04. permainan kejar-kejaran dan potongan tangan

545 102 102
                                    

T R A N S E D E N T A L

Satu, dua, dan tiga. Kita
lihat kejutan apa lagi yang
akan menghantui.

Pagi hari pukul lima pagi, Gempa menjerit kencang dari arah dapur sambil meneriakkan nama salah satu dari mereka, membuat semua orang yang tengah tertidur segera bangun dan beranjak turun ke lantai bawah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari pukul lima pagi, Gempa menjerit kencang dari arah dapur sambil meneriakkan nama salah satu dari mereka, membuat semua orang yang tengah tertidur segera bangun dan beranjak turun ke lantai bawah.

Ketika sampai di dapur, hanya ada Gempa yang paniknya luar biasa sambil memangku Blaze yang terlihat tak sadarkan diri.

"Blaze?" Ice segera mendekat, menyentuh kening penuh keringat dingin itu hingga akhirnya panas menyengat terasa. "Kok bisa gini, Kak?" Tanya Ice dengan pandangan nanar.

"Nggak tahu, Ice. Aku nemuin Blaze udah pingsan di sini." Jawab Gempa seadanya. Adik yang sedang dia pangku semakin mengeluarkan hawa panas yang menyengat.

Halilintar lantas datang paling akhir dan hanya diam dengan pandangan bingung. Nenek juga datang sambil berlari kecil dan terkejut bukan main saat melihat cucunya──Blaze──terbaring lemas di pangkuan Gempa.

"Ayo, bawa Aze ke sofa. Biar Nenek bikinin teh anget sama obat."

Sesuai perintah, Halilintar dan Taufan lah yang memapah Blaze untuk di baringkan di sofa. Jendela-jendela mulai di buka agar udara segar memasuki ruang tamu, membuat aroma petrikor segera menggelitik hidung.

Sekitar sepuluh menit lamanya, Blaze mulai tersadar. Kompres di dahinya segera merosot jatuh begitu remaja itu bangun dan melotot takut pada semua orang.

"Kenapa, sih?" Taufan memegangi pundak Blaze, menatap cemas sekali pada getaran yang muncul di tubuh adiknya.

"T──tadi malam..." Tetapi Blaze bungkam begitu bersitatap dengan wajah tersenyum Nenek. Takut. Dia hanya mampu menunduk hanya untuk meremas tangannya kuat-kuat. "Aku ngeliat hal aneh."

"Aneh kaya gimana? Emang Kak Aze ngapain keluar kamar malam-malam?" Duri yang berdiri persis di samping saudara kembarnya bertanya bingung. Padahal sudah di beritahu oleh Nenek bahwa tidak ada yang boleh berkeliaran setelah listrik padam, tetapi Blaze malah di temukan pingsan di dapur.

Sontak saja Blaze menoleh laju ke arah Duri. Mata oranye itu berubah jengkel, "Jangan pura-pura nggak tahu, Duri! Kan kamu yang nemenin aku keluar kamar tadi malam!"

"Eh? Duri nggak nemenin Kak Aze tadi malam. Duri langsung tidur waktu di ingetin sama Solar."

Hening. Dapat di lihat bahwa Blaze semakin memucat, bahkan bibirnya yang bergetar mulai membiru.

[✓] Transendental : Forbidden Things  [ Halilintar ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang