BonChap.

123 11 0
                                    

Angin malam ini sangat dingin, Blaze masih menggunakan bajunya yang masih ada bercak darahnya. Blaze tak peduli, lagi pula jam sudah menunjukan pukul 00:36 malam, siapa yang berkeliaran tak jelas dijam segitu? Selain Blaze. Blaze duduk dipinggir laut yang damai, ombak saling bergantian menabrak bebatuan besar dibawahnya.

Ia mengayunkan kakinya dan memeluk erat boneka yang ia bawa dan menggantungkan kacamata di kerah bajunya, boneka yang Blaze peluk itu milik Ice, sedangkan kacamatanya milik Solar. Mengapa Blaze membawa benda itu? Karena hanya itu yang berharga menurut dia.

Disaat dia merasa dianggap dan merasa ada dikeluarga, itu karena mereka berdua. Ice selalu menganggap Blaze sebagai kakak dan kembaran yang hebat, dan Solar yang menganggap Blaze sebagai rumah kedua setelah rumah pertamanya pergi.

"Setelah semua yang Tuhan ambil dari lo, hal itu ga bakal bisa kembali ke lo. Maupun lo memohon-mohon ke Tuhan juga, Tuhan ga akan ngembaliin hal yang udah Ia ambil." Monolog Blaze sembari menekan-nekan pelukan pada boneka yang ada didekapannya.

Boleh jujur? Blaze masih tidak terima atas kepergian kakak dan adiknya, selain si Sulung anak pertama. Setiap Blaze tak sengaja memikirkan nama si Sulung rasanya dia ingin membakar orang itu didepan banyak orang lalu berteriak

"DIALAH SANG DALANG DARI SELURUH KEJADIAN GOBLOK DAN ANEH YANG ADA DI KELUARGA ALMARAJA. DIA YANG PALING PANTAS MATI DIBANDING ANGGOTA YANG LAINNYA."

Tapi dia berpikir lagi, kan Halilintar sudah mati ditangannya, mengapa dia ingin membakar si Sulung? Blaze mengangkat tinggi boneka paus yang ia peluk sedari tadi "Ice, disana asik ga?" Ujarnya sembari menggoyangkan boneka tersebut, pastinya tidak ada jawaban. Hanya Blaze yang berharap boneka itu berbicara dan menjawab pertanyaan bodoh darinya.

Blaze menghela nafas lelah lalu menyisihkan boneka tersebut, ia mengambil kacamata yang ada di kerah bajunya, kacamata visor milik Solar. Ia memakai kacamata itu "Wowoo~ isinya kuning semua gini, kok si Solar betah ya?" Ucap Blaze mengulurkan tangannya kearah depan untuk melihat, seberapa 'kuning'nya kacamata milik Solar itu.

"Sayangnya ada bagian yang retak. Huh... Jadi sedih." Monolog Blaze bersamaan melepas kacamata milik Solar dari wajahnya dan mengusap-usap kacanya menggunakan jarinya. Blaze meletakan kacamata tersebut dan langsung lompat kebawah dimana itu berisi pasir laut, Blaze berjalan perlahan kearah air laut. Air laut sedikit demi sedikit mulai menabrak kaki Blaze, dingin batin Blaze.

"Ternyata midnight beach ga seburuk itu, tenang pula." Gumam Blaze sedikit menendang-nendangkan kakinya ke air, air itu bergerak mengikuti pergerakan kaki Blaze. Sepertinya Blaze mulai terbawa suasana, ia terdengar seperti bersenandung kecil

"Dengar laraku~

Suara hati ini memanggil namamu~

Karna separuh

Aku...

Dirimu..."

🎵 : Separuh Aku — Noah.

— ٠⊹ • 🌊 • ⊹𓂅 —

Ia berputar kecil di genangan air yang ia lewati, seperti ada yang mengajaknya bermain di putaran yang ia buat. Ia bermain tak jauh-jauh dari tempat yang ia duduki sebelumnya, tetapi tak ia sadari Aurora dari kejauhan melihat hal yang dilakukan Blaze di pinggir laut itu. Ia tersenyum "Dia kalah." Monolognya sebelum pergi meninggalkan Blaze sendirian ditempat itu.

- Impostor 。 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang