Lelaki itu tampak sangat jenuh dengan Launa yang terus-menerus memaksanya untuk memakai kutek berwarna merah milik gadis itu. Ia bingung harus menghadapi Launa bagaimana lagi, permintaan aneh gadis itu selalu dituruti olehnya. Bahkan kali ini juga, wajahnya terlihat sangat pasrah saat gadis itu menodai kuku-kukunya.
Rora berkacak pinggang sedari tadi sambil menahan tawa melihat Mahen disiksa oleh Launa.
"Gue keluar dulu, Lau, mau nyari patner bucin gue juga."
Launa melambai-lambai pada Rora, memandangi sesaat kepergiannya.
Rora menyusuri koridor, niat hati ingin mencari keberadaan Deon yang berada entah di mana sejak bel istirahat berbunyi. Rora menyusuri koridor yang tidak begitu ramai, membuat langkahnya terhenti ketika mendapati seorang gadis berdiri di hadapannya.
"Apaan lo?" Rora menaikkan satu alisnya. Bingung dengan gadis yang mencoba menghalangi jalannya.
"Lo yang apaan?" Sabrina berkacak pinggang.
"Stres lo emang, minggir jablay!" Kali ini kesabaran Rora benar-benar sudah habis. Rora menghela napas panjang sebelum akhirnya menarik rambut gadis itu.
"Rambut gue, bego! Sakit ih." Sabrina meraih tangan Rora yang bertengger di kepalanya.
"Lepas juga, sialan lo." umpat Sabrina.
"Mau lo apa sih?" tanya Rora.
Sabrina berdecih meremehkan gadis di hadapannya. Sekalipun sudah dijambak oleh Rora, dia tak berhenti sampai di situ. Sabrina berjalan satu langkah lebih dekat, lalu gantian menarik rambut Rora.
"Emang biadab nih anak, awas aja lo."
Aksi jambak-menjambak keduanya terpegok oleh guru yang melewati koridor sehingga mereka kini duduk di ruang Badan Konseling.
"Siapa yang mulai?" tanya Bu Sri.
Rora dan Sabrina saling menunjuk.
"Eh stres, lo yang mulai sok gaya berdiri depan gue," ucap Rora.
"Lo yang jambak gue duluan," jawab Sabrina.
"RORA! SABRINA! Nggak malu kalian udah besar masih berantam?" Suara Bu Sri naik beberapa oktaf.
Rora menghembuskan napas. "Maaf, Bu. Udah kelar kan, Bu? Saya ada urusan lain." Setelahnya, Rora menyambar tasnya, keluar dari ruangan yang disusuli teriakan dari Bu Sri.
"Rora."
"Bangke, lo rupanya!" Rora merotasikan bola mata, mendapati kehadiran Launa dengan es cekek di tangannya.
"Nih minum, lo ada masalah apa sama Sabrina? Kok bisa masuk ruang BK? Gue dengar dari anak sebelah tadi."
Satu alis Rora terangkat. "Anak sebelah?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With Mahen (Tamat)
Teen FictionJika ada satu pertanyaan, siapa yang mampu menahan perasaan cinta terhadap temannya selama 5 tahun, maka Launa Givanya adalah orang yang tepat untuk jawaban tersebut. Launa Givanya atau yang kerap di sapa Launa ini adalah seorang gadis biasa berusi...