Public Enemies

127 21 11
                                    

Chaeyoung memutar kunci, kala mendengar ketukan pintu yang begitu antusias. Senyum mengembang di wajahnya saat ia menyambut sang tamu. Dengan pakaian santai, celana pendek dan kaos oblong, sepatu sneakers di kaki, Mina, objek cantik itu, memeluk Chaeyoung, memberikan ciuman lembut di pipinya. "Asyik makan di luar!" seru Mina, penuh dengan kegembiraan. Sebelumnya ia membujuk Chaeyoung untuk keluar rumah, dan Chaeyoung pun setuju, yang membuat Mina sangat senang.

"Dahyun mana? aku bawa makanan buat dia," ucap Mina sambil melirik ke sekeliling saat memasuki rumah itu. Namun, mencarinya sia-sia karena biasanya sepupu Chaeyoung itu akan langsung muncul jika mencium aroma makanan.

"Kemarin pulang kerja dia langsung ke apartemennya. Katanya sekarang ada kamu yang jagain aku, jadi dia gak perlu tinggal lagi disini," kata Chaeyoung dengan senyuman yang tidak menyenangkan di wajahnya. Hal itu membuat Mina berkata, "Yaudah, kita tinggal serumah aja, ya?" Mina sangat antusias saat mengatakan itu, tetapi Chaeyoung malah tertawa kecil mendengar kalimat yang tidak masuk akal itu. Chaeyoung bergegas menuju kamarnya untuk bersiap-siap.

"Ih aku serius," kata Mina dengan keras kepala, mencoba meyakinkan Chaeyoung bahwa ia serius tentang tinggal serumah. Namun Chaeyoung yang tidak yakin dengan keputusan itu. Pikirnya Mina baru saja berbaikan dengan ayahnya dan tidak baik rasanya jika ia harus keluar lagi dari rumah tersebut demi tinggal dengan Chaeyoung.

"Kamu mikir engga sih bakalan banyak banget yang hilang kalo kamu milih aku, Na?" Chaeyoung berjalan di depan Mina, namun suara itu jelas terdengar di telinga si perempuan.

Di tengah-tengah percakapan mereka, Mina dengan tegas menyatakan, "Aku engga peduli," yakin dengan keputusannya "atau kamu takut Sana datang pas kamu lagi sama aku?".

Chaeyoung berbalik menatapnya, tatapannya berubah menjadi dingin, "Bisa kita gausah ngomong ini lagi?" katanya, menunjukkan bahwa ia tidak suka nama itu disebut di tengah-tengah percakapan mereka.

"You break up with her?" Suara Mina terdengar lembut dan tidak yakin saat dia bertanya, "Na! Aku bilang engga usah bahas ini!" bentaknya, membuat Mina terlonjak. Ini adalah pertama kalinya Chaeyoung membentaknya.

Chaeyoung menghela nafas, kemudian menggelengkan kepalanya. "Oke sorry," kata Chaeyoung dengan nada yang lembut mendekati perempuan itu lalu memeluknya.


==========

Keheningan melingkupi suasana di dalam mobil, bukan karena pertengkaran, melainkan karena Mina yang merasakan kegelisahan. Chaeyoung berkeringat dengan deras dan membuat Mina cukup panik. "Mau pulang aja? Aku bisa cancel ketemu Nayeonnya?" ujar Mina cemas.

"Engga apa-apa katanya mau nunjukin restoran favorit kamu sama Nayeon," kata Chaeyoung dengan tenang, meskipun suaranya gemetar menandakan ketakutannya yang mendalam dan mobil kembali melaju dengan kecepatan pelan. Selama di dalam mobil, Chaeyoung terus menenangkan dirinya sendiri agar tidak panik lagi. Namun tak lama setelah mobil berjalan beberapa kilometer dari rumah, ketidaknyamanan Chaeyoung mulai mereda.

Tiba di restoran, Nayeon dan Jeongyeon sudah menunggu dengan penuh semangat. Mereka duduk di meja yang telah dipesan oleh Mina. Sebenarnya Mina cukup kaget ketika melihat Jeongyeon disana sebab rencananya Mina dan Chaeyoung hanya akan bertemu Nayeon, "Gue ajak dia, soalnya males berangkat sendiri" Nayeon langsung menjelaskan karena raut wajah Mina penuh kebingungan. Mina hanya mengangguk menanggapi hal itu.

Jeongyeon dan Chaeyoung pertama kali bertemu, tatapan Jeongyeon jauh dari kata ramah. "Jeong, kenalin Chaeyoung," Mina memperkenalkan Chaeyoung, namun hanya mendapat anggukan singkat dari Jeongyeon.

"Tahu" jawab Jeongyeon acuh, matanya berfokus pada daftar menu. Chaeyoung merasa sedikit tersinggung dengan sikap Jeongyeon yang tidak ramah. Namun, ia tetap mencoba untuk bersikap baik dan tersenyum pada semua orang di meja saat itu.

Anti-HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang