(28). Khilaf

63 1 0
                                    

Anggara dan Kinara pergi ke kebun lagi, karena Arga sedang sibuk terpaksa Kinara yang menggantikannya. Mengingat kejadian semalam, mereka berdua jadi canggung.

Mereka saling diam dan saling tak memandang dengan benar. Kinara benar-benar merasa gugup sekali, apalagi ia sudah tahu bahwa Anggara masih punya perasaan dengannya. Kinara bingung harus berbuat apa, jadi dia memutuskan lebih baik diam saja.

Melihat Kinara masih tak bergeming dari tempatnya.

"Ehem!" deham Anggara membuat lamunan Kinara membuyar.

Kinara menatap Anggara tapi masih takut dan gugup.

"Ayo masuk! Kalau adek terus di situ, kita gak bakal berangkat ke kebunnya," ucap Anggara.

"Baik pak, eh kak," gugup Kinara.

Kinara masuk ke dalam mobil dan di bukakan oleh Anggara.

Sepanjang perjalanan mereka saling diam dan terhanyut pada pikiran masing-masing. Tak lama, akhirnya mereka sampai juga. Dari tadi Kinara berjalan membuat jarak dengan Anggara. Anggara menghela napas melihat tingkah Kinara.

Kinara berusaha fokus untuk bekerja dan melupakan kejadian semalam untuk sementara. Bagaimana pun juga Anggara bosnya dan dia anak buahnya. Jadi, harus fokus bekerja.

Kinara mulai fokus pada pekerjaannya, ia mulai mencatat dengan benar apa yang di sampaikan oleh Anggara. Sesampai berjalan di antara banyak pepohonan.

Anggara melihat ada dahan pohon yang akan jatuh menuju Kinara. Saat dahan jatuh, dengan cepat Anggara mendorong Kinara hingga Kinara jatuh ke tanah. Sedangkan Anggara kakinya di tindih oleh dahan kayu yang cukup besar dan berat juga.

"Arrghh....." rintih Anggara kesakitan.

"Pak!" kaget Kinara dan berlari menghampiri Anggara.

Kinara berusaha mengangkat kayu itu karena tubuh Kinara mungil dan tenaganya kecil sekali. Jadi, kayu itu sama sekali tidak bergerak biar Kinara berusaha bagaimana pun mengangkat kayu itu.

Anggara mendengar suara Leon tak jauh dari mereka.

"Sepertinya itu Leon," gumam Anggara merasa senang dan lega.

Anggara menatap Kinara masih berusaha mengangkat dahan kayu itu.

"Adek sebaiknya temui Leon saja, suruh dia kemari. Minta bantuan dengan dia," perintah Anggara.

Kinara mengangguk dan ingin pergi menemui Leon.

Tiba-tiba saja ada air kotor melayang menuju Anggara.

Byur!
Alhasil pakaian dan tubuh Anggara jadi kotor.

"Leon...." teriak Anggara bergema.

Kinara yang di hadapannya jadi terbelalak kaget, baru pertama kali ia mendengar Anggara berteriak. Leon yang di panggil namanya, jadi kalang kabut dan berjalan tergesa-gesa menghampiri Anggara.

Setelah sampai, Leon mendapatkan tatapan tajam dari Anggara. Leon juga kaget melihat pakaian dan tubuhnya di penuhi lumpur.

"Kalau mau buang sesuatu itu lihat-lihat dulu, kamu gak dengar ya aku jerit kesakitan karena kakiku kejepit," omel Anggara.

Leon melihat ke bawah, ternyata benar kaki Anggara di tindih kayu besar. Setelah selesai amarah Anggara, Kinara melanjutkan lagi mengangkat kayu besar itu agar kaki Anggara terlepas dari tindihan kayu itu.

"Waduh, maaf ya Anggara. Gue gak sengaja," panik Leon.

Saat Leon ingin memegang tangannya, Anggara dengan cepat menepisnya.

I Love You Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang