The People Pleaser

156 21 11
                                    

Andai pada waktu itu Sana tidak terlalu terpikat pada kehadiran Chaeyoung, andai waktunya tidak habis terkikis menemani Chaeyoung, mungkin kini Sana tidak akan kesulitan melupakan sosok yang pernah membuatnya bahagia itu. Sana menyadari betapa sulitnya mengambil hati Chaeyoung, sebab mungkin pikiran dan hati Chaeyoung masih melekat pada kenangan dengan mantan kekasihnya, Mina.

Meski perpisahan belum terucap, Sana telah merasakan fase patah hati yang menusuk sanubarinya. Selama beberapa hari, tiada kabar dari Chaeyoung membuatnya merasa hampa. Perempuan itu tak mampu fokus pada rutinitas sehari-hari. Bahkan untuk sekedar keluar kamar atau membuat konten untuk channel YouTube-nya, Sana kehilangan semangat.

Rasa sakit hati yang dirasakan oleh Sana membuatnya merasa terpuruk dan lelah. Dia merasa sulit untuk tidur dan makan dengan baik. Setiap kali dia membayangkan wajah Chaeyoung, hatinya terasa seperti dirobek-robek dan kesedihan yang mendalam membayangi pikirannya.

Tiap malam, hatinya tercabik-cabik, rasanya ingin merelakan Chaeyoung karena hatinya terus menderita. Namun, ia khawatir tindakannya akan mempengaruhi psikis Chaeyoung. Sana merasa gelisah, takut jika Chaeyoung kembali merana, meski ada Mina yang akan selalu menemaninya. Kekhawatiran itu selalu menghantui pikiran Sana.

Sana merasa sangat bertanggung jawab atas kebahagiaan Chaeyoung, terlebih lagi setelah mengetahui bahwa Chaeyoung mengalami depresi. Ia berusaha untuk selalu ada di samping Chaeyoung, menemani dan mendukungnya dalam setiap kesempatan.

Duduklah tubuhnya di atas kasur, menatap meja rias yang kacau. Biasanya, dia akan menghabiskan waktu untuk mengeksplorasi berbagai make-up, menumpahkan segala kekesalannya ke dalamnya. Namun, saat ini tubuhnya terasa lelah dan tidak memiliki semangat. Tanpa ragu, dia berdiri dan berusaha untuk meninggalkan kamar itu.

Langkahnya berat saat keluar dari kamar. Di luar, ia melihat seorang perempuan terduduk di sofa. Ya, itu ibunya yang sedang memberikan senyuman hangat ketika melihat Sana akhirnya memutuskan keluar kamar. "Papa lagi di jalan, mau pulang"

Alis Sana hampir bertemu saat mendengar itu— bukankah ini hari Kamis, dan mengapa ayahnya pulang pada hari Kamis? "Papa cuti, katanya pengen ngajak kamu nge-date"

Inilah yang tidak disukai Sana tentang patah hati, ia merasa hal itu ikut membebani orang tuanya. Dia tahu ayahnya pulang ke rumah hanya untuk memastikan bahwa dia baik-baik saja dan mencoba menghiburnya.

Sana merasa bersalah karena membuat orang tuanya khawatir padanya. Dia tahu bahwa mereka berdua sangat peduli padanya dan selalu berusaha memberikan dukungan dan kebahagiaan. Namun, patah hati membuat Sana merasa sulit untuk menerima cinta dan perhatian orang lain.

Meskipun begitu, ia merasa terharu dengan usaha ayahnya untuk mengajaknya keluar rumah, "Kalo engga mau, papa sama mama aja nih yang nge-date nya" Sana tersenyum mendengar itu. Setelah berpikir sejenak, Sana akhirnya setuju untuk pergi bersama ayahnya, "Yaudah kita bertiga aja" Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan baginya untuk merasakan kebahagiaan dan mencoba melupakan patah hatinya.



==========



Dalam senyapnya langkah, hatinya berkeluh kesah. Terhimpit kesedihan, matanya menangkap sebuah pemandangan yang memusingkan. Mina tertawa riang, bersama dengan Nayeon dan Momo. Sana mengutuk nasibnya. Di kota ini ada banyak mall, tapi mengapa dia harus bertemu dengan Mina saat hatinya sedang terluka?

"Eh itu temen-temen kamu!" bisikan ayah Sana membuat gadis itu menutup matanya. Namun, ia tak segera bergerak karena sang ibu menyikut lengan ayahnya, "Mau kesana?" Yang bertanya menatap kedua orang tuanya dan dengan paksaan, ia menyunggingkan senyuman di bibirnya.

Anti-HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang