09. (new chapter) di antara insting bertahan hidup dan hilang akal

443 76 136
                                    

T R A N S E D E N T A L

Sekarang kamu percaya,
kan bahwa mereka benar-benar
ada di sekitar kita?

Sore menjelang dengan cepat dan Solar sudah selesai membungkus tubuh saudaranya dengan kain tebal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore menjelang dengan cepat dan Solar sudah selesai membungkus tubuh saudaranya dengan kain tebal. Lantas dia tinggalkan mayat saudaranya dan mulai beranjak turun ke lantai bawah.

"Eh, Solar! Ayo sini ikutan. Duri udah masak makan malam buat kalian."

Di sana, di depan pintu dapur, sosok yang menyerupai Duri itu tersenyum lebar sembari melambaikan tangan. Dia hanya mengangguk, kakinya menurut untuk melangkah ke dapur sembari kepala terus mempertanyakan siapa orang yang mengkloning Duri.

Di meja makan, semua orang telah hadir di sana──maksudnya semua yang masih hidup.

Halilintar, Taufan, Ice, Duri, dan Nenek.

Lagi-lagi meja keramik itu di penuhi oleh hidangan daging yang mewah. Bermacam-macam makanan di buat dengan bahan utama daging.

Sekarang Solar curiga jika daging yang selama ini mereka makan adalah daging manusia.

Sekarang Solar curiga jika gantungan batu putih di jendela memang benar-benar terbuat dari gigi──milik Duri.

Sekarang Solar curiga jika pembunuh saudara-saudaranya bukan hanya satu orang. Nenek, Duri, dan mungkin saja ada orang lain lagi yang belum dia ketahui.

"Makan yang banyak, ya, sayang." Nenek berkedip lucu, wajah pucat penuh kerutan itu bergoyang ke kanan dan kiri hanya untuk memberikan lebih banyak daging di piring cucu-cucunya.

"Ayo di makan. Duri udah capek-capek masakin ini buat kalian, loh."

Tetapi Solar tidak pernah menyentuh makanan di piring. Seolah-olah daging di piring telah berubah menjadi bangkai penuh belatung.

Ketika si bungsu mendongak, dia temukan bahwa Halilintar, Taufan, dan Ice juga tidak menyentuh makanan mereka. Tidak ada yang berselera makan setelah semua kejadian mengerikan yang terjadi dua hari belakangan.

"Solar,"

Suara lembut Nenek mengalun layaknya gelombang kematian. Hawa asing menyapa ruang makan hingga akhirnya wanita tua itu tertawa terbahak-bahak.

Apa yang lucu?

"Mau pulang kapan, hm? Malam ini?" Pertanyaan Nenek membuat bulu kuduk si bungsu merinding bukan main. Semua orang lantas memusatkan seluruh atensi pada Solar, ada yang menatap lekat, ada yang tersengih amat lebar, dan ada yang menatap kebingungan.

"Jangan cepet-cepet. Kamu kira nenek nggak tahu kamu ngapain aja di sini? Orang Nenek ada banyak di sini soalnya."

BRAK

Semua jendela terkatup amat kencang, suaranya menggelegar hingga peralatan makan di meja bergetar kuat. Lampu-lampu padam dalam sekejap, membuat ruang tamu menjadi remang-remang.

[✓] Transendental : Forbidden Things  [ Halilintar ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang