16. Let's Play

218 30 13
                                    

Dua sejoli itu tengah bersenda gurau di ujung ruangan, kursi barisan paling depan dengan buku kecil juga pensil warna di tangan. Kedua orang berbeda jenis kelamin itu sedang tertawa di tengah hiruk pikuk kelas yang masih ramai karena dosen pengajar belum juga datang. Kedua orang itu tertawa tanpa beban, bercanda tanpa malu. Kedua orang itu tidak peduli bahwa ada di hati di kursi barisan kedua dari belakang yang mulai terbakar.

"Mundur wir saingan loe cinta pertamanya"

Sing seketika melirik sinis pada 3 orang yang duduk di belakangnya. Bang Husein, Alex dan Leo yang ngerumpi persis ibu-ibu kalo lagi belanja sayur depan komplek rumahnya.

"Eh ehh emang dia siapa, Sein?"

"Mentari Ginka, sahabat Ajay dari kecil, cinta pertamanya Ajay, anak temen Mama dan Papa Ajay. Dulu sempet mau dijodohin sama Ajay sebelum dia pindah keluar kota karena Papanya pindah tugas. Sekarang udah balik lagi kayaknya kata Papa bakal dilanjutin sih soalnya wasiat terakhirnya Om Hisan, Papanya Ajay"

"Waduhh mundur wir saingan loe sahabat kecilnya" sahutan itu dari Leo yang seketika itu juga mendapat tatapan kesal dari Sing.

Memang Husein dan Alex susah tahu bahwa Sing menyukai Zayyan. Mereka juga sudah tahu kalo Sing memilih untuk memperjuangkan perasaannya untuk Zayyan walaupun sudah tahu tidak akan mendapat balasan. Mereka tidak mengatakan bahwa mereka menentang perasaan dan keinginan Sing tapi mereka berjanji akan selalu ada untuk Sing bukan untuk mendukung tapi untuk membuat Sing menyadari bahwa langkahnya salah. Tentu tanpa mengatakan apa-apa.

"Mundur wir saingan loe satu agama" Sambung Alex disambut tabuhan heboh  dari Husein dan Leo yang menjadikan bangku mereka sebagai gendang.

"Mundur wir saingan loe diperjuangkan bukan berjuang sendirian"

"Wooooo piw piw pipipiw"

"Mundur wir saingan loe cew-"

"Diem loe!!" Tekan Sing membuat ketiga orang itu dengan kompak membuat gerakan mengunci mulut dan mengantongi kuncinya.

Melihat itu Sing menghela nafas jengah. Sungguh ini mah namanya maju kena mundur kena. Dari depan Sing melihat dua sejoli yang membuat hatinya terbakar cemburu sedang di belakang ada 3 orang kurang kerjaan yang membuat hatinya kian terbakar. Sing kembali mengalihkan tatapannya pada 3 orang dibelakang, melihat mereka kembali seperti ibu-ibu yang suka ngerumpi di teras tetangganya.

"Bang itu cewek kenapa di sini?"

"Ohh mulai sekarang dia kuliah di sini. Baru pindah, satu jurusan sama kita dan Zayyan diminta buat jagain dia."

"Minta dijagain kayak anak kecil" Dumel Sing lalu kembali fokus pada dua orang yang terus bercanda ria seolah dunia milik berdua dan dirinya hanya ngontrak di sebidang tanah puncak gunung berapi. Rasanya panas sekali.

"Mundur wir saingan loe dikejar bukan ngejar"

"Cuaksss"

"Mundur wir loe belum tentu jodoh ehh dia dijodohin"

"Cuaksss"

"Mundur wir saingan loe pilihan orang tuanya"

"Cuaksss"

"Mun-"

"Loe bertiga bisa diem gak sih, Anjing" Bentak Sing keras membuat ketiga orang itu dengan kompak mengatupkan bibir dengan tangan memberi hormat.

Namun emang pada dasarnya biang gaduh ketiga orang itu kembali berulah yang membuat Sing benar-benar mengelus dada sabar. Karena tingkah mereka benar-benar di luar prediksi BMKG.

"Hiks hiks hiks hiks"

Belum juga tenang, Sing harus kembali terganggu dengan suara tangis palsu Leo menirukan salah satu scene film india yang tengah viral di tiktok itu.

"Aaaaaaa..... Aaaaaaa....." Ditambah lagi suara Husein yang bernada itu benar-benar mirip suara sound tiktok yang pernah ia dengar.

"Hiks hiks hiks hiks"

"Coba lihat dirinyaa!! Kau sayang padanya??" Tanya Alex pada Leo mendramatisir.

"Aaaaaa... Aaaaaa...." Dan suara Husein menambah suasana semakin seperti drama India.

"Hiks hiks hiks hiks"

"Lalu apa dia sayang padamu?!!"

"Aaaaaa.... Aaaaaa...."

Sing yang sudah tidak tahan lagi dengan   kemesraan dua orang di depannya ditambah tingkah 3 orang yang semakin membuat hatinya terbakar sontak menggebrak bangku di depannya keras. Membuat kaget semua orang di kelas termasuk Zayyan dan Mentari yang sontak menghentikan kegiatan mereka dan menatap ke belakang barisan.

"Let's play, Mentari! Loe atau gue yang bakal dapetin Semesta" Gumamnya penuh penekanan lalu beranjak meninggalkan kelas yang sudah tak lagi membuatnya nyaman.

.....

Zayyan bukan tidak menyadari keberadaan Sing, dia bukan tidak menyadari kegaduhan yang dibuat oleh Husein, Alex dan Leo. Zayyan tahu, dia tahu bahkan sejak pertama kali Sing melangkah masuk ke dalam kelas. Zayyan sengaja memberikan Mentari perhatian lebih, dia sengaja pura-pura tidak menyadari keberadaan Sing, dia sengaja pura-pura tidak mendengar kegaduhan di barisan paling belakang.

Karena ini semua rencana yang Zayyan mulai. Dia yang meminta bantuin Husein, Alex dan Leo bahkan Mentari. Dia yang merencanakan ini semua, dia sengaja bermesraan di depan Sing dengan Mentari berharap dengan begini Sing akan menyadari bahwa sekuat apa pun dia berjuang, dia tidak akan mendapatkan cinta Zayyan.

"Let's play, Angkasa. Loe atau gue yang menang"

Zayyan tahu dalam permainan kali ini baik dia maupun Sing, mereka akan sama-sama tersakiti. Sing pasti akan terluka begitu juga dirinya tapi memang begini akhir dari kisah cinta ini karena sekuat apa pun Zayyan mencoba menerima cinta seperti memang tidak seharusnya ada. Zayyan punya Allah untuk menegaskan hal itu.

"Loe yakin, Jay?"

Zayyan mengalihkan tatapnya dari kursi yang kini kosong karena pemiliknya tak lagi di tempatnya. Kini tatapnya bertemu dengan mata hazelnut milik Mentari, gadis berhijab pashmina warna dusty pink itu menumpukan telapak tangannya pada punggung tangan Zayyan memberi kekuatan.

"Gue benar kan, Ri? Ini yang harus gue lakuin kan? Gue-"

Dia raih telapak tangan Mentari yang bertumpu pada punggung tangannya lalu dia tangkup telapak tangan mungil itu dengan kedua tangannya yang besar, mengangkatnya ke depan dan menumpukan dahinya di sana.

"Gue takut nyakitin dia, Ri tapi dia akan lebih sakit kalo gue membiarkan dia terjebak sama perasaan ini lebih lama. Gue gak bisa biarin dia tersesat, Ri. Gue sayang sama dia"

Mentari mengangkat sisa tangannya dan menumpukan pada genggaman tangan Zayyan. Dia elus pelan jari jemari yang mulai terasa gemetar itu, menawarkan kekuatannya untuk Zayyan. Dia tahu sahabatnya ini sedang gelisah, dia mengerti kekalutan yang Zayyan rasakan. Zayyan mungkin tidak mengatakan apa-apa tapi Mentari tahu Zayyan punya perasaan yang sama untuk Sing.

Bagi Sing ini mungkin perjuangan untuk mendapatkan cinta Zayyan,  namun bagi Zayyan ini adalah peperangan, perang bagi hatinya sendiri, perang bagi dirinya sendiri. Ini adalah perang untuk Zayyan, untuk mempertahankan imannya, untuk mempertahankan cintanya pada Allah. Entah siapa yang akan menang nantinya. Cinta Zayyan untuk Allah atau cinta Zayyan untuk Sing bahkan mungkin cinta Sing untuk Zayyan.

Mentari hanya perlu berada di sana.

.....

Palembang, 28 April 2024
16. Selesai

-menurut kalian siapa yang menang?-
-Mendekap langit sudah 65%, menurut kalian baiknya kapan mau di up?-

Angkasa-nya Semesta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang