Di malam hari setelah Zia melaksanakan sholat isya', tiba-tiba mulutnya pengen ngemil, alhasil dia jalan ke minimarket depan komplek. Sebenernya sempet mikir dua kali sih buat pergi, tapi gwenchana, ini masih malam selasa, bukan malam jumat, insyaallah gwenchana.
Selesai belanja beberapa camilan di minimarket itu, Zia otw balik ke rumah tentunya. Tapi, tiba-tiba di jalan ia bertemu dengan seseorang. Tenang, bukan copet kok.
Sebuah motor Astrea yang dikendarai seseorang tersebut menyamakan kecepatannya dengan langkah Zia sekarang, posisinya udah jejeran gituh "Zia? Dari mana kamu?" Tanya nya.
Saat menoleh, ternyata anak komplek sebelah, "Vano? Oh ini habis dari indomerit cari jajan"
Mervano Aditara Pamungkas, bisa dipanggil Mervan, bisa dipanggil Vano, boleh juga dipanggil sayang. Anak komplek sebelah, dia juga sekolah di SMA yang sama seperti Zia, dan sekedar info bahwa dia adalah teman kecilnya.
Gausah kaget, gausah panik, mereka berdua emang manggilnya aku-kamu.
"Kamu juga dari mana?" Ganti Zia yang bertanya.
"Habis beli kuota, sekalian beli sate"
"Ouuhh"
"Mau nebeng nggak? Gratis tenang aja. Lagian tumben ngga bawa motor?"
"Lagi pengen jalan aja"
"Bahaya jalan malem-malem, ntar diculik baru tau rasa"
Zia tersenyum sekilas "bisa aja, beneran boleh nebeng?"
"Bwoleh.."
Mendengar persetujuan dari Vano, Zia langsung menaiki motor Astrea miliknya itu.
Tak lama setelah sampai di depan rumah Zia, ia pun turun dari motor Vano. "Makasih ya"
"Sama-sama" dan diakhiri senyuman tipis dari Vano.
Dua detik berlalu, "Ngapain masih disini? Mau mampir?" Tanya Zia setelahnya.
"Nunggu kamu masuk ke dalem"
"Ya kamu pulang dulu lah, masa iya aku tinggal gitu aja?"
Vano terkekeh sekilas "yaudah aku pulang ya"
Vano pun membawa motor kesayangannya pergi meninggalkan halaman rumah Zia. Dan baru saja dirinya membalikkan badan guna untuk masuk kedalam rumah, ia dikejutkan dengan keberadaan sang Mama "astaga! Mama?! Ngagetin aja"
"Hehe, emang sengaja"
"Ngapain sih disini Ma?"
Sang Mama menghela nafasnya panjang, "tadi Mama liat, kamu sama Vano ya?" Lalu dijawab anggukan oleh Zia.
"Mama tuh sebenernya suka banget sama interaksi kalian. Mama seneng banget ngeliat kalian berdua bareng-bareng, apalagi waktu dulu, tapi sekarang karena kalian udah remaja kayak gini, kalian jadi nggak sedeket dulu"
"Mama apaansih? Kenapa tiba-tiba bahas kesana?"
"Yaa gapapa, lagian dulu waktu kecil kalian bareng-bareng terus kan? Tapi sekarang jarang banget ada interaksi" jawabnya lagi.
"Mau gimana lagi Ma, kita udah remaja, masa iya mau main masak-makanan kayak dulu? Atau main guru-guruan?" Lalu keduanya tertawa bersama.
Sekarang terlintas di bayangan Zia, mengingat momen-momen bersama Vano dulu. Saat masih SD pulang sekolah main masak-masakan, dan Vano yang jadi pembelinya. Sore-sore habis mandi main guru-guruan/sekolah-sekolahan, Vano juga yang jadi muridnya, tentu masih banyak lagi kenangan masa kecilnya bersama Vano.
Sejauh ini, Vano adalah pemenangnya. Orang yang bisa membuat masa kecil Zia menyenangkan. Vano yang membuat dirinya tertawa bahkan menangis. Jika diingat-ingat memang benar kata Mama, dulu kita selalu bersama, tapi sekarang kita jarang ada interaksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Circle
Teen Fiction- Dimohon untuk tidak mengcopy karya orang seenak jidat - Circle yang personilnya ada 6, random abis kelakuannya. Minim kewarasan, bahkan kadang suka minim akhlak, heran banget sama mereka. || - Bahasa campuran Indonesia x Jawa, yang nggak ngerti...