22. akhir cerita tragis milik mereka──dia

687 111 118
                                    

T R A N S E D E N T A L
Dia gila, selesai.

T R A N S E D E N T A L Dia gila, selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terus terus!?"

Karena pertanyaan menuntut itu, Gopal mau tidak mau mendecih, berhenti menyeruput soda miliknya. "Ya gitu, mati lah. Kan yang di gerbong suruhan Bapak nggak ada akhlak itu──

──Lagian itu kereta hantu. Halte dua belas emang nggak ada. Desa Rimbara juga nggak ada di peta negara kita."

Semua anak yang mendengarkan mengernyit. Ada yang menangis, ada yang ketakutan, ada juga yang tiba-tiba ingin Kakaknya cepat pulang.

"Terus terus, anak kelima sama si bungsu gimana!? Mereka kan di dorong ke bawah! Mereka mati?" Tanya anak dengan manik oranye──Blaze──yang saat ini berpelukan erat dengan saudara kembarnya, Ice. Takut katanya.

Gopal mendecak lagi, kepalang malas menjawab, baru satu seruputan soda soalnya.

"Mereka hidup, kok. Katanya sungai itu terhubung ke laut. Nah, mereka hanyut sampai ke pulau asing. Terus terdampar di desa Hexa." Jawab Gopal.

Hari sudah semakin larut, tetapi Gopal masih harus menceritakan kisah tragis pada anak-anak di bawah umur ini.

"Terus... yang ngebikin si sulung nggak jadi di tumbalin siapa? Siapa yang ngebakar gereja?" Kali ini Gempa bertanya. Anak bermata emas itu kentara takut.

"Mamanya. Arwah Mamanya. Sejak awal Mamanya udah dendam banget sama si Bapak, makanya sampai bisa ngebakar gereja demi nyelametin si sulung." Jawab Gopal, lagi.

Pikirnya anak-anak sudah akan tidur, tetapi anak dengan kacamata bundar itu mengangkat tangan. "Jadi Bapaknya nggak mati? Buktinya bisa nelpon si sulung." Lirih Solar yang masih shock berat. Ceritanya luar biasa seram.

"Enggak. Bapaknya abadi. Hasil ngabdi ke Iblis. Atau bisa jadi Iblisnya sendiri yang bertindak." Bukan Gopal yang menjawab, melainkan Taufan. Anak bermata biru cerah itu menatap serius pada adik bungsunya. "Atau bisa jadi itu Ayahnya yang asli. Who knows Ayahnya ada dua? Satu tiruan, satu lagi yang asli."

"Pinter, ma bro!" Puji Gopal sembari cengcengsan sendiri. "Jadi gimana? Seru kan ceritanya? Oh, iya dong. Gopal gitu loh."

Lantas Taufan menjawab, "Seru... tapi sedih..."

Gempa melirik takut pada Gopal. "Takut..."

Blaze, anak bermata oranye itu memeluk Ice lebih erat. Matanya sudah berlinangan air mata. "Cerita tai." Tutur Blaze sebelum akhirnya menangis di pelukan adik kembarnya.

Ice, anak yang di peluk itu akhirnya membuka mata saking pusingnya dengan cerita yang Gopal bawakan. "Nggak tahu. Pusing."

Duri, anak yang sibuk mendekap boneka beruang di pangkuannya hanya merangsek, merapatkan diri pada Solar. Bibirnya mengerucut, "Mau Kak Hali..." Dan akhirnya si hijau itu meraung amat kencang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[✓] Transendental : Forbidden Things  [ Halilintar ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang