It's from the way that you move
And everything that you do
And after that it's when i realize
That i love you
-An Art Gallery could never Be as
unique, MrldMalam ini Launa tidak bisa menahan kesedihannya, ia kembali teringat pada mada-masa cintanya terhadap Mahen terasa indah. Tidak seperti saat ini, cintanya pada Mahen hanya membuatnya sakit.
Dahulu saat mencintai Mahen, dia tidak memikirkan soal balasan, tidak berharap cintanya akan menghasilkan timbal balik dari sang pujaan hati. Berbeda sekarang, di mana setiap hari Launa selalu memikirkan perasaan laki-laki itu, dirinya yang sekarang selalu berharap cinta yang sama dari sosok itu.
Tiga puluh detik kemudian, alarm di kepala Launa menyala. Laki-laki bernama Mahen Anggara itu harus ditemuinya sekarang juga, sudah cukup untuknya menahan perasaannya bertahun-tahun, Launa tak ingin mati dalam penyesalan karena tidak menyatakan perasaannya. Setidaknya dia harus mencoba, apa pun jawabannya akan diterima oleh Launa.
Buru-buru Launa mengambil ponselnya di meja. Perempuan itu keluar rumah hanya menggunakan celana legging hitam dan kaos oblong.
Malam ini dia bertekad akan menyelesaikan semuanya, langkahnya terhenti saat ia teringat kalau malam ini Mahen memintanya untuk menemani membeli kanvas, perempuan itu langsung membuka layar handphone-nya sambil kembali berjalan.
"Halo, Lau." sapaan itu terdengar berat, Launa menebak kalau Mahen baru bangun tidur.
"Hai," balas Launa pelan. "Jadi beli kanvas?"
"Nggak jadi, tadi pas pulang sekolah udah aku beli."
"Yaudah."
"Aku matiin, Lau, see you."
Launa tertegun dan berhenti melangkah, tanpa sadar ia sudah sampai di rumah Mahen. Perempuan itu bingung harus masuk menemui Mahen dan menyatakan perasaannya atau pulang kembali ke rumah dan menangis di kamar.
Launa memilih opsi pertama, dia seakan sedang dirasuki oleh keberanian. Kepercayaan dirinya meningkat, perempuan itu memberanikan diri dan mengetuk pintu rumah sebanyak tiga kali sampai akhirnya pintu terbuka.
"Launa?"
Launa tersenyum, menampilkan deretan giginya. "Mahen ada, Tan?" Launa bertanya dengan sopan.
"Ada, Lau. Mahen lagi ngelukis di ruang atas, ayo masuk!"
Benar, Launa ingat kalau Mahen selalu melukis di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With Mahen (Tamat)
Teen FictionJika ada satu pertanyaan, siapa yang mampu menahan perasaan cinta terhadap temannya selama 5 tahun, maka Launa Givanya adalah orang yang tepat untuk jawaban tersebut. Launa Givanya atau yang kerap di sapa Launa ini adalah seorang gadis biasa berusi...