33. From Dufan, With Love

3.3K 217 15
                                    


Outfit hari ini bertema casual dan simpel. Leta mengenakan celana jeans warna biru muda dan kemeja warna baby blue yang dimasukkan sebagian ke dalam celana. Tangannya menenteng tas kanvas berwarna senada. Sama seperti Leta, Mara mengenakan pakaian kasual dengan nuansa kuning cerah. Papa Mara memakai kemeja bercorak daun dan celana jeans pendek berwarna biru. Tanpa disadari, outfit ketiga orang itu bertemakan "casual" dan "jeans". Orang yang tidak mengenal mereka tentu akan langsung mengenali kalau mereka adalah keluarga kecil yang lucu. Bu Lila juga tidak mau ketinggalan. Beliau mengenakan dress casual dan celana legging bernada serupa.

Pada pukul 10.00 WIB, mereka berempat sudah masuk ke Dunia Fantasi. Dari berbagai sudut tempat itu, banyak orang berlalu lalang. Pengunjung membentuk beberapa kelompok. Ada rombongan keluarga kecil, keluarga besar, dan rombongan siswa memakai baju seragam.

Leta jadi teringat study tour saat SMA dulu. Dia dan Elio berada di barisan bus yang sama. Tempat duduk Elio tepat di belakang Leta. Sepanjang perjalanan, dua bangku depan belakang itu riuh untuk hal-hal kecil. Alasan pertengkaran mereka mulai dari bangku Leta yang terlalu belakang, jaket Leta yang menciprat ke wajah Elio saat akan digantung di sandaran kursi, kaki Elio yang tembus sampai kolong kursi Leta, bahkan saling rebut gorden bus. Untunglah teman sebangku mereka mau merelai. Kalau tidak, tentu kacau suasana bus.

"Waaa!" Seru Mara kegirangan saat wahana permainan mulai terlihat satu per satu. Mereka berada di dekat komedi putar. Seruan senang Mara membuat lamunan Leta buyar dan kembali fokus ke masa kini.

"Senang?" tanya Elio.

Mara angguk-angguk. "Mara mau naik itu," Mara menunjuk wahana Bianglala lalu menunjuk wahana Turangga Rangga. "Dan itu. Mama mau naik apa?" Mara menengadah memandang Leta.

Leta menyeringai senang mendapat pertanyaan itu lalu menunjuk wahana Halilintar, Tornado, dan Kincir-kincir. "Itu, itu, sama itu."

"Itu nakutin!" pekik Mara.

"Bahaya. Mara nggak boleh naik itu, itu, sama itu" sahut Elio serius.

"Itu seru, tahu," elak Leta. Sudah lama Leta tidak naik wahana menantang seperti ini. Namun, entah hari ini dia bisa naik atau tidak. Tugasnya adalah mengawasi Mara.

"Papa mau ikut ke mana Mara naik aja. Yang aman-aman," sahut Elio.

"Oma jadi yang foto aja." sahut Bu Lila sambil nyengir.

"Oma nanti ikut komedi putar aja, cuma pusing dikit," ajak Mara.

"Enggak, ah. Capek. Oma nonton sama fotoin aja."

"Yah...okede." Meski nada suaranya tampak menyayangkan, Ekspresi Mara justru lebih ke arah geli, entah untuk alasan apa.

"Jadi, sekarang mau kemana dulu?" tanya Elio. "Mau naik komedi putar?"

Tiba-tiba, hening. Respons excited Mara menurun dan anak itu terlihat melirik Bu Lila beberapa kali, lalu mendesah berat dan duduk di kursi panjang dekat taman berbunga. "Mara tapi mau ngemil dulu," kata Mara.

"Mara mau apa?" tanya Leta siap siaga.

"Mara haus. Mau Shatime aja."

Leta angguk-angguk. "Rasa apa?"

"Chocolate Berry Latte."

"Oke. Oma sama Elio mau titip?"

Oma menggeleng dan Elio menggeleng.

"Oke. Wait ya, Mara. Miss beliin dulu." Leta berbalik dan berjalan menuju gerai minuman yang Mara mau. Kalau tidak salah, gerai itu ada di dekat sini.

Elio berjalan mendekati Mara dan duduk di sampingnya. Namun, pria itu merasakan pandangan tajam ibunya dan Mara terus tertuju padanya.

The Fake-Date Proposal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang