Sana masih terdiam di dalam kabin mobil, dihinggapi oleh angin sepoi-sepoi malam yang tak menguntungkan. Meski Jeongyeon terus menggerutu tentang kemacetan jalanan, Sana tak bergeming.
"San, tolong ambilin cemilan di belakang," Jeongyeon membelah keheningan. Segera, Sana menggapai camilan di kursi belakang dan mengulurkan makanan pada Jeongyeon. Namun, tatapan hampa yang diterimanya membuatnya terhenyak.
"Gue lagi nyetir," balas Jeongyeon tanpa menatap Sana. Biasanya hal ini tidak menjadi masalah bagi Sana, namun kali ini Sana merasa terbebani karena harus menyuapi Jeongyeon yang sedang menyetir.
"Gue lagi ga mood, makan aja sendiri ah" dengus Sana.
Beberapa detik terdiam tiba-tiba keheningan semakin menyeruak, sang pengemudi terdiam tanpa kata, Jeongyeon diam dan mengemudi dengan penuh fokus, suasana pun terasa kikuk, mengejutkan Sana dari diamnya.
Sana berdecak kesal, "Cepet, gue pegel nih!" tangannya menyodorkan keripik kentang namun nada suaranya begitu jutek. Hal yang dilakukan Sana membuat Jeongyeon tersenyum, Sana akan selalu kalah jika diperlakukan seperti itu.
"By the way hp lo rusak atau gimana? Emang engga bisa gitu nelepon aja? Kenapa lo mesti repot-repot gojekan ke rumah gue, terus sekarang balik ke rumah lo gitu? Sepenting apa sih cerita lo sampe gue harus nginep? Ini mau nyeritain Chaeyoung, kan?" Sekarang tiba giliran Sana untuk berdiam diri tanpa menjawab pertanyaan itu. Jika harus diuraikan, kehadiran Jeongyeon memiliki peran dalam keputusan Sana untuk mengakhiri hubungannya dengan Chaeyoung, sehingga Sana merasa perlunya kehadiran Jeongyeon dalam melewati masa sulit setelah berpisah dengan Chaeyoung. Sebagai sahabat dekat, Sana terbiasa menuruti nasihat Jeongyeon dan ia tahu jika nasihat Jeongyeon tentu untuk kebaikannya.
"Lo gapernah loh sampe se-gasuka itu sama orang. Ini ma sampe-sampe Nayeon lo diemin. Pacar lo sendiri?"
"Dia bukan pacar gue ya anjir." tukas Jeongyeon cepat, mengklarifikasi agar kedekatannya dan Nayeon tidak membuat orang lain salah paham.
"Oke tapi yang lucunya itu alesan lo diemin dia karena gasuka liat temen yang selingkuh? Jeong, itu bukan salah Nayeon, lo ga boleh sampe marah ke dia. Perihal dia engga bilang soal hubungan Mina sama Chaeyoung kan itu hak dia buat ngomong atau engga ke elo" jelas Sana membuat Jeongyeon terdiam.
Menurut Jeongyeon, Sana adalah sosok yang baik dan tak sepatutnya disakiti seperti apa yang dilakukan Mina dan Chaeyoung padanya. Maka dari itu Jeongyeon memaksa sahabatnya itu untuk mengakhiri hubungan dengan Chaeyoung.
Meski pada awalnya hubungan Sana dan Chaeyoung tak terlalu mengusik pikirannya, namun semenjak makan malam waktu itu, Jeongyeon menyaksikan sikap Mina kepada Chaeyoung dan begitupun sebaliknya, hati Jeongyeon tak tega melihat Sana tersiksa dalam hubungan mereka.
"Gue gasuka aja sama orang gajelas kayak gitu" celetuk Jeongyeon asal
"Ngaca! Lo lebih gajelas dari semua makhluk aneh di dunia ini. Lo tuh apa ya? Ah ga jelas banget pokoknya" kekeh Sana, bukannya marah karena mendengar dirinya dikata-katai oleh Sana, Jeongyeon malah tersenyum. Biarkan saja perempuan itu menghina dirinya, yang penting saat ini Sana dapat tertawa.
"Anjir itu kan kata-kata mantan gue, kenapa lo pake?" Sana seolah teringat dengan kata-kata itu. Ya, Jeongyeon pernah mendapat gelar sebagai siswa teraneh seantero sekolah dan itu juga awal mula Sana juga Jeongyeon bisa akrab.
"Yang dia cemburu sama gue bukan sih? Oh iya lo pasti baru tahu, sebenernya dia pernah labrak gue dan lucunya dia bilang gini ke gue 'kamu itu cantik loh San, masa mau aja pacaran sama peashooter?', ngakak banget astaga. Kenapa ya dari dulu banyak yang ngira kita pacaran? Ada-ada pikiran orang tuh." Sana masih tertawa kecil, sementara perlahan senyuman Jeongyeon mulai memudar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anti-Hero
Fanfiction(((Completed))) ⚠️⚠️⚠️⚠️Warning! This story contains adult content and harash word. Please be wise in your reading choices⚠️⚠️⚠️⚠️ !!!!!!!!!!!Besides fanfiction, this story is also an angst story.!!!!!!!!!! Setelah kepergian keluarganya yang tragis...