Karyawan itu juga ikut kaget melihatnya, kain pel yang di pegangannya kini jatuh ke lantai.
"A-Anggara!" kaget Kinara dengan mata tak berkedip.
Mereka saling menatap. Tanpa satu kata pun, sulit keluar dari mulut mereka. Pak Ghani yang melihat mereka saling menyahut, menjadi linglung sendiri melihat keduanya. Ia hanya menatap satu persatu saling bergantian.
Anggara tambah kaget melihat mantannya memakai baju karyawannya. Begitu juga Kinara, ia bingung melihat Anggara sekarang berpenampilan rapi dan berkelas.
Kini suasana jadi hening, Pak Ghani juga ikut terdiam jadi patung.
"Ka-kalian.... saling kenal?" tanya Pak Ghani memecah keheningan.
Keduanya saling menatap pada Pak Ghani. Lalu, tak berapa lama Anggara mengalihkan pandangannya. Anggara melihat jam tangannya sekilas.
"Maaf, saya harus pergi," ucap Anggara berjalan melewati Kinara tanpa sepatah kata pun.
Pak Ghani bergegas membuntuti bosnya.
Entah kenapa Kirana merasa sedih saat Anggara memperlakukannya seperti tadi. Kinara merasa memang ia pantas di perlakukan oleh Anggara seperti itu. Ia menghela napas kasar.
"Sudahlah Kinara. Kenapa kamu sedih?" gumamnya.
"Memang pantas kok kamu di cuekin kayak gitu. Kan kamu juga tinggali dia dan sakiti dia," gumamnya marah pada dirinya sendiri.
"Jadi, kamu jangan ganggu kehidupan bahagianya lagi. Alhamdulillah dia sudah sukses dan dia memang pantas cari pengganti lebih baik dari kamu, Kinara," gumamnya tersenyum sedih.
Kinara memutuskan melanjutkan pekerjaannya saja dan berusaha melupakan si dia. Apalagi berharap dia kembali lagi kepadanya. Itu sangat mustahil.
~•~•~•~
Saat di perjalanan, Kinara boncengan dengan Maya. Maya merasa heran. Kenapa hari ini, tiba-tiba kinara tidak banyak bicara? Biasanya ia banyak bicara tentang pekerjaannya. Maklum baru lepas dari kandangnya.
"Kamu kenapa, Kinara? Kamu baik-baik aja kan?" tanya Maya sekilas menatap Kinara dari spion.
"I iya, aku baik-baik saja," jawab kinara terlihat lesu.
"Kamu di marahi bos kamu?" tebak Maya.
"Bukan," singkatnya makin masam.
"Terus apa dong? Apa.... kamu dijauhi teman kerja? Atau di buli?" tebak Maya merasa masih bingung.
"Bukan juga, aku cuman kuatir dan takut aja," cemas Kinara merasa sedih.
"Kuatir dan takut kenapa?" tanya Maya semakin bingung.
Kinara berkata, "Aku kuatir dan takut sebab...." Menundukkan kepalanya. "Pemilik supermarket itu sebenarnya milik Anggara, kak."
"Apa?" kaget Maya tiba-tiba mengerem mendadak.
"Brak!" Helm mereka jadi saling berbenturan.
"Aduh, kakak...." meringis kesakitan sambil mengomel.
Tampaknya, Maya tak menggubris dan ia malah bengong sendiri.
"Gue.... enggak salah dengar kan?" tanya Maya seolah masih tak percaya dan matanya sama sekali tak berkedip.
"Iya, enggak salah. Supermarket itu milik Anggara, mantanku," tegas Kinara lagi.
"Kok bisa?" tanya Maya menoleh pada Kinara masih tak percaya.
"Ya.... aku juga enggak tau. Sudah, biarkan saja. Selama Anggara masih bahagia, ya enggak apa-apa," ucap Kinara tersenyum palsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You Mantan
RomanceAnggara berharap hubungan dia dan Kinara bisa berakhir sebagai status suami-istri. Tapi setelah mendengar Anggara ingin jadi petani, Kinara memutuskan Anggara jadi pacarnya. Karena Kinara takut akan jadi menderita seperti orang tuanya. Kinara kira k...