Foto itu berhasil dikirim pada seseorang.
Diruangan kerja yang nampak sedikit cahaya lampu itu, memperlihatkan sosok CEO dari SULAX COMPANY sedang menatap ponselnya.
Gambar diponsel itu sangat jelas memperlihatkan dua orang wanita sedang berada disebuah pantai sambil bermesraan, yah tidak lain adalah freenbecky.
Merasa terkejut dengan gambar itu, dia sedikit menyunggingkan senyum jahatnya.
"Jadi, selama ini kau berhubungan dengan gadis itu yah?, sangat mengejutkan. Jadi kau menutupinya?, haha... aku punya peluang untuk ini, lihat saja" gumam lux.Sementara itu, freen mengantar becky pulang.
"Dari mana saja kalian berdua?, sudah dua hari kemarin kau tidak pulang kerumah bec!" Richie menghadang mereka didepan pintu masuk.
"Aku sudah izin pada mommy kalau aku akan menginap dirumah phi freen.." timpal becky.
Seakan tak percaya, richie memicingkan mata pada adiknya lalu bergantian pada freen.
"Jangan melihat kami seperti itu, berikan kami jalan untuk masuk" becky menggeser tubuh richie lalu menarik freen untuk masuk.
"Heyy... aku belum selesai bicara.. rebecca..!!" Panggil richie.
"Jika ingin bicara, maka segeralah kemari. Tidak sopan jika kau bertanya pada adikmu didepan pintu seperti itu!" Seru becky sambil menuju ruang keluarga.Suasana malam itu terasa tegang bagi freen, namun tidak dengan becky.
Becky duduk bersandar di diantara richie dan freen, seakan menjadi wasit untuk memulai sebuah pertarungan.
Richiee yang masih memandang curiga itu bergantian memandang freen dan becky.
"Sudahlah.. hilangkan pandangan itu dari
Kami, pacarku menjadi takut melihatmu seperti itu" gerutu becky sambil memainkan remote tv.
"Dasar anak nakal, kau pergi tanpa sepengetahuanku. Dan kau sudah berani keluar rumah semejak berkenalan dengan CEO ini." Tunjuk richie pada freen. Merasa disalahkan freen hanya diam tertunduk didepan richie.
"Hey jaga mulutmu, aku berpamitan pada daddy dan mommy, lagi pula mereka mengijinkanku menginap dirumah phi freen." Becky tak mau kalah.
"Bec..bec.. sudah, jangan seperti itu pada kakakmu" freen menenangkan becky.Masih dengan tatapan yang sama, richie mulai bersuara lagi, "apa yang kalian lakukan disana?".
"Ehh.. kami hanya bersenang-senang dan jalan-jalan itu saja" sambung freen dengan gugup.
"Kami tidur bersama" becky menyambung perkataan freen. Freen yang mendengar itu seketika menjadi takkaruan, ia takut jika saja richie akan memarahinya dan becky karena sudah tidur bersama. "Bec.. kenapa kau katakan itu?" Bisik freen."Apa???!!" Teriak richie.
"Mati aku.." bisik freen pada dirinya sambil tertunduk dan mengusap wajahnya dengan tangan sekan pasrah.
"Kenapa?? Kau iri??" Tantang becky pada richie.
"Jadi kalian sudah tidur bersama?!!" Tanya richie lagi.
"Memang itu kan yang dilakukan sepasang kekasih, jika kau iri segeralah punya pacar. Atau jika mau, aku akan menjodohkanmu dengan irin." Tutur becky dengan santai.
"Gilaa yang benar saja becca.." richie mulai mengontrol nada bicaranya.
" kau tau.. kau akan bahagia jika kau punya pacar, seperti aku.." becky masih tetap menggoda kakaknya.
"Heii.. aku bukannya tak punya pacar, tapi aku fokus pada karirku."richie mengelak.
"Ckk...jangan mengelak, jujur saja jika kau memang tak laku" kata becky sambil berdiri lalu mengambil tangan freen dan menariknya untuk meninggalkan richie.
"Aku bukannya tak laku, heii... jagan kabur, aku belum selesai bicara! Heiii... kalian, akhh dasar." Gerutu richie.
"Tapi, apa benar yang dia katakan? Aku tak laku?, heii aku kan tampan mana mungkin tidak laku?, pekerjaanku ada. Aku pria yang mapan.. akhh sudahlah, jika memang ada pasti juga akan ketemu" kata rinchie sambil berlalu pergi meninggalkan ruang keluarga."Bec.. apa yang kau lakukan padanya, lihat dia marah melihat kita. Setidaknya kau harus meminta ijinnya juga kemarin." Kata freen saat sampai dalam kamar becky.
"Sudahlah, jangan diambil pusing. Itu hanya alasannya saja, Lagi pula dia juga tidak ada dirumah ketika aku berpamitan"
"Tapi bec.. kau juga dengan santainya mengatakan sudah tidur bersama padanya, bagaimna dia tidak
Marah?. Aku mendengarnya merasa ingin menghilang seketika" sambung freen lagi.
"Itu tidak jadi masalah phi freen sayang.. itukan wajar lagi pula kita sama-sama wanita, jadi apa salahnya?" Hibur becky lagi.
"Tapi bec.... Jang....", kalimat itu terhenti dengan sebuah kecupan mendarat dibibirnya.
Cupp..
"ughh.. pacarku cerewet sekali.." kata becky sambil menyudahi ciumannya lalu berbalik arah menjauhi freen. Namun freen tak mengijinkan becky menjauh, lalu menarik tangannya untuk mendekat. Dan freen melanjutkan ciuman singkat becky padanya, dengan melumat semua bibir tipis itu.Sambil berdiri didepan pintu kamar yang sudah tertutup rapat, kedua insan itu saling memeluk dan saling berciuman sangat lama.
Akhirnya aksi itu terhenti, masih dengan wajah yang saling berdekatan freen tersenyum, " aku cerewet karena tak ingin kamu di omeli kakakmu karena kau" bisik freen lalu mengecup singkat bibir becky.
Melihat perlakuan manis itu becky menjadi tersenyum.Beberapa jam pun berlalu setelah momen manis itu,
Becky sudah tertidur dipelukan freen.
Merasa sang kekasih sudah nyenyak, freen akhirnya memperbaiki posisi tidur becky. Dia menarik lengannya dan menggantinya dengan bantal, laluMemperbaiki selimut itu ditubuh becky.
Sebelum meninggalkannya, dikecupnya kening gadis yang tertidur itu. Dimatikannya lampu diatas nakas dan segera keluar dari kamar, tak lupa dia menutup pintu kamar itu kembali.Saat turun dari tangga, richie muncul.
Memandang dengan tatapan datar pada freen sambil menyilangkan kedua tanngannya didada.
"Aku ingin bicara.." kata richie lalu berlalu pergi menuju ruang tamu.Mereka duduk berhadapan, dengan keadaan lampu ruang tamu itu agak remang-remang karena sudah dimatikan yang lain.
"Aku tau aku terlambat mengetahui ini, yah mungkin karena aku terlalu sibuk dengan urusanku jadinya aku tak mengetahui adikku sudah punya pacar" tutur richie sambil memandang freen.
Freen masih terdiam dengan keadaan kedua tangannya menyatu diantara kedua pahanya."Jujur saja, aku agak sedikit menentang hubungan ini. Tapi kedua orang tuaku tidak sepertiku. Demi becca mereka akan melakukan segalanya. Dan aku, bukannya aku tak sayang pada adikku, tapi aku ingin dia lebih baik dariku. Dan aku adalah orang kedua dari orang tuaku, jika mereka setuju aku akan mengikuti mereka walau sepenuhnya dariku tidak. Aku hanya berharap padamu nona freen, jangan kecewakan aku dengan memberi luka pada becky dikemudian hari. Jika saja itu terjadi, aku tidak akan memaafkanmu walau kau adalah CEO terkenal sekalipun" ujar richie pada freen.
"Apa kau mencintai becca?" Tanya richie.
"Yah aku mencintainya, sangat mencintainya" jawab freen.
"Jika kau mencintai adikku, maka berjanjilah untuk tidak membuatnya kecewa" ujar richie lagi.
"Aku berjanji padamu"
"Jika kau ingkar, maka kau akan tau akibatnya. Aku akan membuat perhitungan denganmu, walau kau lebih tua dariku nona freen. Demi kebahagiaan adikku apapun akan aku lakukan!" Ancam richie.
"Yah aku siap jika nanti aku berbuat kesalahan" jawab freen.Obrolan itu berakhir dengan freen berpamitan untuk pulang.
Ada rasa haru ketika mengingat semua perkataaan richie padanya. Keluarga yang terpndang itu adalah keluarga yang harmonis walau mereka hampir semunya sibuk. Dengan adanya kehadiran becky menjadikan seluruh anggota keluarga armstrong memberi perhatian lebih. Mommy dan daddy yang selalu sibuk, dengan penuh usaha menyempatkan diri ketika becky sedang membutuhkan mereka. Richie yang juga bepergian dengan mengurus bisnisnya juga akan menyempatkan waktu untuk adik semata wayangnya demi menemaninya berbelanja, bermain, dan lain-lain.
Dan jika mereka semua sibuk, mereka akan menitipkannya pada paman ton dan phi sa yang berada dirumah mereka untuk menjaga becky, tidak lupa juga dengan keberadaan irin.Merasa iri dengan keluarga sang kekasih yang begitu harmonis. Ingin seperti itu, namun dia tak bisa karena waktu yang memisahkannya kedua orang tuanya.
Walau bagaimana pun, dia akan memegang janjinya pada richie untuk selalu melindungi becky. Apapun alasannya.
*********
KAMU SEDANG MEMBACA
What is love? (End)
Ficción GeneralApa itu cinta?, ketika aku mengenal cinta, aku tidak bisa kembali ke masa aku menjadi diriku seperti dahulu, rasanya aku terobsesi dengan kata itu.