze dan meninggalkan Blaze sendirian, Blaze hanya bisa merenung, meringkuk. "Sakit, semua ini penyakit, ga bakal ada ujungnya." Gumamnya sebelum dia merebahkan badannya, dia menghela nafas pasrah lalu mencoba untuk menutup matanya, tak lama dia terlelap.

— Blaze Dream.

Sunyi, sepi, tak lama ada suara langkah kaki mendekat kearah Blaze, Blaze hanya menghela nafas pelan dan menghadap kearah sumber suara.

"S- solar?" Solar yang didepannya dengan raut wajah kesal.

"Salahmu!" Ucapnya. Mata Blaze membulat mendengar kata kata itu, salahku? apa? "Semuanya salahmu, Blaze!" Solar melanjutkan ucapannya, Blaze semakin terdiam dengan apa yang di katakan Solar, apa-apaan? Semua itu tak masuk dalam pikiran Blaze, semuanya berputar tanpa tujuan yang jelas. Yang seharusnya hanya didengar tetapi Blaze masukan hati perkataan itu.

"M- maksudmu apa, Lar!"

"Bukannya semua ini sudah jelas! Kamu sumbernya!" Blaze membisu, aku? sumber semua ini? aku ngapain? aku ga ngapa ngapain? aku ga pernah ada niatan buat bunuh anggota keluargaku? Kata kata itu terus berlinang deras dipikiran Blaze "Jelaskan! Apa maksud dari semua ini Blaze!" Ucap Solar, Blaze menundukan kepalanya tak lama air mata melinang melewati pipinya, sialan.

"Aku gatau!"

"Explain it!"

"Aku gatau apa-apa!"

Telapak tangan menepuk pundak Solar, Solar tetap berada diposisinya tetapi dia hanya terdiam di momen itu. "Apa?" Ucap Solar ke Orang itu. "Berlebihan." Jawabnya orang itu.

"G- Gem?"

"Hm?"

Ah, yang benar saja. Itu benar benar Gempa, Blaze kembali tak bisa mengatakan apa apa. "Brengsek..." Gumanya di iringi dengan air mata yang lolos turun dari kelopak matanya, dia berusaha untuk menyembunyikan mukanya, gagal. Gempa tersenyum tipis.

"Jaga dirimu."

...

Solar terdiam sejenak menatap Gempa, tak lama senyuman terlukis di wajahnya lalu memandang melas ke Blaze.

"Kita pulang dulu."

⇢ ˗ˏˋ  🔖  ࿐ྂ

Ꮚ — Enrico Almaraja Solar — Ꮚ&Ꮚ — Mahadewa Almaraja Gempa — Ꮚ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ꮚ — Enrico Almaraja Solar — Ꮚ
&
Ꮚ — Mahadewa Almaraja Gempa — Ꮚ

"Tenanglah disana, Sekarang kamu tak perlu menanggung banyak beban."

"Selamat untuk Solar dan Gempa, rindu mereka telah terbayar."

"Terimakasih telah bertahan."

End.

- Impostor 。 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang