Husein tahu bahwa Alex berhak untuk jatuh cinta padanya, dia mengerti bahwa dia tidak bisa melarang Alex untuk mencintainya, dia tahu bahwa dirinya punya kewajiban untuk menjaga perasaan Alex. Tapi Husein juga punya hak untuk tidak membalas perasaan Alex, dia punya hak untuk tidak menerima perasaan yang temannya itu punya dan Alex harusnya wajib menghormati keputusannya. Alex seharusnya mengerti mau dipaksa sebagaimana pun perasaan semacam ini tidak akan menemukan ujungnya, menjalin hubungan semacam ini tidak akan berakhir bahagia. Itulah alasannya, Husein tidak ingin terjebak, dia tidak mau bermain api lalu terbakar oleh bara yang ia nyalakan sendiri.
Husein menarik napas dalam lalu menghembuskannya perlahan, mencoba mengurangi beban berat yang kini bergelayut manja di pundaknya. Begitu banyak hal yang mengisi kepala Husein saat ini. Mulai dari perkuliahannya yang hampir menyentuh akhir yang artinya dia harus mulai menyusun judul skripsi, pelatihan manajemen yang harus dia hadiri untuk memenuhi janjinya pada Papa demi membantu Davin mengelolah perusahaan keluarga sampai masalah Alex yang belum ia temukan jawabnya.
Satu Minggu setelah kejadian di taman belakang, Alex seolah menghilang. Anak itu tidak lagi menghadiri kelas yang sama dengannya, selalu menghindar darinya bahkan sampai dia sendiri kebingungan mencari batang hidung anak itu, ketua umum satu itu juga tidak menghadiri rapat atau setidaknya ketika ada dirinya. Husein curiga jangan-jangan Alex menggunakan jubah menghilang seperti film Harry Potter ketika berada di sekitarnya. Pasalnya anak itu susah sekali ditemui.
Sungguh, Husein tuh lelah pengen istirahat tapi tidak bisa karena kepalanya yang penuh. Dia ingin cepat-cepat menemui Alex supaya masalahnya juga cepat selesai dan tidak menjadi beban pikirannya. Namun anak itu entah di mana sudah ia cari keliling kampus tapi tak juga dia temui batang hidungnya atau paling tidak pipinya yang mirip cimol. Sekali lagi Husein menghembus napas lelah, mengeluarkan sesak yang terus menghimpit dadanya.
Husein tahu kata-katanya tempo hari pasti menyakiti Alex tapi dia tidak bermaksud, Husein hanya ingin Alex memikirkan kembali apa yang laki-laki itu katakan. Karena bagi Husein tidak ada cinta yang seperti ini.
"Kemana sih tuh bocah satu? Heran ngilang mulu udah kayak Zayyan Xodiac jangan-jangan masih sodaraan atau jangan-jangan tuh orang punya jubah menghilang kek Harry Potter atau gak gue curiga si Alex punya kekuatan invi... Invi... Invisible kali ya" Dumelnya. "Lex ke mana sih loe? Ya Allah. Sabar-sabar, orang sabar pasti ganteng" Imbuhnya lalu mendudukan tubuh lelahnya pada salah satu bangku koridor. Lengannya meraih botol air yang tinggal sedikit itu lalu meneguknya hingga tandas.
"Emmm kayak ada manis-manisnya" setelah memastikan air dalam botol itu memang sudah tak tersisa Husein menutup kembali botol tersebut untuk kemudian melemparkan botol minum itu pada tong sampah terdekat. "Yeahh, hebat banget gue" soraknya setelah botol bekas itu berhasil masuk pada tong sampah yang ia targetkan.
"Lex sakit hati banget ya sama gue? Tapi kan bukan salah gue juga, ngapain dia bilang suka sama gue. Udah tahu sama-sama laki juga. Gimana sih?"
Husein mengedarkan pandangannya berharap menemukan sosok Alex dengan jaket denim dan celana cargo hitam. Eh Alex? Husein beranjak dari duduknya lalu menghampiri Alex yang berada di ujung koridor. Cowok itu terlihat berjalan dengan kepala tertunduk, ransel hitam miliknya dia sandang sebelah. Husein menarik lengan Alex tanpa mengatakan apa-apa atau mengindahkan protes Alex karena ditarik tiba-tiba. Setelah sampai di taman belakang kampus barulah dia lepaskan genggamannya pada lengan Alex.
"Loe kemana aja sih, Lex? Ya Allah"
"Mau apa?"
Pertanyaan singkat Alex membuat Husein mengatupkan bibirnya. Tatap Alex tak lagi sehangat dulu, tatap itu begitu kelam nan dingin menyimpan luka yang Husein tahu itu karena dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa-nya Semesta ✓
Fanfiction"Tidak ada yang salah dengan jatuh cinta, yang salah hanya kepada siapa kita mengalamatkan cinta itu." -Semesta Zayyan Themis- "Gue adalah Angkasa yang Semesta cintai dengan caranya." -Angkasa Sing Arhaan- "Cinta itu suci karena dia lahir dari hati...