Dari celah jendela, cahaya sang surya menyusup masuk ke dalam ruangan. Seorang pria merangkul tunangannya dengan erat, tak ingin melepaskan dalam suasana dingin dari pengaruh AC. Ia ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama di atas kasur, dalam kedamaian yang semakin terasa.
Namun, semalaman Mina terjaga dari tidurnya, membiarkan kegelisahan merajai pikirannya. Hari demi hari, ia semakin tak nyaman dengan tunangannya, dan tubuhnya pun terus bergelut dengan rasa sakit.
Mina mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya, namun Yuta menahannya, tak ingin Mina melangkah ke dalam gelap yang menyelimuti. "Aku bikin sarapan dulu" Perempuan itu masih berusaha untuk melepaskan pelukan Yuta tapi masih tetap ditahan.
"Yuta, aku laper! Udahlah kita bukan pasangan ABG yang kalo ketemu mesti spending time seharian dipake buat cuddling" Mina melepas paksa pelukan tunangannya tersebut dan bangkit dari tempat tidur. Ia meraih pakaiannya satu persatu mulai dari celana sampai baju yang tergeletak sembarang.
"Aku udah reservasi, nanti malam kita makan sama keluarga aku. Kamu juga katanya jarang tengokin kaka aku ya? Jangan engga tahu diri gitu lah" Mina memejamkan matanya. Sepagi ini, Mina dihadapkan dengan kata-kata jahat yang keluar dari mulut beracun Yuta.
Mina melangkah keluar dari kamar, dan Yuta terus memandanginya seolah tak ingin melepaskannya. Pria itu terburu-buru bangkit dari tempat tidurnya dan menghampiri Mina dengan langkah tergesa-gesa. Ketika Mina sedang berdiri di depan kulkas, Yuta menariknya perlahan, namun cukup kuat untuk membuatnya tersentak.
"Kamu ada baju turtle neck ,kan? Kalo engga ada kita beli dulu" Yuta memandangi leher Mina. Ia terkejut ketika melihat bekas cekikannya semalam, walaupun samar.
"Engga usah, aku mau pake shoulders off sekalian biar orangtua kamu tau kalo anak mereka tuh abusive" Yuta memeluk Mina. Pria itu lepas kendali saat beradu argumen dengan Mina semalam dan hal itu sudah biasa terjadi.
"Aku kan udah minta maaf" ucap Yuta mengecup halus pundak Mina.
"Ck basi. Mau sarapan apa?" pria melepaskan pelukannya dan berjalan menuju kamar mandi.
"Toast sama kopi, dari cangkir yang biasa aku pake" Mina memutarkan bola matanya, sedangkan si pria hanya tersenyum miring sambil terkekeh. Yuta selalu mengucapkan kalimat itu sebagai sindiran kepada Mina karena dulu, Mina pernah mengucapkan hal serupa pada Chaeyoung dalam sebuah pesan. Yuta yang cemburu membaca pesan tersebut dan menyebabkan ketidakharmonisan antara Mina dan Chaeyoung. Untuk beberapa alasan Yuta sangat membenci Chaeyoung.
Mina membuang nafas panjang. Andai saja Mina mampu menyederhanakan keadaannya dengan Yuta, mungkin kini ia bisa hidup seperti dulu kala. Tak harus selalu bersembunyi, dan dusta tak lagi menyelimuti bibirnya. Namun takdir tak bisa disangkal, serta ketakutan membelenggunya.
"Nayeon masih suka nginep disini? Jangan banyak gaul sama dia lah, nanti ketularan gila kayak dia"
"Engga"
"Terus kamu pake sikat gigi dua?"
"Iya, waktu itu dia nginep terus keting– Yuta, dia sepupu kamu sendiri!" Dengan suara yang tegas, Mina menatap Yuta dengan mata terbelalak. Kehadiran Yuta yang meributkan pagi ini tentu tidak disukai oleh Mina.
"Ya gue cuma nanya doang, gaboleh?" Yuta berucap sambil berjalan menuju meja makan.
"Yuta, Please! It's still early to ruin my mood" Mina menggerutu kesal.
"Oh iya, selasa transfer ke Dahyun buat apa? Mana gede banget lagi, gue kasih duit bukan buat dipake foya-foya ngasih ke temen lo ya!" Mina memejamkan matanya, Yuta pasti mengecek mutasi rekeningnya saat Mina sedang di kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti-Hero
Fanfiction(((Completed))) ⚠️⚠️⚠️⚠️Warning! This story contains adult content and harash word. Please be wise in your reading choices⚠️⚠️⚠️⚠️ !!!!!!!!!!!Besides fanfiction, this story is also an angst story.!!!!!!!!!! Setelah kepergian keluarganya yang tragis...