06. Semakin Dalam

294 38 11
                                    

Jika ada yang bertanya apakah kamu pernah mencintai dalam diam, maka saat ini Sing sedang merasakannya. Iya, dia tahu jika dia mencintai Semesta. Sing mencintai Semesta selayaknya seorang laki-laki mencintai seorang perempuan. Sing sudah memastikannya dan dia yakin bahwa inilah cinta. Dia bukan gay, dia hanya mencintai Semesta.

Setelah satu minggu dia habiskan untuk mencari jawaban bersama Leo akhirnya Sing mendapatkannya. Satu minggu Sing habiskan untuk menjauhi Semesta, satu minggu itu juga Sing harus melukai hatinya dengan rindu. Satu minggu itu juga Sing memastikan bahwa dirinya adalah laki-laki normal, yang menyukai perempuan. Buktinya dia masih suka ketika melihat Tante Meli lewat depan rumahnya setiap pagi, atau ketika Leo menunjukan foto-foto wanita seksi di internet bahkan dia masih memiliki hasrat yang tinggi ketika Leo menunjukan vidio intim antara laki-laki dan perempuan. Dan bukti lainnya hasratnya tidak meningkat ketika Leo menunjukan vidio intim antara laki-laki dan laki-laki.

Tapi...

Ketika laki-laki itu Semesta, Sing menyadari bahwa detak di jantungnya selalu menggila. Debar di dadanya selalu tak menentu. Ketika bersama Semesta ada perasaan bahagia yang Sing rasakan mengisi relung-relung hatinya, ada perasaan hangat mendekap hatinya yang berdebar. Dan ketika Semesta tak ada di sisinya ada rasa rindu yang tumbuh cepat, ada kesepian yang tak ia pahami. Semesta seolah selalu hadir, memenuhi hati dan otaknya. Berputar, berlari dalam pikirannya. Jika ini bukan cinta maka Sing tak tahu ini apa.

"Sing heii Sing!"

"Hahh?? Iya??"

"Hah heh hah heh loe, fokus Sing!!"

"Iya, maaf gue gak fokus, Lex"

"Fokus, jangan ngeliatin Zayyan mulu gak akan ilang kali tuh anak"

Mendengar teguran terang-terangan itu membuat Sing seketika menatap Lex. Apakah dirinya sejelas itu saat memperhatikan Semesta sehingga Lex menyadarinya begitu saja.

"Gue gak ngeliatin Semesta" ucapnya sembari mengalihkan tatapnya menyembunyikan semburat merah jambu yang ia yakini ada ketika dia rasakan kedua pipinya memanas.

"Gii gik ngiliitin Simisti. Jangan loe pikir gue gak nyadar ya, Sing. Seminggu ini loe selalu ngeliatin Zayyan tapi pas oranya nyamperin loe malah kabur. Ada masalah apa sih loe sama Zayyan?"

"Gak ada yang salah sama Semesta, yang salah tuh gue. Titik kesalahannya ada sama gue"

"Ya kalo gitu loe harus ngomong sama Zayyan biar masalah loe gak semakin rumit"

"Gue gak bisa - karena masalahnya adalah hati gue" jawab Sing seadanya dengan 5 kata terakhir hanya mampu dia suarakan dalam hati.

"Yaa apa pun itu pokoknya cepat selesaiin masalah kalian gue gak mau ini jadi berpengaruh buat festival kita nanti"

"Gue tahu"

Setelah 2 kata terakhir itu Lex kembali menjelaskan strategi promosi acara festival yang ia inginkan pada Sing. Sedangkan Sing masih mencoba memfokuskan dirinya karena sesekali dia masih mengalihkan pandangnya pada Semesta yang sedang menyusun desain poster dengan anak-anak desain lainnya.

...

Kelas hari ini sudah rampung, rapat hari ini telah usai tinggal jadwal masing-masing divisi. Itu sebabnya saat ini Sing berada di sebuah caffe dekat kampus, mendengarkan Semesta menjelaskan desain poster yang sudah cowok itu rancang sedemikian cantiknya. Mata boba hitam berbinar berhias bulu mata lentik itu berkedip pelan seiring setiap kata yang diucapkan Semesta. Hidung Semesta yang mancung menyatu dengan bibir pink merah muda yang terus bergerak mengucapkan kata demi kata, sialnya tak Sing dengarkan karena cowok itu terlalu fokus pada wajah tampan sekaligus cantik milik cowok di depannya ini.

Angkasa-nya Semesta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang