11. seutas janji tuk menyusul pasti akan ku tepati

474 91 111
                                    

T R A N S E D E N T A L

Dia berjanji akan menyusul,
tetapi raganya tidak berkata begitu.

Guntur menggelegar habis-habisan, menyorot kegelapan di seluruh tempat tanpa ampun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Guntur menggelegar habis-habisan, menyorot kegelapan di seluruh tempat tanpa ampun. Awan di langit menggelap, rembulan menghilang, tetapi semuanya tidak berlaku pada senyum lebar Nenek yang terus melekat.

"Nenek... kenapa, Nek? Kenapa harus gini?" Di bawah sorot petir, Ice menatap nanar Nenek yang sudah berdiri di depan pintu. "Kita cucu Nenek. Tapi kenapa Nenek tega ngelakuin semua ini? Blaze, Kak Gem, Duri..."

Wanita tua itu mengedarkan kepala hanya untuk melihat Halilintar yang ambruk dengan pisau tertancap di perut, melihat Taufan yang berteriak takut, melihat Solar yang ketakutan setengah mati dan melihat kepala Blaze yang terus menggelinding kesenangan.

Ah, indahnya pemandangan malam ini.

Lantas Nenek kian membungkuk hingga wajahnya hanya berjarak beberapa Senti dari wajah Ice, "Rahasia, Ice. Kalau mau tahu, kamu harus hidup sampai akhir."

Tepat setelahnya Nenek berbalik pergi menuju ke samping kiri rumah. Ketika Ice mengintip, ternyata Nenek masuk ke dalam gudang untuk memilah-milah alat gergaji mesin.

"LARI!" Ice segera berdiri sekaligus membantu si bungsu untuk bangun. Taufan masih tetap bersimpuh di lantai, matanya kosong sambil terus meminta maaf. Lantas Ice berteriak, "KAK TAUFAN!"

Awalnya teriakan Ice tidak mampu menjangkau kesadaran anak nomor dua itu, tetapi setelah Halilintar menarik ujung hoodie biru Taufan, barulah dia tersentak.

"T──tapi Kak Hali──"

"Lari, Taufan. Bawa yang lain lari duluan..." Halilintar bernafas susah payah, dengan kuat menekan area tusukan agar tidak terlalu berdarah. Lantas si sulung menatap nanar sosok mayat Gempa yang tak kunjung bergerak; hanya menatap kosong. "Kamu kakak setelah aku.... Pimpin mereka, Fan."

"A──aku nggak bisa, Kak. Aku pendosa... aku yang ngebunuh Gempa."

Senyap, hingga akhirnya guntur menyambar pohon apel di pekarangan rumah, membuat api terpercik dan menciptakan nyala yang besar. Taufan gemetar kuat, tangannya yang berlumuran darah masih teringat jelas di hari itu.

Taufan membunuh Gempa.

Semuanya terjadi begitu cepat. Hari itu, saat semua orang tidak berada di satu tempat, Taufan temukan Gempa sedang menangis sesenggukan di dalam kamar. Sendirian. Rasanya sangat menyakitkan dituduh sebagai pembunuh, padahal Gempa adalah yang paling menyayangi saudara-saudaranya.

[✓] Transendental : Forbidden Things  [ Halilintar ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang