29 || IM IN LOVE WITH MAHEN ||

30 9 0
                                    

Mahen tidak bisa kalau satu hari tidak bisa melihat wajah teduh Launa, laki-laki itu akan gila, mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mahen tidak bisa kalau satu hari tidak bisa melihat wajah teduh Launa, laki-laki itu akan gila, mungkin.

Sebab, kini ia tengah mencari keberadaan Launa yang sedari tadi kelihatan di indra penglihatannya. Pagi tadi Mahen sempat menghubungi Launa, namun gadis itu tidak menjawab teleponnya. Ia juga mengirim pesan ke Launa dan bilang kalau akan menjemput gadis itu, tapi pesannya juga tidak dibaca. Mahen berpikir kalau Launa mungkin sudah berangkat bersama Rora, dia langsung buru-buru ke sekolah untuk bisa melihat wajah gadis itu.

Namun, ternyata saat ia sampai di kelas pun yang ada hanya Rora, gadis yang dicarinya tidak kelihatan.

"Ra, liat Launa, nggak?" tanyanya tiba di meja Rora yang sedang menyantap sarapan paginya.

Rora berhenti mengunyah dan menggeleng. "Nggak liat, mungkin dia nggak masuk sekolah hari ini," jawabnya.

Mahen menggangguk lalu kembali duduk di bangkunya. Senyuman di wajahnya langsung menghilang saat itu juga, laki-laki itu menjadi heran apa alasan di balik gadis itu tidak sekolah. Ia sama sekali tak mendapat kabar dari sang kekasihnya.

"Nggak ada si Launa?" tanya Deon menoleh pada Mahen.

Mahen hanya menggelengkan kepala.

Deon kembali bersuara. "Kayaknya hubungan lo udah makin rumit deh. Masa lo nggak dikabarin sama dia kalau dia nggak masuk sekolah? Kalian lagi berantem atau ada masalah apa?" tanya Deon penasaran dengan hubungan temannya itu.

Mahen menggedikkan bahunya.

"Lo sama dia butuh ruang buat kalian berdua bicara, kayaknya kalian emang butuh waktu untuk ungkapin isi hati kalian satu sama lain."

Mahen menggeleng perlahan. "Nggak bisa deh kayaknya. Waktunya aja nggak ada gimana mau ungkapin isi hati satu sama lain."

Deon mengernyitkan dahi. "Emang dia sibuk apa sih?"

Hening. Mahen tidak menanggapi pertanyaan Deon.

"Cerita sama gue, biar nggak jadi beban di lo."

"Dia kerja jadi barista di kafe Renjana."

"Loh? Jadi selama ini dia nggak ada waktu karena kerja?" Deon sedikit terkejut.

Mahen mengangguk. "Yap."

Deon bersandar di bangku dan melipat kedua tangannya di dada. "Kalau gitu kasian juga sih dia. Pasti capek banget anjir sekolah sambil kerja."

Mahen mengangguk setuju.

"Lo jangan bilang ke Rora tentang ini. Gue yakin Launa punya alasan kenapa dia nggak kasih tau soal ini ke kalian," bisik Mahen agar suaranya tidak kedengaran oleh orang lain.

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'm In Love With Mahen (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang