15. Mentari-nya Semesta

199 30 26
                                    

Matahari sudah turun seperempat di ufuk barat tapi Sing dan Semesta-nya belum mau pulang. Kedua orang itu kini tengah berada di salah satu wahana permainanan yang cukup terkenal. Sing memang sengaja mengajak Semesta jalan sebelum mengantar cowok itu pulang. Niatnya pun didukung dengan mata kuliah yang hanya satu juga rapat festival yang tidak memakan waktu lama dan disinilah mereka menaiki wahana ekstrem namun banyak disukai itu.

Sing menggenggam erat tangan Semesta tatkala roller coaster itu mulai berjalan. Dapat Sing rasakan jemari Semesta yang dingin namun berkeringat. Cowok yang duduk disebelahnya ini pasti ketakutan.

"Gak pa-pa. Ada gue" Ucapnya menenangkan yang dibalas Semesta dengan senyum terpaksa.

"Aman kan ini?"

"A-"

"Waaa mulai jalan"

"Man"

"Waaaaaaa ANGKASAAAAAAA. ASTAGHFIRULLAH YA ALLAH. ANGKASAAAAAA WAAAAAAA"

"WAAAAAA SEMESTAAAA GILAAA. ANJINNNNGGGG GUE MAAAAUUU TURRRRUUUNNN!!!"

"ASTAGHFIRULLAH GAK BOLEH NGOMONG KASAR, NJING"

"UUUWWWWAAAAAA TOLOOONNNGG MAAAMAAAA"

Teriakan membahana itu milik Sing, bocah sok kuat itu semakin mengeratkan genggamannya di tangan Semesta. Dia tidak peduli dengan lirikan sinis dari Semesta karena saat ini dia cuma mau turun masalah itu nanti dijelaskan setelah ini selesai. Beberapa menit berlari, dua putaran roller coaster dipenuhi dengan teriakan heboh dari Sing dan tatapan mematikan dari Semesta tentu saja satu paket dengan teriakan membahana milik pemuda itu pun selesai.

Setelah roller coaster itu berhenti Sing buru-buru turun dan berlari ke tong sampah terdekat guna mengkosongkan isi perutnya yang sejak tadi teraduk dan Semesta hanya terduduk lesu pada salah satu bangku panjang.

"Hufff Ya Allah. Gak mau lagi gue naik itu" ujar Semesta pada Sing yang kini terduduk lesu.

"Gak deh gue juga hampir copot jantung gue anjir!''

"Mana yang katanya gak pa-pa ada gue itu?? K.O juga ternyata"

"TAI, gue pikir gak bakal seserem itu, njir!" Balas Sing sembari berdiri dan menepuk celananya yang sedikit kusut "tunggu sini, gue beli minum dulu!" Ucapnya lalu meninggalkan Semesta guna membeli dua botol minum untuk membasahi tenggorokannya yang kering.

Setelah mendapatkan yang ia mau, Sing kembali menghampiri Semesta yang sedang mengibas-ibaskan tangan juga sesekali mengibaskan kaos bagian dada mengusir gerah. Melihat itu membuat Sing harus mengalihkan tatapnya. Ngeri makin jatuh cinta pada pesona seorang Semesta.

"Nih minum!" Ucapnya sembari memberikan satu botol air minum pada Semesta.

"Thanks"

Sing hanya mengangguk singkat lalu ikut duduk di sebelah Semesta, meneguk air minumnya hingga tersisa setengah. Hela nafas lelah terdengar dari belah bibirnya. Sungguh ternyata menaiki wahana ekstrem itu semenguras tenaga ini. Lelah dia tuh.

"Angkasa ayo-ayo kesana, gue mau beli itu. Ayo-ayo!"

"Hahh permen kapas?"

"Iya. Ayoo Ang!"

"Ta kayak anak kecil!"

Dan 4 kata itu seketika membuat Semesta berhenti. Cowok itu tak lagi menarik-narik tangannya, kepala Semesta tertunduk dan ketika dia mendongak binar di mata itu pun ikut meredup. Mata bulatnya menyendu dan berkaca-kaca lengkap dengan bibir mengerucut seolah sedang menahan tangis. Dan itu membuat Sing seketika gelagapan, dia buru-buru berdiri dan menarik tangan Semesta menuju pedagang permen kapas warna-warni itu.

Angkasa-nya Semesta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang