Let Her Go

203 24 21
                                    

Mobil itu berhenti di pinggir jalan, di tengah-tengah kabut kesedihan disana juga ada riuh kegembiraan, memperlihatkan pemandangan yang tak terbayangkan. Kilatan memori itu menyimpan kebahagiaan yang tersembunyi, namun juga menyimpan kesedihan di dalamnya.

"Pak, saya turun di sini tapi tungguin aja, ya?" kata Sana sambil melangkah keluar dari mobil dan berjalan menuju bangku taman, mendekati seorang perempuan yang duduk disana, memandangi dedaunan yang berdesir tertiup angin.

Sebuah kejutan menerpa Chaeyoung ketika Sana duduk di sebelahnya, membuat matanya terbelalak melihat kejadian itu. Namun, tatapan Sana yang memudar membuatnya terkejut. Cahaya di wajahnya yang dulu berkilauan , kini nampak seperti menjadi samudera kesedihan yang kelam.

"Bahkan buat bisa ngobrol aja mesti aku yang samperin kamu?" Suara Sana serak dan saat itu dia mengalihkan pandangannya dari Chaeyoung. Sementara Chaeyoung tetap diam, tidak ingin menanggapi. Pikirannya juga terjebak di satu titik, dan ia ingin semuanya tenang.

"Semuanya makin rumit dan itu kelemahan aku dari dulu. Aku belum dewasa buat ambil keputusan, aku terlalu takut bikin banyak orang sakit hati".

Dalam keheningan, Chaeyoung mencoba mengucapkan isi kepalanya. Beberapa hari ia berkontemplasi, terus-menerus menyesali tindakannya tanpa menemukan solusi mengatasi hubungannya dengan Sana dan Mina.

"Kejar aku, Chaeng, kalo kamu bener nyesel sama apa yang kamu lakuin ke aku. Minta maaf ke ak-," Suara Sana bergetar saat ia mengatakan itu. Chaeyoung tetap diam, menghindari kontak mata dengan Sana. Keheningan ini memekakkan telinga, dan Sana bisa merasakan hatinya hancur berkeping-keping.

"Dari awal, aku tahu kalo kamu gelisah, kebingungan tapi aku tetep optimis karena aku tahu kita bisa mulai perjalanan panjang bareng-bareng dan aku yakin kamu bisa jaga aku." Ada jeda beberapa detik disana, "tapi sayangnya, setelah aku sadar kamu engga beda jauh sama yang lainnya, or even worst".

Suara Sana pecah saat ia mengucapkan kata-kata itu. Chaeyoung akhirnya mendongak, matanya berkaca-kaca.

"Aku yang harus perbaiki semua, aku yang harus kejar kamu, aku yang harus bertahan sementara kamu terus-terusan bingung dan sampe akhirnya aku engga bisa lagi. Aku udah cape" Sorot mata Sana semakin tajam saat ia mengucapkan kata-kata itu, dan Chaeyoung memahami pesan tersirat di baliknya. Sana ingin mengakhiri hubungan mereka.

"Bisa kita engga usah bahas ini lagi?" suara Chaeyoung hampir terdengar lirih. Sana tersenyum sinis saat permintaan itu menembus telinganya. Chaeyoung selalu diperlakukan buruk oleh Mina tapi ia tidak peka dengan rasa sakitnya, dan malah ingin menghindari masalah. Mungkin itu juga alasan ia selalu mampu menerima Mina dengan lapang dada. Tapi hal itu semakin mengokohkan keyakinan Sana untuk mengakhiri hubungan mereka.

Sana mengambil napas dalam-dalam sebelum akhirnya menjawab, "Gini Chaeyoung, ini bukan sekadar soal aku yang sakit. Ini lebih tentang saling menghargai dan percaya sebagai pasangan. Biarpun aku berusaha percaya kamu, tapi keraguan kamu bikin aku berat untuk lanjutin ini. Rasanya kayak dasar hubungan kita udah jelek dan engga bisa diterusin lagi. kamu ngerti gak sih? Masa hal itu aja kamu engga peka?"

Chaeyoung terdiam, merenungkan kata-kata Sana. Ia tahu, dalam hatinya, bahwa Sana lebih benar. Mereka berdua harus memutuskan hubungan ini sebelum semakin banyak orang yang terlukai.

"Pilihan kamu buat bertahan sama aku aja, kamu pasti masih bingung, kan? Apa kamu bener sayang ke aku atau cuma engga enak karena harus nyakitin orang lain. Sebenernya aku juga mikir apa yang belum tuntas dari kalian berdua tapi setelah aku pikir lagi, apalagi liat pengorbanan Mina sampe segitunya, aku tahu emang banyak yang belum tuntas di antara kalian berdua. Maaf juga aku mutusin buat benci kalian berdua setelah ini." bergetar suara Sana mengatakan semua itu, lalu ia bangkit dari kursi dan mencoba berjalan meninggalkan Chaeyoung, sebelum sebuah kalimat menghentikannya,

Anti-HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang