Kali ketiga manik Chaeyoung disambut dengan senyuman memikat dari Sana. Sambil menginspeksi kantong belanja yang berisi teh yang baru saja dibelinya dari toko teh favorit ibu Chaeyoung, Sana melanjutkan dengan menggulir layar ponselnya—menelusuri galeri untuk memilih meja rias yang akan dibeli setelah mengabadikan beberapa meja di tempat pengrajin yang sering dikunjungi oleh ayah Chaeyoung.
Dengan antusias, Sana menunjukkan gambar meja itu kepada Chaeyoung sambil berkata, "Yang ini gimana menurut kamu? Cocok kan sama furnitur kamar aku?" Senyum sumringah terpancar dari wajah Sana, "Aku belum pernah masuk kamar kamu" tawa canggung Chaeyoung keluar, lalu Sana merespon kaku karena benar belum pernah sekalipun Chaeyoung masuk ke dalam kamarnya, "Eh kan kita sering video ca—" Sana berhenti melanjutkan kalimatnya, tidak lucu rasanya jika ia harus membahas kebiasaan-kebiasaan mereka di tengah hubungan yang seperti ini. Meja tersebut kembali hening dan Sana kembali mengecek ponselnya.
Dalam kedamaian, Chaeyoung terpaku pada pemandangan tanpa mengganggu suasana di tempat tersebut– sebuah kafe di dekat kediamannya. Namun, di antara gemerlap keceriaan yang disuguhkan oleh Sana, awan gelap tiba-tiba menghampiri pikiran Chaeyoung. Kata-kata Jeongyeon seakan tertoreh dalam benaknya. Sebelum perempuan itu memilih untuk melangkah pergi, meninggalkan Sana dan Chaeyoung.
Chaeyoung merenung sejenak, mencoba merangkai kembali kata-kata yang disampaikan oleh Jeongyeon. Apa yang sebenarnya dimaksud oleh Jeongyeon? Pikirannya melayang, mengingat setiap percakapan antara dirinya dengan Jeongyeon saat Sana sedang berada di toilet. Garis senyum yang terbentuk di wajah Chaeyoung kini berubah, perempuan melankolis itu tidak layak untuk tersenyum saat ini ataupun merasa bahagia. Keadaannya saat ini terancam dan ia sedang merasa tidak percaya diri.
Chaeyoung membutuhkan keberanian untuk menanyakan hal itu pada Sana dan mendengarkan penjelasannya, namun ia takut akan mengganggu kebahagiaannya. "Kamu seneng?", itulah pertanyaan yang yang akhrinya keluar dari mulutnya saat ini. Sebuah senyum merekah di wajah Chaeyoung ketika melihat Sana dengan penuh antusias mengangguk sebagai jawaban. Chaeyoung merasa lega melihat reaksi positif dari Sana.
"Lusa aku berangkat ke Belanda," Kebahagiaan di langit-langit itu hancur seketika oleh kata-kata Chaeyoung. "Hmm— jadi hubungan sama kakak kamu udah membaik?" Meskipun mencoba menghindari tatapan Chaeyoung, suara gemetar mengkhianati luka hati yang dirasakan. Sana bertanya-tanya, mengapa ia menghabiskan waktu bersama Chaeyoung hari ini jika pada akhirnya akan ditinggalkan lagi. Kesalahannya adalah hari ini ia terlalu terbuai dengan perasaannya sendiri. Padahal, beberapa hari yang lalu, ia sudah bersumpah untuk membenci Chaeyoung dan Mina.
Sana merasa dadanya terasa sesak. Bagaimana mungkin Chaeyoung bisa dengan membuatnya terluka sedalam ini? Bahkan hanya dengan keputusannya untuk pergi meninggalkannya. Sana berusaha menenangkan diri, tidak ingin membiarkan luka yang perlahan sembuh kembali terbuka.
Dalam keheningan itu, Sana menyadari bahwa mungkin memang sudah waktunya untuk melepaskan Chaeyoung dan tentang keputusan yang saat ini Chaeyoung ambil, mungkin itu juga pilihan terbaik baginya.
Dalam gemerlap kegelisahan, keingintahuan memayungi perasaan Chaeyoung, namun rasa ingin tahu menguasai hati Chaeyoung. Dengan desiran angin, pertanyaan muncul dari bibir sang perempuan, "Maaf aku mau nanya, sebenernya hubungan kamu sama Jeongyeon itu apa?" Persetan dengan kecanggungan, Chaeyoung paham betul jika pertanyaan itu pasti menghantarkan keterkejutan bagi Sana.
Suasana terhenti, Sana terperangah, tak tahu bagaimana merespons. Seolah menjawab tak mungkin, pandangan Sana terhenti, matanya gelisah, kepanikan terasa ketika Chaeyoung mengungkap pertanyaan itu.
"It's oke kalo kamu engga mau jawab. Maaf kalo aku nanyain itu" bisik Chaeyoung, volume suaranya semakin mengecil di ujung kalimatnya seraya memalingkan pandang dari Sana, mencari titik fokus yang lain. Jika teka-teki itu terdiam tanpa jawaban, tak ada dosa pada Chaeyoung bila ia melahirkan sangkaan yang tak terduga mengenai hubungan Sana dan Jeongyeon. Mungkin, di ujung cerita, Chaeyoung akan menilai, bahwa Sana bukanlah gadis polos yang ia bayangkan, dan tak perlu lagi ia menanggung beban kesalahan atas berakhirnya ikatan di antara mereka.
