INI KAN, YANG KALIAN TUNGGU? 🫡
***
Hari sandiwara pun tiba.
Sepulang sekolah, Leta dan Mara sudah sibuk di rumah. Mereka menghias kuku dengan kutek yang sengaja dibeli di perjalanan pulang, lalu memilih model rambut dan hiasan yang cocok dengan outfit yang mereka kenakan. Tidak lupa, mereka berfoto ria sepuasnya. Jadi, begitu Elio tiba di rumah untuk menjemput, Leta dan Mara sudah siap bak model yang akan tampil di catwalk.
Leta tampak menawan memakai cocktail dress berwarna hitam dengan lengan panjang dan renda di bagian dada. Pakaian itu serasi dengan stiletto putih dan tas tangan mungil berwarna senada. Tak kalah mempesona, rambut panjang bergelombang milik Leta digerai dan dipadu dengan bradi sehingga membuatnya bak putri dari negeri dongeng.
Mara pun tidak kalah cantik. Anak itu memakai rok rempel selutut dan kemeja hitam bercorak kelinci. Pakaian itu dipadukan sepatu mary janes berwarna putih dan mini bag selempang berwarna senada. Model rambutnya sama seperti Leta, membuat mereka berdua bak ibu dan anak pada umumnya; serasi, mirip dan akrab.
"Gimana?" tanya Leta begitu Elio turun dari lantai 2 setelah mengganti baju sesuai yang Leta pilih kemarin.
Begitu melihat Leta, Elio membatu. Pria itu memandang Leta tanpa berkedip, tidak menyadari waktu sudah berlalu lima detik, lalu saat otaknya kembali pulih, Elio melirik Mara dan mengangguk.
"Apa?" tanya Leta dengan sorot jahil dan senyum menggembang. Mara juga memandang Elio dengan mata berbinar.
Elio berdeham lalu berkata, "Mara cantik."
Namun sepertinya, Leta dan Mara menunggu kelanjutan ucapannya. Soalnya, mereka tetap diam dan memandang Elio penuh rasa ingin tahu.
Elio mengernyit. "Apa lagi?"
"Kalau Mama Leta?" tanya Mara, memperjelas apa yang Elio lewatkan.
Elio melirik Leta yang sedang tersenyum manis. Perempuan itu mengerjapkan mata sekali lalu merapikan sejumput rambut ke belakang telinga.
Elio menyipitkan mata melihat kelakuan sok cantik Leta. "Cantik," puji Elio setengah hati, padat, singkat, dan pelan.
Leta tersenyum puas. "Makasi. Aku memang cantik."
Elio memutar bola mata mendengar jawaban penuh percaya diri itu.
"Papa juga ganteng. Iya kan, Ma?" Kali ini, Mara memandang Leta, membalikkan pertanyaan pada perempuan itu.
Elio menyeringai lalu menyugar rambutnya, menunggu Leta memandangnya dan menyatakan pujian yang sama. Namun, alih-alih menjawab iya, Leta malah bilang, "Masa?" Perempuan itu bahkan memandang Elio dengan sorot penuh teliti, seolah pertanyaan Mara tidak masuk akal dan tidak benar.
Elio berdecak lalu nyelonong jalan. "Ayo cepetan, nanti kita telat."
"Ih, Papa marah!" pekik Mara. Anak itu meraih lengan Leta dan menggoyang-goyangkannya. "Bilang iya, Ma. Ayo, bilang."
Leta terpaksa mengalah. "Iya, iya. Ganteng banget. Gilak banget gantengnya lebih dari Nicholas Saputra," seru Leta setengah berteriak agar didengar Elio yang mulai menjauh. Tanpa bisa dilihat perempuan itu, Elio tersenyum miring mendengar seruannya.
"Siapa?" Mara tampak tidak suka Leta mengungkit nama pria lain.
Leta nyengir kuda lalu mengangkat kedua bahu tanpa bersalah. "Pacar halunya Mama."
"Oh," respons Mara puas. "Aktor, ya."
Leta mengangguk sambil cengengesan. "Yuk, kita susul Papa kamu sebelum dia berubah jadi singa."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Fake-Date Proposal [END]
Chick-Lit#Vitamin 2 Patah hati dan jadi pengangguran, Leta memutuskan melamar pekerjaan sebagai baby sitter untuk membayar utang pernikahannya yang gagal. Namun, Mara, sang anak asuhnya itu susah diatur apalagi diurus. Mara nakal, jail, manja, rewel, dan bik...