6. Tidak Mau Kalah Part 1

4.7K 389 20
                                    

(Gambarnya gemes ga? Wkwkw potret keluarga berbahagia 😌)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Gambarnya gemes ga? Wkwkw potret keluarga berbahagia 😌)

Bantu tandai typo ya hehe ❤️‍🔥

***

Leta sudah memutuskan kalau dia akan mencari pekerjaan lain saja. Bekerja di bawah kuasa Elio tidak aman baginya. Leta tidak akan merasa nyaman juga. Maka pagi ini, perempuan itu berdandan rapi memakai dress bercorak bunga-bunga, blazer jeans berwarna senada, dan sepatu boots mencapai lutut. Style-nya disesuaikan sesuai permintaan Mara yang ingin Leta terlihat keren sekaligus permintaan Bu Lila yang ingin Leta berpenampilan tertutup dan sopan. Karena kesan pertama mereka kemarin sangat menyenangkan, maka kesan terakhir pun harus dapat diingat dengan baik. Leta tersenyum puas memandang wajahnya lewat spion mobil. Cantik. Perempuan itu lantas turun dari mobil dan berjalan menuju teras rumah. Ini masih pukul enam pagi. Leta berharap Elio masih tidur atau masih bersiap-siap di lantai dua sehingga tidak akan turun ke lantai satu dan bertemu dengannya. Leta menekan bel rumah dan asisten rumah tangga yang usianya tidak jauh darinya muncul dengan senyum ramah.

"Pagi, Mbak Leta. Udah datang, ya. Saya Sari, Mbak. Asisten rumah tangga di sini. Ibu berpesan kalau Mbak bisa langsung aja ke kamar Mara."

"Pagi, Sari. Oke. Makasih, ya." Leta berjalan memasuki rumah, mengikuti langkah Sari.

"Um, Sari."

Sari berbalik memandang Leta. "Iya, Mbak?"

"Kalau Pak Elio ada di lantai bawah?"

Sari menggeleng. "Pak Elio biasanya turun jam 7 nanti, Mbak."

"Oh." Syukurlah. Aman sampai jam 7 pagi. "Kalau Ibu ada di mana?"

"Ibu lagi bantu-bantu saya masak di dapur."

Leta angguk-angguk.

"Kalau gitu saya ke dapur dulu ya, Mbak." Sari berpamitan. "Kamar Mara ada di sebelah sana."

Leta mengangguk lalu berjalan menuju kamar Mara. Karena Elio tidak akan ada di lantai bawah sampai jam tujuh pagi, Leta membantu Mara siap-siap sekolah dulu saja. Setelah itu, baru berbicara mengenai pengunduran diri dengan Bu Lila. Leta mengetuk pintu kamar Mara. Tidak ada sahutan. Tangan perempuan itu menarik kenop lalu mendorong pintu. Di dalam ruangan itu, Mara sedang duduk di atas kasur sambil bersandar pada bantal yang ditumpuk. Kedua tangan anak itu memegang ponsel dan jari-jarinya bergerak dengan lihai. Sorot matanya serius memandang permainan di layar ponsel. Melihat Mara masih memakai baju tidur, anak itu pasti langsung bermain ponsel saat bangun dan belum cuci muka.

"Hallo," sapa Leta. "Pagi."

Mara menoleh ke arahnya sekilas. "Pagi." Fokus perhatiannya kembali ke ponsel.

"Ngapain?" Leta berjalan mendekat lalu mengintip layar ponsel di genggaman Mara. Anak itu sedang memainkan permainan menyusun balok.

"Main game." Mara telat menjawab.

The Fake-Date Proposal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang