Reckless

135 16 6
                                    

Mina ragu untuk merenggangkan selimutnya, terutama ketika ponselnya berdenting dengan panggilan dari Yuta. Meski hatinya berdegup tak menentu, Mina belum mampu memutuskan untuk memblokir nomor itu. Pria tersebut masih menuntut sepuluh juta rupiah yang Mina berikan pada Dahyun waktu itu.

Mina merasa terjebak dalam sebuah situasi yang sulit. Dia tahu bahwa dia harus mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini, tetapi dia merasa kesulitan mengambil keputusan yang tepat. Mina merasa terbebani dengan tanggung jawab membayar hutang tersebut, sementara dia juga tidak ingin terus menerima ancaman dari Yuta.

Mina juga merasa terganggu dengan pemikirannya sendiri. Dia bertanya-tanya apakah dia terlalu baik dan mudah dipengaruhi, sehingga akhirnya terjebak dalam situasi yang sulit ini. Namun, dia tahu bahwa dia harus mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah ini agar bisa melanjutkan hidupnya tanpa beban. 

"Na, sarapan!" seruan itu terdengar dari balik pintu kamar dan pelantun seruan tersebut adalah Momo. Mina kini telah beralih ke rumah ayahnya, untuk menghindari Yuta tentunya. Sejenak, Mina menatap ponselnya dan keajaiban terjadi, sebuah ide tiba-tiba muncul dalam benaknya. Ini akhir pekan, tentu ayahnya ada di rumah.

Dengan langkah terburu-buru, Mina melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap sarapan bersama ayahnya. Meskipun hatinya enggan untuk duduk berdampingan dengan ibu tirinya, Mina tetap memaksa diri untuk melakukannya. Minggu ini adalah saat yang menentukan, dan ia harus menghadapinya atau tidak sama sekali.



==========



Suasana di meja makan terasa begitu sunyi, tak ada sepatah kata yang terucap di antara mereka. Mina ragu untuk memulai percakapan dengan sang ayah, dan hanya terdiam. Namun, Momo, yang selalu peka, merasa ada kesempatan untuk menghidupkan obrolan. "Na, Yuta masih suka neror lo?" tanya Momo. Suasana pun mulai terurai.

Saat pertanyaan itu terdengar, sang ayah dari tiga anak, yang sebentar lagi akan bertambah menjadi empat menatap putrinya dengan rasa ingin tahu, menanti kata-kata yang akan diucapkan oleh Mina.

"Masih, dia nagih hutang ke gue" Jangan tanyakan tentang perasaan Papa Mina, karena rasa tidak suka terhadap Yuta semakin menjadi-jadi setelah mendengar itu

Mina merasa sedikit canggung setelah mengeluarkan kata-kata tersebut. Ia merasa tidak nyaman membicarakan masalah pribadinya khususnya di depan ibu tirinya. 

"Bekas NOLONGIN Dahyun sama Chaeyoung itu ya?" ucap Momo dengan penekanan untuk meyakinkan ayahnya dan tentu ibu tirinya yang skeptisan terhadap mereka berdua. Selain itu, Momo melanjutkan obrolan dengan cerita betapa kesulitannya Dahyun saat itu, bahkan Momo menceritakan keadaan psikologis Chaeyoung guna menyentuh empati ayahnya.

Sang ayah pun mengangguk paham, setidaknya ia merasa bangga jika Mina begitu perhatian pada temannya karena begitulah cara ia mendidik anaknya, "Berapa?"

Segurat senyuman terbentuk di wajah Momo, bukan Mina. Ayahnya memang mudah untuk dimanipulasi anak-anaknya "Dua puluh juta kan waktu itu lo bilang ke gue? Terus Yuta nagih hutang lo yang bekas reparasi mobil, ga? Yang lima belas juta atau berapa gue lupa" Mina terkejut mendengar pertanyaan Momo, namun saat maniknya beradu dengan Momo, mereka seolah berkomunikasi hanya dengan pandangan.

"Reparasi apaan sampe mahal gitu?" Ibu tiri mereka yang menyaut karena merasa mereka sedang bersekongkol untuk membohongi ayahnya, "Dih engga percaya. Na liatin luka lo yang bekas kecelakaan itu" Momo mencoba memperlihatkan luka Mina untuk membuktikan, walaupun sebenarnya luka itu bekas tindakan kekerasan Yuta.

"Udah-udah! Ga nyaman liat luka pas lagi makan!" ayahnya yang menghentikan aksi Momo. "Bener itu kata Momo?" lanjutnya

"Iya, bekas kasih pinjem buat bayar apartemen sama pengobatan Chaeyoung. Kalo masalah reparasi dia engga ngomong tapi nanti aja aku mau bayar semua ke dia, kalo udah dapet kerja" suara Mina pelan terdengar ragu.

Anti-HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang