Canda dan tawa kembali hadir dalam lingkup keluarga Almaraja. Suasana rumah menjadi hangat kembali, mereka sadar ketidak hadirannya Taufan dan Ice didunia ini tidak membuat dunia mereka hancur. Mereka harus menerima kenyataan dari semua ini dan menerima kepergian Taufan dan Ice sebagai ajal yang menjemput mereka.
"Blazee! Dimana botol lab ku?!" Ucap Solar sembari mengejar Blaze yang melarikan diri dari Solar.
"Tak tauu~" Jawab Blaze dengan nada mengejek, mereka kejar kejaran. Tidak ada sudut rumah yang tidak dilewati keduanya, duo sulung hanya tertawa melihat tingkah kedua adiknya sedangkan Thorn hanya menggelengkan kepalanya.
—˚ ༘♡ ·˚ ₊˚ˑ༄ؘ —
5 tahun berlalu, kondisi rumah masih sama seperti 5 tahun yang lalu, hangat dan ramai.
— 12 Januari 2029.
Malam hari bulan sangat terang, keluarga Almaraja telah tertidur di kamar mereka masing-masing termasuk Blaze. Blaze yang tengah tidur nyenyak mendapatkan peringatan dari mimpinya.
— Blaze dream.
Wushh... Brak!
"Aw! Sakit!" Dia mimpi jatuh dari ketinggian, Blaze mendudukan badannya dan melihat ke sekelilingnya. Gelap, sunyi, hampa, tetapi tempat itu sangat luas. Rasanya Blaze seperti berada di ladang rumput pada malam hari.
"Gelap banget.." Suara itu bergema, berarti Blaze berada di ruangan tertutup, dimana?
...
"Halo lagi."
"H- hah?" Antara kaget dan heran, sosok itu terlihat terang sekali. Susah untuk di lihat, Blaze memicingkan matanya agar terlihat siapa sosok itu.
"Jaga adikmu ya?" Sosok itu tersenyum.
"... I- ice?" Tangannya berangan-angan untuk mencapai sosok itu.
"Iya?" Seketika sosok itu terlihat jelas di mata Blaze, benar itu Ice. Tetapi sosok yang di sebelah kanannya masih terlihat terang.
Tak lama muncul 1 sosok lagi, sosok tersebut berwarna merah pekat. Blaze tentu bingung, pikiran dia kacau.
'Tiga..? Ada lagi..?'
"Ya, kamu telat Blaze." Sosok yang di sebelah kanannya sekarang terlihat jelas, Taufan. Taufan mendekati Blaze, tepat saat Taufan berada di depannya Taufan tak segan-segan menampar kencang pada pipi Blaze.
"S- sak–"
"Dia mati, Bangunlah." Mata Blaze membulat, tak percaya apa yang di ucapkan pada Taufan, Mati? Siapa?
"S- siap–" tak sempat dia berkata, keduanya pergi secara bergantian dan menyisakan sosok berwarna merah pekat.
Sosok itu mendekati Blaze dan menaruh jari telunjuknya di bibir Blaze. Pastinya Blaze heran, dia menghadap ke arah jari itu lalu beralih ke muka sosok itu.
'Hah?..' Dia (Blaze) memancingkan matanya lagi.
'Jaga mereka, aku percaya kamu' Suara itu tak terdengar, tetapi Blaze tau karena gerak mulut dari sosok itu. Lalu sosok itu menjauhkan jarinya dari bibir Blaze.
"Si- siapa lo..?" Sosok itu menggenggam erat bahu Blaze dan memandang kasihan pada Blaze.
"Nanti kamu tau."
"J- jangan pandang gue kaya itu.."
"Maaf, aku hanya merasakan sedih ketika melihat kamu." Dia membelai rambut halus Blaze, tentu Blaze makin heran. Sedih? Pas lihat gue? Emang gue kenapa?
"Baiklah." Ucap sosok itu, Blaze makin bingung pastinya. Sosok itu jongkok di hadapan Blaze dan menyentuh bagian dada Blaze.
"Sampai jumpa di kehidupan selanjutnya."
"Ha-" Sosok itu langsung mendorong kencang tubuh Blaze, rasanya seperti dia jatuh lagi.
...
— Off From Blaze Dream.
"WAA!!" Teriak reflek dia, nafas dia terengah-engah. Seperti dia berada di tempat yang tidak ada oksigen, keringat mengalir seperti keran air yang dibuka.
"S- siapa..?" Blaze berlagak seperti mencari sesuatu, kanan, kiri, atas, bawah, atas, bawah slebew. Aneh ni author.
"Ga ada..." Dia menundukan kepalanya lalu memegangi kepalanya "Aduh... Sakit banget..." Dia mengusap kasar kepalanya, lalu mendudukan badannya.
"Apa apaan tadi...? Telat...?" Blaze mengulurkan kedua tangannya kedepan dan terdiam.
"Apa apaan..." Sadar tak sadar air mata mulai menetes dari kelopak matanya, Blaze hanya terdiam sambil melihat air mata yang ada dikedua telapak tangannya. Lalu dia menutup mukanya dengan kedua telapak tangannya.
"Kita ketemu lagi..." Ucapnya sembari menangis sesenggukan. Susah sekali, sudah 5 tahun yang lalu dia tidak bertemu lagi, sekarang? Mereka bertemu dan di buat penasaran oleh Ice dan Taufan serta??? Sosok merah pekat? Itulah.
Blaze menurunkan tangannya dan hendak pergi keluar kamar, kedua kakinya serasa sangat lemas. Dia mengayunkan kedua kakinya ketika sudah diturunkan dari tempat tidurnya.
"Kangenku terbayar... 'kan?" Dia menghentikan ayunan kakinya. Lalu berdiri dan mengambil kunci pintu kamarnya, sebelum dia beranjak keluar kamar dia melihat ke ranjang Ice.
... Dia kembali menghadap ke arah kunci kamarnya dan menggenggamnya dengan erat. "Sepertinya tidak." Blaze menghela nafas panjang, berat sekali menerima semua ini kembali. Blaze sudah menerima kepergian Blaze dan Taufan, tetapi mereka bertemu lagi dimimpinya, sakit.
Dia membuka kunci pintu kamarnya keluar dari kamar dan menutup kembali pintunya. Blaze beranjak pergi kedapur, dia hanya berniatan minum segelas air dan kembali kekamarnya lagi. Sepertinya itu tertunda setelah dia minum dia pergi keruang keluarga dan duduk di sofanya. Dia mengangkat kakinya kedepan, meringkuk dan mengambil bantal sofa.
"Siapa yang mati..?" Gumam dia sembari menutupi mukanya dengan bantal sofa. Lalu dia menidurkan kepalanya dipunggung sofa dan mengusap kasar kepalanya. "Pusing sekali."
'Hey, kamu tidak ada niatan mencari aku?' Sontak Blaze berdiri dari duduknya dan melihat ke arah sekitarnya, gelap hanya lampu kecil yang menyala.
"S- siapa!" Sunyi dan hening, tidak ada yang menjawab. Dia tetap mencari orang yang mengucapkan kata kata itu, kanan, kiri, nihil.
"Hiih! Merinding gue!" Blaze lari kekamarnya dan mengunci pintunya.
'Memang ga ada niatan ternyata.'
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
- Impostor 。 [End]
General FictionAttention! 🎐 - mister - horror? - Boboiboy milik Monsta! - death wrn - ooc - harsh word - typo bertebaran - bad English Jadi ini cuma cerita khayalan dari author doang, jangan di sangkut paut kan dengan official nya ya!! Setiap bab berbeda beda, b...