11. Perasaan Semesta

262 33 12
                                    

Malam ini jauh lebih beku dari malam sebelumnya tapi Zayyan masih betah menjelajahinya. Tadi setelah meninggalkan Angkasa sendirian dia tidak langsung pulang Zayyan melajukan motor miliknya menyusuri kota mencoba mengusir satu hal yang mengusik kepalanya. Kini malam sudah beranjak larut jam sudah menunjukan pukul 9 malam, Zayyan menatap pemandangan di bawah jembatan tempat ia menepi, menatap kemerlip lampu warga di sepanjang tepi sungai.

Getar di ponselnya tak ia pedulikan, mengabaikan setiap pesan atau panggilan masuk. Zayyan butuh sendirian, dia butuh waktu untuk menenangkan jeritan di kepalanya. Jeritan yang mati-matian ia abaikan sejak satu hal itu Angkasa sampaikan. Satu hal yang mampu memenuhi kepalanya. Satu hal yang mampu menghentikan otaknya untuk bekerja. Satu hal yang mematikan perasaannya. Satu hal yang membuat dadanya terhimpit sesak.

"Ya Allah, Maaf. Zayyan mohon maaf"

Jari jemarinya menggenggam kuat pagar besi pembatas jembatan. Menahan sesak yang terus memaksa keluar, menahan jeritan yang meminta untuk diluapkan. Zayyan sudah merasa buruk akan dirinya sendiri tapi ketika Angkasa mengaku menyukainya Zayyan merasa jauh lebih buruk.

"AAAARRRRRGGGGHHHHH AAAARRRGGGHHH BANGSAAATTT... Astaghfirullah Ya Allah!"

2,5 tahun tidaklah cukup untuk menyembuhkan luka yang menggerogoti hati dan pikirannya. Waktu itu tidak cukup untuk membunuh rasa yang luka itu tinggalkan. Mungkin-mungkin saja ia bisa menyembuhkan ketakutannya, dia bisa meringankan depresi yang mengganggunya tapi waktu itu tidaklah cukup untuk menyembuhkan goresan yang datang bersama luka itu.

"Astaghfirullah Ya Allah"

Zayyan meletakan telapak tangannya tepat diatas jantungnya berada. Merasakan detak yang tak lagi sama seperti sebelum hari itu ada. Merasakan detak yang telah berubah, detak yang tak lagi berada dijalurnya, detak yang mati-matian ia pulihkan, ia kembalikan pada jalan yang seharusnya. Tapi tidak, Zayyan sadar bahwa tidak ada yang berubah dihatinya, detaknya masih bertahan, detaknya masih berdenyut ketika ia menemukan seseorang yang menarik perhatiannya. Sialnya seseorang itu selalu laki-laki.

"Aku ingin sembuh, Ya Allah tolong cobaannya jangan seberat ini. Jangan Angkasa juga"

Zayyan menyadari bahwa dirinya berbeda dari remaja laki-laki di luar sana, dia menyadari bahwa selain depresi berat yang ia derita ada goresan lain yang luka itu tinggalkan. Goresan yang tak Zayyan temukan obatnya, goresan yang berhasil menghempaskannya begitu rendah, goresan yang tak ia sadari pada awalnya. Goresan itu yang membuat Zayyan meragukan iman-nya pada Allah.

Zayyan menyukai sesama jenis sebagai akibat dari kejadian malam itu. Selain trauma berat ternyata kondisi ini juga harus ia terima, mengubah arah pandangnya dalam mencintai, mengubah tujuan jantungnya berdetak lebih cepat. Kondisi ini jauh lebih berat untuk ia simpan, kondisi ini jauh lebih sulit untuk disembuhkan. Om Hisan bilang dirinya harus mulai mengikhlaskan tapi dia tidak mau, dia ingin pulang, dia tidak ingin berada di sini lebih lama dan terjebak lebih dalam.

Walau harus berdarah Zayyan akan tetap berusaha untuk sembuh. Untuk kembali pada jalannya, pada jalurnya. Dia tidak akan membiarkan dirinya terjebak lebih dalam di sini.

"Bismillah, gue pasti bisa, Angkasa juga"

Zayyan menghela napas panjang menatap langit malam yang begitu indah berhias rembulan. Tidak ada bintang tapi malam ini cukup indah, angkasa malam tetap menjadi favoritnya untuk mengadukan banyak hal. Tapi Angkasa-Nya, Zayyan tidak tahu bagaimana keadaannya saat ini.

"Bimbing Zayyan, Ya Allah"

....

Di sisi lain, Davin kini sedang berdiri gusar dengan ponsel yang ia genggam. Malam sudah sangat larut tapi kakak belum juga pulang dia sudah menelpon Leo dan Bang Husein tapi kedua orang itu bilang tidak bertemu kakak sejak tadi siang. Bang Husein bilang kakak pergi bersama Sing ketika sholat Jum'at selesai tapi ketika ia menelpon Sing, temannya itu bilang bahwa Kakak sudah pulang sejak tadi sore.

Angkasa-nya Semesta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang