(41). Janji Sudah Ditepati

189 2 0
                                    

"Tidak apa, om. Saya sudah lama memaafkan dan memahami kondisi om. Seandainya saya berada di posisi om, pasti saya akan melakukan hal sama juga," ucap Kinara.

"Terima kasih, Kinara," ucap ayah Anggara tersenyum bahagia.

Kinara mengangguk sambil tersenyum. Anggara ikut tersenyum bahagia melihat ayahnya sudah mau menerima Kinara.

"Mengenai perjanjianku kepada om, aku akan tetap menjalaninya," tegas Kinara.

"Tapi--"

"Aku menjalaninya, bukan karena kemarahan om. Aku melakukannya untuk pengorbananku kepada anak om karena cinta sejati harus ada pengorbanan, seperti anak om. Sekarang giliranku. Jadi, om jangan merasa bersalah," potong Kinara tersenyum.

Ayah Anggara mengangguk pelan. Tampaknya ayah Kinara setuju juga dengan keputusan putrinya.

Beberapa menit kemudian, setelah banyak mengobrol. Barulah kedua orang tua mereka membahas pertunangan mereka dan juga pernikahan mereka.

*****

3 Tahun 7 bulan kemudian....

Matahari terik bersinar terang dan di luar terdengar burung-burung berkicau. Udaranya begitu sejuk karena ada pepohonan yang rimbun.

Kinara menutup rantang untuk suaminya yang berisi nasi, oseng kacang panjang pedas, dan tiga tempe goreng. Kinara mengantar rantang untuk suaminya yang sedang bekerja mencangkul di kebun sayur-mayur miliknya.

Sudah hampir tiga tahun Kinara dan Anggara menjadi sepasang suami istri, meski sekarang mereka tinggal di rumah sederhana tempat orang tua Anggara dulu, sebelum pindah ke rumah mewah.

Ayah Anggara ingin Kinara tidak menjalani perjanjian yang ayah Anggara buat, tetapi Kinara keras kepala dan tetap menjalaninya. Terpaksa ayah Anggara hanya bisa mengubah waktunya saja, yang tadinya sepuluh tahun berubah menjadi tiga tahun. Sekarang tinggal beberapa bulan saja, perjanjian akan segera ditepati.

Kinara berjalan menyusuri rerumputan yang cukup lebat, dari kejauhan dia bisa melihat suaminya sedang mencangkul di bawah terik matahari yang panas. Keringat demi keringat, terus bercucuran ditubuh Anggara sampai-sampai ia tidak mengenakan baju nya lagi karena saking panasnya.

Kinara naik ke atas pondok lalu meletakkan botol minum dan rantang di atas alas tikar purun.

"Kakak! Ayo istirahat dulu!" panggil Kinara berteriak.

Anggara menoleh dan meninggalkan cangkul nya di tempat itu juga. Anggara berlari tapi hati-hati menghampiri istrinya. Kinara menyiapkan piring dan mangkok berisi air untuk cuci tangan.

Anggara membersihkan dirinya terlebih dahulu menggunakan air sumur tak jauh dari pondok. Baru dia duduk berhadapan dengan Kinara. Mata Anggara berbinar-binar melihat makanan yang dibuat istrinya tercinta. Anggara dengan lahap memakan masakan Kinara, itupun menyuap kedalam mulutnya sendiri dengan menggunakan tangan. Biar nikmat katanya.

"Maaf, aku hanya bisa membuat makanan seperti itu," ucap Kinara bersedih.

"Gak apa-apa kok, makanan seperti ini saja sudah enak kok. Bahkan lebih enak, apalagi kamu yang buat," ucap Anggara dengan mulut masih penuh dengan makanan.

Kinara tersenyum geli pada ucapan suaminya, ditambah lagi ada butiran nasi menempel didekat bibir Anggara. Kinara memungutnya sambil tertawa kecil. Anggara berhenti sejenak menguyah makanannya, saat istrinya mengambil butiran nasi didekat bibirnya.

"Alhamdulillah, kalau kamu suka," ucap Kinara tersenyum bahagia.

Anggara lanjut makan lagi.

"Besok aku antar Mutia imunisasi," ungkap Kinara.

"Oke! Nanti aku antar naik motor ya," seru Anggara.

Kinara mengangguk.

Setelah mengantar makanan untuk suaminya, Kinara beranjak dan pergi menemui putri kecilnya sedang asyik bermain di rumah keluarga suaminya.

*****

Habis dari imunisasi putri kecil mereka, Anggara memutuskan mampir sebentar bersilaturahmi ke rumah mertuanya. Melihat Kinara dan Anggara datang dengan naik motor dan tampil sederhana. Sedangkan suami Tara kadang membelikan emas dua gram untuk Tara.

"Tuh, lihat! Dulunya aja yang sok-sokan kelihatan tajir dan datang pakai naik mobil mewah segala. Sekarang naik motor itu-itu aja dan yang lebih mengagetkan, sekarang suaminya cuman jadi petani. Cih! Berbeda sekali dengan Tara suaminya bos perusahaan, tiap hari beli emas untuk Tara sampai di badannya aja gak muat," cela tante Gea tersenyum jahat.

Tangan Anggara berubah jadi kepalan tapi Kinara dengan cepat menenangkannya, Anggara hanya bisa menatap sendu dan merasa bersalah kepada istrinya.

"Maaf, aku tidak bisa membeli kamu perhiasan, walau hanya setengah gram untukmu," ucap Anggara bersedih melihat istrinya sama sekali tidak memakai perhiasan.

Kinara tersenyum lalu mengangkat dagu suaminya, sehingga mengarah menatapnya.

"Tidak perlu bersedih. Aku bukan wanita seperti itu suamiku. Meski kamu kaya atau tidak, belum tentu juga aku menginginkan perhiasan seperti sepupuku. Lagi pun sangat rawan kejahatan sekali, jika aku mengenakan perhiasan. Jadi cukup anting kecil ini saja dan cincin pertunangan kita. Lagipula aku mengenakan pakaian syar'i dan pakai cadar, banyak-banyak beli perhiasan untuk apa juga kalau ujung-ujungnya tidak bisa dilihat juga," ucap Kinara membuat Anggara kembali tersenyum.

"Yang patut kau manjakan itu, putri kecil kita saja," ucap Kinara tersenyum lebar.

Anggara tertawa kecil sambil melihat putrinya yang berada digendong Kinara.

"Ha ha ha, iya. Aku akan berusaha memanjakan putri kita yang cantik ini," ucap Anggara mengambil alih menggendong putrinya sambil mencium pipi kiri dan kanan.

Mereka melanjutkan langkah mereka menuju rumah orang tua mereka dan juga nenek untuk Mutia kecil.


*****


Tak terasa Kinara telah berhasil menepati janjinya kepada ayah mertuanya. Setelah memasuki kehidupan Kinara, Anggara banyak mendapat pelajaran dan baru menyadari seperti apa kehidupan Kinara yang dikelilingi orang-orang toxic dan selalu sakit batin bertubi-tubi. Begitu juga dengan Kinara, mendapatkan pembelajaran bahwa mencari nafkah itu sangat susah dan banyak-banyak bersyukur. Jadi, mereka rasa tak sia-sia selama tiga tahun mereka menjalani kehidupan orang yang sangat sederhana.

Hari ini orang tua Anggara menjemput mereka pulang ke rumah yang sebenarnya dan sudah lama Anggara siapkan untuk mereka berumah tangga nanti. Apalagi ada baby yang membuat mereka menjadi seorang ayah dan ibu. Penambah anggota keluarga mereka juga.

Tak lama, akhirnya mobil milik orang tua Anggara muncul dan berhenti di depan rumah mereka. Setelah keluar, ibunya langsung berlari menghampiri cucunya lalu ia mengambil alih gendongannya dari tangan Kinara. Anggara memindahkan barang-barang mereka ke bagasi dan dalam mobil sebagiannya.

"Soal lemari dan lain-lainnya, kamu tenang saja. Nanti ada suruhan ayah yang akan membawanya dengan mobil pick up," ungkap ayah Anggara.

"Iya, yah," ucap Anggara.

Mereka bergegas masuk kedalam mobil, sedangkan bayi mungil mereka berada dalam pangkuan neneknya.

Di sepanjang perjalanan, Kinara memperhatikan orang tua Anggara dan lalu menatap suaminya sedang bermain dengan bayi mungil mereka. Terdapat ukiran senyuman di bibir mereka. Tanpa sadar Kinara pun ikut sekilas tersenyum bahagia, lalu ia kembali menatap keluar jendela dengan pemandangan pohon-pohon yang hijau dan rindang. Serta ada langit biru yang begitu cerah.

Kinara benar-benar tak menyangka dan merasa bahwa ini semua hanya mimpi. Orang yang ingin ia lupakan dulu dan mengira kenangan yang mereka ciptakan hanyalah akan menjadi masa lalunya selalu.

Ternyata Allah merubahnya menjadi orang yang selalu ia ingat dan akan menjadi masa depannya. Bukan masa lalunya.

Kita tak tahu seperti apa takdir jodoh kita. Karena jodoh sudah ada ditangan Allah. Entah berjodoh dengan orang masa lalu atau masa depan? Entah berjodoh dengan orang yang kita benci atau kita cintai? Semuanya sudah tertulis dan hanya Allah saja yang mengetahuinya.














🌻Tamat🌻

I Love You Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang