(35). Way

31 2 0
                                    

"Berhenti Kinara," teriak Anggara terus berlari mengejarnya.

Karena Kinara tak sanggup lagi berlari, akhirnya Kinara berhenti dengan napas terengah-engah. Anggara tak tinggal diam, mumpung Kinara tidak bisa berlari lagi. Ia pun berlari kencang menghampiri Kinara, Kinara ingin lari lagi ketika mengetahui Anggara sudah di dekatnya, dengan cepat Anggara menggenggam tangannya sangat erat.

"Kakak aku mohon lepaskan aku, apa kakak tidak ingat bahwa ayah kakak tidak setuju kita bersama." Berusaha melepaskan genggaman Anggara, tapi sayangnya Anggara sangat kuat darinya.

"Terus?"

"Hah?" Bingung Kinara berhenti sejenak memberontak.

"Apa peduliku?" ucap Anggara membuat Kinara kembali memberontak.

"Kakak, gak boleh gitu. Aku gak ingin kakak durhaka kepada ayah kakak. Lagian ayah kakak benar, aku memang tidak pantas untuk kakak. Jadi, aku mohon lupakan saja aku," ucap Kinara sendu.

"Gak, aku gak mau. Enak saja kamu ingkar janji, sekarang aku sudah sukses. Ayah kamu sudah merestui ku, apalagi? Kamu juga kan yang bilang, setelah aku sukses sebelum berusia 24 tahun kamu bakal nikah sama aku. Sekarang apa? Kamu mau ingkar janji gitu?" omel Anggara.

Kinara jadi terdiam seribu bahasa teringat akan janjinya di masa lalu, Anggara sekilas tersenyum melihat Kinara tidak memberontak lagi. Anggara menghela napas panjang.

"Sudah, untuk sementara lupakan saja soal ayahku. Sebenarnya kamu juga tau kan, aku dan ayahku sering tidak akur. Jadi, santai saja. Nanti juga berbaikan kok, soal restu. Nanti ayahku ujung-ujungnya menerima kamu kok, sama seperti ayahmu kalau sudah jodoh. Jadi tidak usah sedih," ucap Anggara menggenggam kedua tangan Kinara sambil tersenyum ambisius.

Kinara termenung sejenak.

"Anggara benar. Jika kami jodoh, pasti Allah akan menolong kami. Mungkin ini ujian untuk kami, lebih baik aku banyak berdoa saja," batin Kinara.

Sebenarnya Anggara ingin membawanya ke tempat lain alias jalan-jalan, tapi mengingat kejadian tadi. Terpaksa Anggara harus mengalah dan membawa Kinara pulang saja. Apalagi suasana hatinya sedang sedih gara-gara ayahnya sendiri.

"Kinara, yuk kita pulang. Pasti ayahmu mencari kamu," ajak Anggara.

Kinara mengangguk sambil tersenyum lagi, senyumannya itu membuat Anggara lega.

*****

Anggara baru saja pulang habis jogging, ia beristirahat di teras rumah belakang untuk melepaskan penatnya. Tiba-tiba ayahnya datang menghampirinya. Anggara merasakan firasat buruk bahwa ia akan berdebat lagi.

"Anggara, ayah ingin bicara!" ucap ayahnya.

"Bicara saja," ucap Anggara datar.

"Kamu tau nak Michel sepertinya sangat mencintaimu, ayah juga menyukainya. Jadi, ayah minta sebaiknya kamu menikah saja dengan Michel daripada dengan Kinara. Dia itu sangat terbaik lebih dari Kinara mu itu," saran ayahnya sambil mencibir.

Lagi-lagi Anggara di buat jengkel pada ucapan ayahnya kali ini.

"Mana ayah bisa tau, dia wanita baik atau tidak. Ayah saja masih belum mengenalnya tapi ayah dengan mudahnya mengkritik seolah-olah sudah mengenalnya saja. Jika ayah sudah mengenalnya, pasti ayah sangat memahami perasaanku," marah Anggara langsung pergi meninggalkan ayahnya sendirian terlihat sangat marah.

"Maafkan ayah, kali ini aku tidak bisa mematuhi ayah. Karena hatiku lah yang ingin pergi bersamanya," batin Anggara yang masih terus berjalan menuju kamarnya.

Setelah mandi lagi, Anggara merebahkan dirinya di atas kasur dengan posisi terlentang sambil memijat dahinya.

*****

Kinara berdiri didekat jalan tak jauh dari supermarket. Sudah setengah jam Kinara menunggu Maya tapi tak muncul-muncul juga batang hidungnya.

"Tumben banget Kak Maya telat, biasanya sebelum aku keluar. Dia sudah muncul duluan, apa dia kenapa-kenapa ya dijalan?" gumam Kinara merasa cemas.

Apalagi hari sedang malam, bukannya siang. Dia bukan takut karena Maya dihadang preman cuman dia takut Maya kecelakaan atau apa. Tiba-tiba mobil berhenti tepat di depan Kinara, mobil itu tak asing lagi bagi Kinara. Mobil itu menurunkan kaca mobilnya dan benar orang itu adalah Anggara. Sangat aneh sekali saat shift siang tadi dia tidak datang, saat shift malam baru datang. Apa ini sebuah kebetulan ya?

"Kok belum pulang sih dek? Apa lagi tunggu jemputan ya? tanya Anggara.

"Iya nih, kak. Kak Maya gak muncul-muncul daritadi, ditelepon juga diangkat," resah Kinara.

"Ya sudah, kamu ikut kakak aja. Nanti kamu beritahu Kak Maya mu," tawar Anggara.

"Bukannya apa sih, ini sudah mau tengah malam Kinara dan juga sudah mau sunyi banget. Takutnya nanti kamu kenapa-kenapa. Mending ikut kakak aja ya? Serius, kakak kuatir banget lihat kamu sendirian disini" saran Anggara.

"Terima kasih untuk tawarannya, tapi.... sebaiknya gak usah deh, kak. Aku mau tetap tunggu Kak Maya jemput aja, takutnya bakal ngerepotin kakak terus nantinya," tolak Kinara halus.

Anggara sekilas tersenyum kecut.

"Takut ngerepotin atau.... malu nih....." ejek Anggara tersenyum menggodanya.

Sontak Kinara menundukkan kepalanya sambil pipi bersemu merah merona. Anggara keluar dari mobilnya dan menghampiri Kinara.

"Oke, kalau adek gak mau diantar. Kalau gitu--" Berdiri disamping Kinara. "Aku temani adek aja sampai adek pulang," tegas Anggara.

"Tapi kak, kita gak boleh berduaan nanti ketiganya setan loh," tegur Kinara takut.

"Tenang!" Menunjuk sopirnya. "Tuh! Ada sopir. Jadi, gak cuman berdua kan?" ucap Anggara.

Kinara hanya angguk-angguk dan masih bingung. Tiba-tiba saja ponselnya berdering, terlihat di ponselnya tertera nama Maya. Ia pun segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Kinara," salam Maya dari telepon terdengar napasnya sedang terengah-engah.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, kak," jawab Kinara.

Tanpa berbasa-basi lagi. "Maaf, Kinara. Aku gak bisa jemput kamu, soalnya motorku mogok tadi. Itupun aku juga dijemput teman, sekarang motorku lagi di bengkel. Tapi kamu tenang aja kok, nanti suamiku aja yang jemput kamu. Bagaimana?" jelas Maya plus saran.

"Gak usah deh, kak. Kasihan Kak Ridho pulang kerja juga. Nanti aku naik ojek aja," tolak Kinara.

"Ya udah deh, tapi kalau masih belum ketemu ojeknya atau kenapa-kenapa, telepon aja kakak ya," pesan Maya ditelepon.

"Iya, kak," tangkas Kinara.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam Maya.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, kak," jawab Kinara.

Sambungan telepon dari Maya terputus. Kinara kembali meletakkan ponselnya di dalam tas lagi dan tetap setia berdiri dipinggir jalan sambil menunggu ojek.

"Kamu masih mau nunggu ojek, dek?" tanya Anggara mendekatinya.

Kinara malah berjalan mundur seolah memberi jarak karena takut.

"Iya, kak. Kenapa?" tanya baliknya.

"Adek ikut kakak aja ya! Biar aku antar. Kalau adek tetap tunggu ojek kelamaan, ini sudah mau tengah malam banget loh. Mana ada lagi ojek yang ada jam segini, itu juga jarang," desak Anggara.

Kinara berpikir sejenak.

"Kakak ada benarnya juga, ini kan sudah malam banget. Pasti bapak kuatir dan juga jam segini kan penjahat lagi merajalela," batin Kinara tengah berdebat.

Kinara menghela napas panjang.















Bersa

I Love You Mantan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang