13. aku akan tunjukkan siapa pemangsa yang sebenarnya

584 98 119
                                    

T R A N S E D E N T A L

Terlambat. Sekarang kalian
hanya akan menangisi
masa masa lampau yang terlewat.

Rumah kini di liputi sorot jingga lilin, menerangi setiap jengkal ruangan yang awalnya gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah kini di liputi sorot jingga lilin, menerangi setiap jengkal ruangan yang awalnya gelap. Halilintar mengedarkan pandangannya, menatap darah di anak tangga, lantai ruang tamu, dan menatap bagaimana gantungan gigi Duri berbunyi nyaring.

"Keluar, bangsat."

Sontak angin berhembus begitu kencang, memadamkan puluhan lilin hingga menghitamkan seluruh ruangan. Namun Halilintar masih geming, menatap dingin pada derit kayu yang bersumber dari samping kanan dirinya.

Perlahan-lahan, nyanyian samar-samar bergaung di seantero ruangan. Seolah-olah ada ratusan anak-anak yang bernyanyi lagu bernuansa klasik.

"Domba kecil mengarungi samudera

Katanya ingin menukar sandera

Tetapi malah karma dia dera

Kamu tahu perkaranya?

Sebab dia layangkan ratusan nyawa."

Abai. Halilintar melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah. Menginjak kayu mahoni hingga berderit sangat nyaring.

Tangannya yang menenteng pisau daging kian mengerat, memantulkan cahaya saat guntur menggelegar, hingga akhirnya Halilintar menangkap sosok tua renta yang terduduk damai di atas kursi goyang.

Dalam pangkuan Nenek, ada kepala Blaze yang masih setia menutup mata. Kini si sulung dapat melihat dengan jelas raut wajah lelah yang sama dengan milik Gempa.

Mereka lelah.

"Kamu udah dateng? Kebetulan Nenek mau ngenalin kamu sama──"

SETT

BRAK

Tangan yang sudah sangat siap menghujam pisau itu segera di tepis kasar hingga pisau Halilintar terpelanting jatuh ke atas lantai. Seketika si sulung tersentak, tertampar oleh tangan yang begitu dingin hingga tertoleh ke samping.

Dalam guntur yang menggelegar, sosok Nenek ternyata tidak sendiri. Ada tiga biarawati yang mengelilingi wanita tua itu──dan salah satunya adalah pelaku yang sudah menangkis pisau Halilintar.

"Belum apa-apa udah nyerang. Duduk dulu, Li." Ucap Nenek pelan. Kursi kembali bergoyang, kelopak mata Nenek kembali terpejam lembut. "Jangan gegabah. Semuanya merhatiin kamu di sini."

[✓] Transendental : Forbidden Things  [ Halilintar ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang