(11). Tak Mau Mengaku

69 12 10
                                    

Kinara kembali ke supermarket membawa dua gelas es kelapa suruhan Erina tadi. Kinara bertemu dengan Arga, sepertinya dia sedang terburu-buru ingin pergi.

"Ga!" panggil Kinara.

Arga menoleh. "Ya, Kinara?"

"Bu, eh maksudnya nona Erina dimana ya?" tanya Kinara sebenarnya tak enak, tapi ia harus bertanya juga.

"Nona Erina ada di ruang Pak Ghani. Maaf ya Kinara, aku buru-buru," pamit Arga berlari keluar.

Kinara bisa memakluminya, cepat-cepat Kinara bergegas pergi menuju ruang Pak Ghani. Kinara melihat Erina duduk di sofa sambil menatap sebuah kertas. Tak lupa Kinara mengetuk pintu.

"Assalamualaikum, nona," ucap Kinara.

"Masuk!" suruh Erina.

Kinara masuk dan meletakkan dua gelas itu di atas meja.

"Saya permisi dulu nona. Assalamualaikum," pamit Kinara pergi.

Erina hanya mengangguk saja tanpa menoleh. Setelah selesai, Erina menghampiri minuman dibeli Kinara tadi.

Erina kira, Kinara sudah mengambil uang kembaliannya, ternyata tidak. Uang itu diletakkan tak jauh dari gelas es kelapa itu.
Erina hanya menghela napas melihat tingkah karyawan tak biasa itu.

"Aneh? Biasanya kalau karyawan dikasih uang langsung diambil, sedangkan dia.... malah di balikin lagi. Hm.... serah dia deh," gumam Erina tak mau memperpanjang kan.

Kinara kembali berkerja, Kinara sudah selesai di tempat lain. Tinggal di tempat satunya yang harus melewati ruangan Pak Ghani. Kinara berjalan melewati ruangan Pak Ghani, kebetulan pintu ruang Pak Ghani sedikit terbuka.

Saat di ruang Pak Ghani, Kinara tak sengaja melihat Erina mengelap keringat Anggara. Tanpa sadar, Kinara terus melihatnya beberapa menit di balik pintu. Kinara memegang dadanya dengan mata terpejam.

"Ya Allah, kenapa dadaku terasa sakit sekali? Kenapa denganku, Ya Allah? Harusnya aku senang melihat Anggara bahagia bersama wanita lebih terbaik dari aku. Kenapa malah jadi sakit begini?" ungkap batin Kinara semakin kuat memegang dadanya karena merasa sakit sekali.

Di luar kehendaknya, mata Kinara jadi berkaca-kaca. Cepat-cepat Kinara menghapusnya, sebelum di lihat orang.

Karena sudah tak kuat lagi, Kinara bergegas pergi beranjak dari situ. Sebelum sakit dadanya memanas bertambah parah.

Seseorang yang melihat kepergiannya, orang itu sekilas tersenyum seringai.

~•~•~•~

Tiba-tiba Pak Ghani menyuruh semua karyawan untuk berkumpul, termasuk Kinara juga.

"Tujuan bapak menyuruh kalian berkumpul, sebab ada yang ingin bapak sampaikan," terang Pak Ghani.

Semua karyawan terdiam dan fokus pada Pak Ghani.

"Mulai dari sekarang Pak Anggara akan mengawasi supermarket ini untuk sementara," ungkap Pak Ghani mengejutkan bagi Kinara.

"Jedeerr!"

Bagaikan petir di siang bolong.

Mata Kinara terbelalak kaget mendengar perkataan dari Pak Ghani.

"Apa? Kenapa harus Anggara yang awasi? Kenapa enggak Pak Ghani aja yang awasi?"cerocos Kinara tak sadar.

Semua orang sontak menoleh pada Kinara yang di belakang, termasuk Anggara.

Kinara yang baru sadar, sontak menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Mata Kinara juga terbelalak kaget dan malu pada perbuatannya barusan. Bersamaan itu juga, Kinara mendapatkan sorotan tajam dari Pak Ghani.

I Love You Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang