Di jalanan kota perumahan blok 10, Launa bersiul dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam kantung jeansnya.
Gadis itu sedang mencari angin di malam hari. Ia merasa bosan berada di rumah, di dalam perjalanan hembusan angin meniupi wajah Launa.
Siulan gadis itu terhenti ketika rintik-rintik hujan berjatuhan mengenai wajahnya. Launa berjalan dengan cepat mencari tempat berteduh. Namun, hujan tiba-tiba menjadi sangat deras. Ia menambahkan kecepatan berlarinya untuk segera mendapatkan tempat berteduh.
Pada akhirnya, Launa berhenti di sebuah rumah besar berwarna putih. Hujan membawanya singgah ke rumah yang ia kenali pemilik dari rumah tersebut.
Launa tersenyum kecil. Gadis itu merasa berkecil hati setelah memandangi rumah Mahen. Launa merasa dirinya kurang pantas menyukai pria seperti Mahen, baginya posisi Mahen berada di atasnya.
Pria yang disukainya berasal dari keluarga yang berada dengan masa depan yang sudah diatur orang tuanya. Berbeda dengan dirinya, Launa hanya seorang anak dari keluarga yang hidup secukupnya.
Kadang kala, ia juga sering merasa cemas terkait masa depannya. Launa takut akan kegagalan, dia tak merasa malu dengan keluarganya, hanya saja Launa merasa dirinya begitu lemah untuk hanya sekedar merasa bahwa dirinya pantas.
"Belajar yang benar, Lau."
"Ayah selalu usahain yang terbaik untuk masa depan kamu."
Sekilas perkataan orang tuanya terlintas di dalam pikirannya. Gadis itu tertunduk diam, alasan lain Launa tidak mengungkapkan perasaannya adalah, karena ia merasa takut Mahen mengetahui dirinya yang lemah. Launa takut kalau Mahen melihat ketidak percayaan dirinya.
Launa merasa di dalam hidupnya ia selalu berusaha sekuat tenaga, sedangkan Mahen masih bersantai menikmati hidup. Oleh karena itu, Launa merasa dirinya dan Mahen tak seimbang.
Launa sengaja membangun sebuah tembok besar untuk menciptakan rasa gengsi yang tinggi di hatinya. Dia menampilkan dirinya yang kuat di depan Mahen, sehingga Mahen tidak mengetahui kelemahannya.
Launa melakukan itu agar Mahen tidak gampang menyakiti hatinya. Sebab, kenyataan sangat berbeda untuk mereka.
"Lau, ngapain hujan-hujanan di sini?"
Kemunculan Mahen membuat Launa membuyarkan pikirannya. Pria itu menatap gadis yang berdiri tepat di hadapannya. Beberapa menit yang lalu, ia melihat Launa dari jendela, saat itu Mahen sedang menutup jendela kamarnya yang lupa ia tutup.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With Mahen (Tamat)
Novela JuvenilJika ada satu pertanyaan, siapa yang mampu menahan perasaan cinta terhadap temannya selama 5 tahun, maka Launa Givanya adalah orang yang tepat untuk jawaban tersebut. Launa Givanya atau yang kerap di sapa Launa ini adalah seorang gadis biasa berusi...