(10). Ngarep

56 12 4
                                    

Di kamar, Kinara terbaring telungkup menatap boneka teddy bear nya. Kinara jadi teringat jawaban Wiwit yang ia tanyakan tadi.

"Kok Anggara belum nikah ya? Padahal kan dia sudah jadi orang kaya raya. Pastinya sudah dari dulu dia nikah dan juga dapat wanita terbaik lebih dari aku. Bahkan, dapat wanita statusnya sebanding dengannya," gumam Kinara heran.

"Bukan kayak aku, aku mah kentang," cela Kinara pada dirinya sendiri.

"Wiwit bilang dia masih jomblo. Masa sih dia jomblo? Kurang menyakinkan," gumam Kinara mengusap-usap dagunya.

"Masa orang kaya dan ganteng gitu masih jomblo? Mustahil...." kekeh Kinara.

Baru sadar. "Kecuali...."

"Apa jangan-jangan.... dia masih cinta sama aku ya?" tebak Kinara.

Membuyarkan lamunannya. "Ih, ke GR-an kamu, Kinara. Itu malah enggak masuk akal lagi. Itu mah..... kepedean. Ih, kepedean banget sih kamu, Kinara," marahnya mengutuk dirinya sendiri.

Melempar boneka miliknya ke sembarang arah.

"Ah, lupain aja Kinara. Ngarep banget sih kamu," kesal Kinara mengacak-acak rambutnya.

Kinara menarik selimutnya. Lalu, tidur berbaring memeluk guling.

~•~•~•~

Kinara kira ia tidak bertemu Anggara lagi, tapi nyata-nyatanya ia dipertemukan lagi dengan Anggara sekarang. Kinara pura-pura untuk mengacuhkannya dan fokus kerja saja.

Entah apa yang tuhan rencanakan? Lagi-lagi ia dipermainkan oleh takdir, seolah-olah ingin mempermalukannya saja.

Kenapa Kinara berpikir seperti itu? Karena Kinara harus menyusun barang di dekat Pak Ghani dan Anggara sedang mengobrol.

Kinara merasa malu sekali di dekat Anggara, karena dimasa lalunya ia sudah menyakiti Anggara. Setelah sudah menyusun parfum, Kinara ingin kabur dan memutuskan menyusun samponya tunggu Anggara sudah pergi.

Saat kinara hendak beranjak kabur.

"Kinara! Mau kemana kamu? Ini rak samponya belum kamu isi," tegur Pak Ghani.

Langkah kinara berhenti dengan mata sejenak terpejam.

"Aduh, mati aku," gumam Kinara merasa resah.

Sontak Anggara menoleh pada Kinara yang membelakanginya. Kinara menggigit bibirnya dan berkeringat dingin. Kinara merasa takut dan malu sekali.

"Kinara! Ayo isi rak nya!" berang Pak Ghani jadi marah.

Mendengar amarah Pak Ghani, Kinara jadi gelagapan.

"I i iya, pak," gugup Kinara.

Kinara berlari menghampiri rak sampo tepat di dekat Pak Ghani berdiri. Mata Anggara yang tadi menatap Kinara, kini menatap Pak Ghani melanjutkan pembicaraannya tadi sempat terpotong.

Kinara cepat-cepat meletakkan sampo ke rak dengan tangan terus gemetar dan berkeringat dingin. Padahal di supermarket ini mempunyai banyak AC yang masih menyala.

Anggara tampaknya acuh saja pada kehadiran sang mantan. Entah dengan hatinya? Hanya Allah dan dia saja yang tahu.

Apakah senang melihat Kinara menderita? Atau justru marah melihat Kinara bekerja di tempatnya? Tetap saja tak tahu, tak bisa di tebak.

Pak Ghani merasa jengkel pada Kinara masih tak bergeming di rak sampo, padahal rak samponya sudah selesai di isi.

"Kinara!" Kinara melonjak kaget. "Kalau sudah selesai di rak situ, isi di rak lainnya lagi. Harus berapa kali sih saya tegur kamu terus," geram Pak Ghani dengan tatapan tajam.

I Love You Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang