Satu Hari Saja

179 19 11
                                    

Mina dengan lembut membuka pintu kulkas, tangannya meraih botol air minum bertuliskan 'Lady Mina'. Setelah menghabiskan tetes air terakhir, ia menghela napas panjang. 

Mengambil cangkir favoritnya dari laci, dia menyiapkan kopi pagi. Saat ia mengisi cangkir dengan air kopi, ia menghembuskan nafasnya yang berat. Di tengah kekacauan masalah hidup, setidaknya ada aroma kopi yang segar memberikannya kenyamanan di pagi hari.

"Nanti pas opening store barunya Tzuyu, si Yuta katanya mau pulang dulu. Harusnya gue cemburu liat cowok gue sampe segitunya ke temen gue, tapi kok aneh ya gue engga ada cemburu-cemburunya" kekeh Mina. Nayeon hanya memandangi tiap gestur Mina. Penyesalan pun menghantuinya saat ia melihat Mina sedemikian.

"Na" Ketika suara Nayeon memanggil namanya, lamunan Mina pun berpulang. Dengan gerakan peregangan tubuh usai bangun dari tidur, Mina mendekati Nayeon. Wajah Mina tampak kusut dan lelah, dengan mata sembab dihiasi lebam tipis. Tampaknya, Yuta-lah yang menjadi penyebabnya, meski telah mulai memudar, namun tetap terlihat jelas pada wajahnya.

"Na kalo dulu gue nggak kenalin—"

"Sssst!! Basi. Gue udah denger itu hampir ribuan kali," ucap Mina sambil menggelengkan kepalanya, menutup mulut Nayeon. Mina tahu persis arah pembicaraan yang akan diambil oleh Nayeon. Selalu saja kalimat itu yang diucapkan Nayeon setiap kali ia merasa bersalah.

Nayeon menyesal telah memperkenalkan Mina pada Yuta. Ia berharap dengan begitu, Mina bisa teralihkan dari kegalauannya akibat seseorang yang tak diketahui identitasnya. Namun hingga saat ini, Nayeon sama sekali tak mengetahui siapa orang itu.

Dalam kapasitasnya sebagai sepupu, Nayeon sebenarnya mengetahui tanda bahaya dalam hubungan Yuta. Namun, dia berpikir bahwa jika Mina terlibat, ego Yuta akan mereda karena Mina dikenal sebagai perempuan yang tangguh dan teguh. Nyatanya Mina hanya menjadi deretan wanita yang pernah Yuta hina dengan kalimat-kalimat jahatnya dan naasnya kali ini sampai berani memukul.

"Na, apa sih yang lo dapet dari Yuta sampe nggak mau putus sama dia?" Nayeon kesal karena berapa kalipun Yuta menyakitinya, Mina pasti akan mengalah dan memaafkan.

Mina mengangkat kedua tangannya dan mengarahkannya ke seluruh ruangan. Bagaimanapun Yuta berperan besar akan keberlangsungan hidupnya saat ini, terlebih setelah papahnya menikah lagi. Mina diabaikan, namun bukan karena papahnya tidak bertanggung jawab, melainkan Mina yang selalu melawan. Ia membenci ibu tirinya maka dari itu mereka sering berdebat, berbeda dengan Momo yang pasrah-pasrah saja.

"Lo kan bisa kerja, Na" Nayeon bahkan sudah mengatakan kalimat ini puluhan kali.

"Tentu Nay! Relasi bokap gue gede, gue lulusan kampus ternama, IPK gue bagus tapi lo tahu kan terakhir gue kerja apa yang Yuta lakuin? Kita berantem karena susah ketemu, ribut mulu setiap hari sampe dia nyebarin rumor gue yang bikin cacat orang. Sialnya karena gue udah berantem sama bokap jadi dia nggak ada backing-an"

"Itu akal-akalan dia aja biar lo terikat sama dia"

"Gue tahu Nayeon! Lo pikir gue cewek goblok? Hidup gue tuh dulu bahagia, kesalahan gue cuma minta tolong ke Yuta. Inget minta tolong ya, bukan kenal. Jadi lo jangan bilang nyesel-nyesel apaan bacot" Mina menyandarkan tubuhnya ke sofa.

"Kalo bokap lo tahu nih atau keluarga Yuta tahu abis deh itu anak. Kenapa lo nggak coba bilang sih ke mereka?" Mina menyadari, hubungan mereka dapat diakhiri secara resmi bila keluarga mereka mengetahui aksi Yuta selama ini terhadapnya. Namun, Mina khawatir tindakan tersebut hanya akan memicu kemarahan Yuta, dan mendorongnya pada tindakan yang lebih berani.

"Makin ribet urusannya ga sih?" Mina kembali membuang nafas panjang tapi saat ini yang jadi beban pikirannya bukan itu. Melainkan Chaeyoung, orang yang saat ini sedang menjalin hubungan dengan temannya sendiri yaitu Sana.

Anti-HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang