14. Peperangan atau Perjuangan

229 29 20
                                    

Sing membawa langkah kakinya menyusuri koridor-koridor kampus yang belum terlalu ramai itu. Dia bawa langkahnya menuju ruang musik yang biasa Semesta gunakan ketika cowok itu datang lebih awal dan Sing harap hari ini Semesta datang lebih agar dia bisa bertemu cowok itu dan mengajaknya bicara. Sing tidak akan membahas tentang perasaan, biarkan perasaannya terpendam dan hanya dia rasakan karena yang ia ingin hanya bicara dengan Semesta-nya, bertukar cerita dan bercanda lagi seperti sebelum hari itu ada.

Dan tampaknya semesta lain memang sedang mendukungnya karena dari ambang pintu Sing dapat melihat Semesta duduk dibelakang piano, bermain dengan tuts hitam putih sambil melantun lagu milik salah satu anggota idol K-Pop Xodiac itu.

You'll still be my sunflower
And I will always your sun
Gonna keep you forever
I hope see you soon
When you and I could become one
So please could you let me be your brother...

Cr. Zayyan Xodiac

Mendengar lirik terakhir yang Semesta lantunkan membuat langkah Sing terhenti. Jemarinya yang menggenggam knop pintu perlahan ia turunkan. Sungguh perasaannya saja atau memang Semesta sengaja menyindirnya. Jika saja Sing bisa dia pasti memilih menjadi saudara Semesta daripada terlalu berharap pada perasaan yang mustahil mendapatkan balasan.

Tapi...

Ini hati, dia tidak bisa mendikte hatinya untuk jatuh cinta pada siapa. Dan kini hatinya memilih Semesta untuk berlabuh. Bukan salahnya jika dia memilih untuk memperjuangkan seseorang yang hatinya pilih.

Hela napas panjang Sing hembuskan dengan jantung yang berdetak kencang sejak dia melihat sosok Semesta di balik piano, Sing melangkah masuk, mendekati Semesta yang masih asik menekan tuts piano.

"Pagi, Angkasa!"

"Ehh.. hai.. eh... Pagi ju-ga!" Balasnya gelagapan tatkala suara sapa Semesta menyapa gendang telinganya. Dia pikir Semesta tidak menyadari kehadirannya.

"Haha kenapa sih loe?" Pertanyaan disertai tawa kecil itu membuat Sing mendapatkan kembali rasa percaya dirinya. Pemuda itu mendekat pada Semesta lalu ikut duduk pada bangku piano di sebelah Semesta.

"Kaget gue. Gue pikir loe gak nyadar gue masuk"

"Bau badan kecium sampe sini curiga loe gak mandi" ledek Semesta sembari menutup hidung seolah memang bau badannya seasam itu.

"Kamprett!!"

"Haha. yuk main!"

"Gak bisa gue. Loe aja yang main tapi gue yang nyanyi"

"Ok. Tapi pake ini aja ya. Bingung kalo pake piano" tawar Semesta, cowok itu menunjukan ukelele miliknya pada Sing dan langsung balas dengan anggukan senang. Sing tahu betul dari siapa ukelele milik Semesta itu.

Setelah berpindah ke tempat yang lebih nyaman dengan Semesta yang duduk pada salah satu kursi dan Sing yang menjajah salah satu meja. Jemari lentik Semesta mulai memetik senar ukelele itu, menghasilkan nada lembut namun ceria dari lagu 'Always-Xodiac' pemuda itu beralih menatap Sing ketika sudah saatnya Sing melantunkan liriknya.


It's you, eonjebuteonga nae jiruhaetdeon sali neoro muldeureoga
Oh yeah yeah yeah yeah
Nae haruharu jageun seupgwankkaji neoro matchwojyeoisseo
Ama ireonge sarangingeolkka

Angkasa-nya Semesta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang