Hubungan asmara Mahen dan Launa sudah terjalin selama tujuh bulan. Tak ada kendala sejauh ini, hubungan mereka baik-baik saja, bahkan lebih hangat dari sebelumnya. Launa sekarang sering menyisakan waktunya untuk sang kekasih. Mereka sering duduk di Kafe dan berkeliling kota Jogja, untuk sekedar menikmati angin malam.
Hari kelulusan tinggal tiga hari lagi, tidak terasa waktu begitu cepat. Sebentar lagi para murid kelas XII akan meninggalkan sekolah tercintanya. Sekolah yang menjadi tempat ternyaman untuk berbagi canda dan tawa. Di mana di dalam sanalah kenangan-kenangan indah terbentuk.
Launa sekarang ada di kantin. Duduk bersama Rora dan teman-temannya yang lain, menikmati kacang rebus sambil melihat-lihat kondisi kantin sebelum nanti mereka pergi meninggalkan sekolah.
"Gue deg-degan banget, woi, tiga hari lagi kita lulus," ucap Rora, masih tak menyangka bahwa dia akan segera menempuh kehidupan setelah lulus SMA.
Launa menatapnya dan tersenyum. "Nggak nyangka banget, ya?"
Sambil mengunyah, Rora menganggukkan kepala. "Semoga kita semua sukses ke depannya," ucapnya penuh semangat diaminkan oleh yang lain.
Rora bangkit dari duduknya. "Merdeka!" teriaknya.
Launa terkekeh-kekeh. "Lo kira kita lagi rayain kemerdekaan negara indonesia," cercanya.
Dari kejauhan Launa melihat Mahen sepintas, berjalan ke arahnya dengan Deon di sampingnya.
Mahen— dengan sedikit keraguan— berjalan mendekati Launa. Jantungnya seketika mau copot, karena saat itu Mahen memeluknya di depan semua orang yang ada di kantin.
Mereka kini menjadi sorotan di kantin, semua orang melihat dan bersorak heboh pada sepasang kekasih itu.
Launa dengan cepat mendorong Mahen. "Kesurupan, ya?" Launa merasa cukup malu.
Mahen terkekeh pelan dan mengangguk. Ia sebenarnya hanya ingin menciptakan momen romantis bersama Launa di sekolah, hitung-hitung menjadi kenangan tak terlupakan untuk orang-orang yang melihat.
"HORE!" Deon mengepalkan kedua tangannya ke udara untuk memberi tepuk tangan meriah.
Rora terkekeh-kekeh, lalu memukul pundak Deon. "Udah ah, diliatin satu kantin kita."
Mereka hanya ingin menikmati masa mudanya sebagai anak sekolahan. Karena sebentar lagi kehidupan mereka sebagai anak SMA akan berakhir, tidak ada lagi main kejar-kejaran di dalam kelas, tidak ada lagi praktik nikah di sekolah, dan tidak akan ada lagi ribut di saat ujian.
Hal berharga seperti itu tidak akan terjadi lagi saat mereka sudah keluar dari SMA, melepas pakaian putih abu-abu mereka.
Perpisahan selalu jadi hal yang menyedihkan bagi orang-orang yang mengalami. Pertemuan indah dan buruk tetap akan berakhir pada perpisahan.
•••
Launa berjalan menyusuri lorong perpustakaan. Pandangannya menyapu buku-buku yang berjajar di rak besar perpustakaan. Gadis itu tersenyum mengingat banyak momennya dengan Mahen di ruangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm In Love With Mahen (Tamat)
Teen FictionJika ada satu pertanyaan, siapa yang mampu menahan perasaan cinta terhadap temannya selama 5 tahun, maka Launa Givanya adalah orang yang tepat untuk jawaban tersebut. Launa Givanya atau yang kerap di sapa Launa ini adalah seorang gadis biasa berusi...