"Kamu jadinya mau beli meja yang mana?" Chaeyoung kembali mencoba memandang ke arah Sana, namun kali ini ia mendapati seorang perempuan yang sedang menundukan kepalanya. Punggungnya bergerak seperti menarik nafas dalam dan lengan kemejanya kini nampak sedang menyeka sesuatu di wajah cantiknya. Chaeyoung tahu apa yang saat ini terjadi dan ia sudah mempersiapkan mentalnya untuk ini.
Ia tahu air mata akan kembali mengalir hari ini, namun kejutan karena itu datang dari Sana. Melalui respons Sana, Chaeyoung merenung dan menyadari kebenaran yang tersirat dari apa yang Jeongyeon ucapkan. Dalam kebingungan ini, ia tak berniat menyalahkan Sana, sebab Chaeyoung pun turut memahami dinamika yang tengah terjadi.
"Kaget ya? Ya sama aku juga, tapi dari sini aku ngerti apa yang harus berakhir artinya emang harus berakhir. Sesuai sama apa yang aku omongin pagi tadi ke kamu, seenggaknya kita putus secara baik-baik. Engga ada yang sakit hati dan dengan fakta semua ini rasanya semua impas, ya?" Genangan air mata Chaeyoung hampir merobohkan bendungannya.
Akhir dari kisah mereka adalah perpisahan, di mana tidak lagi penting siapa yang lebih terluka atau menyebabkan luka besar, karena setiap perpisahan selalu meninggalkan luka. Terutama ketika Chaeyoung mengetahui seluruh fakta tentang Sana, ia merasa tidak sepenuhnya menjadi antagonis dalam kisah cinta mereka.
Di lubuk hati terdalam Chaeyoung sebenarnya menaruh harapan untuk kembali pada Sana walaupun mungkin jika mereka bersatu kembali pastinya mereka menjalani hubungan jarak jauh tapi dengan semua yang Jeongyeon ucapkan pada Chaeyoung, dia menyadari bahwa kebahagiaan Sana juga merupakan bagian dari kisah cinta mereka. Meskipun hatinya terluka, Chaeyoung memilih untuk memaafkan dan melepaskan. Ia memahami bahwa terkadang, mencintai seseorang berarti memberikan kebebasan kepada mereka untuk mengejar kebahagiaan mereka sendiri, meskipun itu berarti harus melepaskan dari ikatan yang telah terjalin begitu kuat. Dalam diam, Chaeyoung berjanji untuk tetap mempertahankan kenangan indah yang pernah mereka bagi bersama, meskipun kini harus berjalan dengan langkah sendiri.
Bukan Chaeyoung yang meninggalkan Sana, tetapi Sana yang bangkit dan berjalan pergi, meninggalkan Chaeyoung. "Maaf," adalah kata-kata terakhir Sana sebelum ia meninggalkan Chaeyoung di kafe dekat rumahnya.
Chaeyoung merasa terdiam dan terpaku di tempat, mencoba mencerna keadaan yang membingungkannya. Dia merasa seperti dunianya tiba-tiba berputar terbalik. Namun, dalam keheningan yang menyelimuti kafe itu, Chaeyoung menyadari bahwa ini adalah saatnya untuk merenung dan memahami bahwa hubungan mereka memang telah mencapai ujungnya.
Saat langit mulai menggelap dan cahaya kafe mulai redup, Chaeyoung akhirnya bangkit dari kursinya. Dia tahu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk menerima kenyataan dan melangkah ke depan. Dengan langkah mantap, Chaeyoung meninggalkan kafe tersebut, membawa dengan dia kenangan indah bersama Sana namun juga membuka halaman baru dalam hidupnya.
Di luar, angin sepoi-sepoi menyambut Chaeyoung, memberinya semangat baru untuk melangkah maju. Meskipun hatinya sedikit terluka, namun dia yakin bahwa ada banyak hal baik yang menanti di depan sana. Dengan senyum tipis di bibirnya, Chaeyoung melangkah ke depan, siap untuk memulai babak baru dalam hidupnya.
Nafasnya terasa berat, begitu juga dengan pikirannya, itulah sebabnya dia tidak mampu mengangkat kepalanya saat berjalan pulang ke rumahnya. Saat matanya melihat seseorang yang bersandar di pintu mobil dan menatapnya, air mata pun mengalir, dan sekarang Chaeyoung mendekati Mina untuk melepaskan semua kesedihannya atas perpisahannya dengan Sana kepada Mina.
==========The End==========
Apa hubungan Sana dengan Jeongyeon dan ending cerita Mina dengan Chaeyoung aku serahin ke imajinasi kalian aja, yang penting aku konsisten dengan cerita yang ujungnya gantung
wkwkwk hidup cerita gantung!!!!!!
Thanks yang udah baca dan bersabar nunggu hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti-Hero
Fanfiction(((Completed))) ⚠️⚠️⚠️⚠️Warning! This story contains adult content and harash word. Please be wise in your reading choices⚠️⚠️⚠️⚠️ !!!!!!!!!!!Besides fanfiction, this story is also an angst story.!!!!!!!!!! Setelah kepergian keluarganya yang tragis...