Gelisah menghampiri Chaeyoung. Selama tiga hari terakhir, Sana tak kunjung menemuinya atau memberikan kabar padanya. Begitu pula dengan Mina, yang tak akan ia temui kecuali pada akhir pekan. Chaeyoung tak pernah berpikir untuk meminta Mina menemaninya ketika Sana tidak ada. Ia membutuhkan waktu untuk sendiri, meredakan kegelisahannya dan menguatkan hatinya. Meski terdengar egois, namun Chaeyoung merasa bingung dengan dirinya sendiri.
Di tengah kedamaian ruangan, Dahyun menghampiri Chaeyoung sambil menawarkan sereal yang dia buat untuk sepupunya.
"Makan aja yang ada, gue males beli bubur ke depan komplek," Dahyun memandang Chaeyoung dengan penuh perhatian, memastikan bahwa sepupunya itu akan menikmati makanan yang telah disiapkannya.
Chaeyoung tersenyum kecil menanggapi tawaran dari Dahyun "Seenggaknya masih ada lo yang mikirin gue," ucap Chaeyoung dengan lembut.
Dahyun mendelik dan duduk di samping Chaeyoung. Keduanya mulai menyantap sarapan mereka, "Semua orang peduli kali sama lo, apalagi Sana. Cuma lo aja yang pengennya diperhatiin Mina" Seolah-olah dikejutkan oleh kalimat yang tiba-tiba keluar dari mulut sepupunya, tatapan Chaeyoung beralih ke Dahyun,
"Hah?"
Dalam menghadapi kedok polos Chaeyoung, Dahyun memilih untuk cepat-cepat menyelesaikan sarapannya dan bersiap untuk bekerja. "Lo sadar engga dari dulu sumber masalah lo itu Mina?" Dahyun, sengaja mencetuskan kalimat yang pasti akan memancing kemarahan Chaeyoung. Namun, Dahyun juga merasa kesal melihat Chaeyoung yang tak mampu mengambil keputusan dengan tegas.
Chaeyoung merasa terkejut dengan ucapan Dahyun yang tiba-tiba. Ia merasa marah dan tidak mengerti mengapa Dahyun bisa mengatakan hal seperti itu. Namun, di dalam hatinya, Chaeyoung tahu bahwa apa yang dikatakan Dahyun itu benar. Kalau di pikir-pikir Mina memang menjadi sumber masalah dalam kehidupan mereka akhir-akhir ini.
"Bener kata Momo, lo ga bakalan berhasil jalanin hubungan sama siapapun kalo masih angin-anginan dan ini bukan sekali dua kali kan, Chaeng?" Chaeyoung mengerutkan alisnya ketika mendengar nama itu disebut. Benar Momo dan Chaeyoung tidak terlalu akrab dan kini ia paham mungkin itu alasan Momo tidak menyukainya
Namun, Chaeyoung merasa sulit untuk mengambil keputusan dengan tegas karena ia merasa terjebak dalam perasaan yang rumit terhadap Mina. Chaeyoung selalu merasa takut kehilangan Mina.
"Listen! She can't take care of you like Sana does! Dia cuma pengen perhatian lo doang, dia cuma engga suka orang yang biasa musatin perhatiannya ke dia terus tiba-tiba berpaling ke orang lain" Seperti nyala api yang membara, kemarahan melanda Chaeyoung saat mendengar kata-kata buruk yang diucapkan Dahyun tentang Mina.
Chaeyoung memahami dan tidak mengherankan jika Dahyun mengungkapkan hal tersebut. Mina selalu meminta maaf ketika ia terlibat dalam hubungan dengan pria lain, kemudian datang kepada Chaeyoung seolah-olah tidak pernah melakukan kesalahan. Chaeyoung menerima dengan senang hati, namun ketika perhatian Chaeyoung teralihkan dari Mina, perempuan itu akan merasa terganggu.
Seperti sang penari yang tersesat dalam gerakannya, Chaeyoung terombang-ambing di antara kebingungan. Ada hati yang menginginkan kedatangan Mina dengan tangan terbuka, namun ada hati lain yang tak sanggup ia lepaskan, yaitu Sana. Meski perjalanan Chaeyoung dan Sana belum lama, namun kehadirannya mampu mengubah kegelapan di dalam jiwa Chaeyoung, membawa cahaya ke dalam kehampaan. Dampaknya terasa pada kemajuan mentalitas dan emosional Chaeyoung, seperti memperkuat tekadnya untuk terus maju berkembang.
Namun di sisi lain, saat ia mendengar janji Mina, Chaeyoung merasa terjebak dalam dilema yang sulit untuk dipecahkan. Dia merasa terbagi antara cinta dan keinginan untuk mencari pengalaman baru, yaitu meninggalkan semuanya dan memulai kehidupan baru bersama Mina.
"Percaya sama gue, satu-persatu orang bakalan pergi kalo lo akhirnya milih Mina" Dahyun menegaskan jika Chaeyoung akhirnya melepaskan Sana maka akan banyak konsekuensi dan kerugian yang akan menimpanya , "Hyun, udah!" sergah Chaeyoung dengan nada tidak ramah.
"Itu kan janji Mina sama lo? Satu-persatu orang ninggalin kalian dan itu juga kan yang kalian pengen? Gue denger semua ya anjing! Lo makan aja tuh cewek problematik lo!" Terbawa emosi, Dahyun membuka langkah dan meninggalkan Chaeyoung.
Dalam keheningan, Chaeyoung merenung mendengar kata-kata dari Dahyun. Ia menyadari betul bahwa masalah bermunculan sejak ia bertemu dengan Mina kembali, dan memahami betul akan hal itu. Namun, meskipun kesempurnaan Sana hadir untuk menemani kesendirian Chaeyoung, ego-nya tetap bergumam, mengakui bahwa hasratnya terhadap Mina belum sepenuhnya padam.
Sana adalah makhluk hampir tanpa cela, selalu berhasil membuat Chaeyoung tersenyum, bahkan saat menghadapi kenyataan pahit sekalipun. Dengan pembawaannya yang manis, Sana mengubah air mata Chaeyoung menjadi senyuman. Namun, kenangan masa lalu antara Mina dan Chaeyoung selalu membayangi pikirannya, dan Chaeyoung selalu melihat sekilas Mina di mata Sana.
Walau Sana tampaknya sempurna, namun ingatan Chaeyoung akan Mina tak tergoyahkan. Kenangan yang terpatri dalam benak Chaeyoung dan Mina sulit untuk dipudarkan.
Semakin Chaeyoung mencoba jatuh cinta pada Sana, semakin ia merindukan Mina. Nama yang hampir sama, keceriaan yang tak asing lagi dan betapa mereka berdua memperlakukan Chaeyoung dengan begitu baik membuatnya begitu kesulitan untuk melupakan kisah terdahulunya.
Dalam kehampaan tatapannya, Chaeyoung merasakan ketidaknyamanan yang amat sangat. Walaupun kepedihan dari kehilangan keluarga sedikit demi sedikit mulai memudar, beban pikirannya semakin bertambah dengan munculnya masalah baru. Ia bahkan belum bisa menjalani aktivitas sehari-hari secara normal, dan kenyataan yang pahit begitu banyak mengganggu ketenangan pikirannya.
Chaeyoung merasa terjebak dalam dilema yang sulit. Ia tak mampu menyelesaikan masalah yang ada tanpa merasakan kekhawatiran akan kehilangan Sana atau bahkan melukai hatinya. Namun, suara batinnya memanggil untuk mempertimbangkan pengorbanan besar yang telah dilakukan oleh Mina, demi memulihkan cinta yang pernah ada di antara Chaeyoung dan Mina.
Chaeyoung memejamkan mata dan membiarkan pikirannya melayang. Ia mengingat kembali momen-momen berharga yang pernah ia lewati bersama Sana dan Mina.
Dambaan terbesar Chaeyoung adalah membungkukkan waktu, agar Sana tak banyak terlibat dalam hidupnya. Perempuan itu begitu penuh kasih, seharusnya tak perlu menderita oleh dirinya yang tak tahu malu. Meski Sana mampu bertahan, namun Chaeyoung sadar akan sejarah asmaranya dengan Mina pasti menyakiti diri Sana. Ia tak sanggup menyakiti Sana.
Lelah pikiran terus menyelimuti dirinya, dan keinginan untuk berbaring dan merenungkan kembali pilihannya semakin kuat.
**********
Masih ada yang nungguin?
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti-Hero
Fanfiction(((Completed))) ⚠️⚠️⚠️⚠️Warning! This story contains adult content and harash word. Please be wise in your reading choices⚠️⚠️⚠️⚠️ !!!!!!!!!!!Besides fanfiction, this story is also an angst story.!!!!!!!!!! Setelah kepergian keluarganya yang tragis...