[TSDP #7]
Gista Syaril merasa hidupnya sudah berada di titik yang diimpikan: menjadi wanita mandiri, sibuk, mapan, hebat, sesuai dengan checklist yang sejak dulu tersemat di balik notes kecilnya.
Namun menurutnya, pencapaian tertinggi yang berhasi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bapak Kalil minta testimoni Karyakarsa kemarin dong. WKWK 🙏
Ini 3500 kata lebih. Nangis bangettt kalau sampe komennya ga sampe lima ratus juta. WKWKWK. 😭😭😭 Selamat membacaaa ya. 🐬🐬❤️❤️
Kasih api dulu dong buat bujuk Kalil yang lagi ngambek dari kemarin nih. 🔥🔥😋
***
Kalil terjaga di sebuah ruangan yang dianggapnya asing. Dia lihat pagi sudah datang melalui jendela yang tidak tertutup tirai. Tidak, seseorang tidak sengaja membukakan tirai saat terbangun. Di bagian itu, kain tirai hanya tampak jatuh dan rusak.
Kakinya turun dan menyentuh lantai motif kayu bersalur. Duduk di tepi tempat tidur. Lama. Dia lihat pada bayangan yang memantul di cermin, wajahnya tampak kusut dan masih mengantuk, dia juga masih bertelanjang dada—karena semalaman dia biarkan pakaiannya menumpuk di lantai, yang tersisa di tubuhnya hanya sehelai boxer hitam.
Kalil mengusap kasar wajahnya dengan dua telapak tangan. Di sana, di ranjang itu, dia terbangun sendirian. Tidak ada tanda-tanda Gista masih bersamanya di ruangan itu. Wanita yang semalam berada dalam pelukannya menghilang, ranjangnya kosong dan dingin, kemeja dan rok yang menumpuk di lantai sudah raib. Bisa-bisanya wanita itu pergi secara diam-diam saat keduanya belum benar-benar bicara, setelah apa yang mereka lakukan semalam.
Kalil perhatikan ruangan itu dengan tatap memendar. Di sana, ada bingkai lukisan yang posisinya miring dan hampir jatuh, gagang telepon yang terjatuh di lantai dengan posisi kabel menggantung pada badan pesawat telepon, sofa yang posisinya bergeser dengan bantal-bantal yang juga berjatuhan di lantai. Lalu, dia lihat kain tirai yang ringnya terlepas dan membuat setengah kain itu jatuh. Dan tentu saja, tempat tidur yang kacau dengan posisi selimut menjuntai ke lantai, guling dan bantal yang berjatuhan—karena semalaman Gista hanya butuh lengannya untuk tertidur dan tubuhnya untuk dipeluk, juga sprai yang terlepas dan menggulung di salah satu sudut ranjang.
Ada dua orang yang baru saja bercinta dengan hebat semalam, yang membuat siapa saja akan menyangka baru saja terjadi gempa di ruangan itu ketika memasukinya.
Kalil meraih ponselnya yang tergeletak di lantai. Sesaat melihat daya baterai yang masih tersisa sedikit. Lalu, dia gunakan sisa daya itu untuk menghubungi Gista, wanita yang mencampakkannya pagi ini, wanita yang baru saja meninggalkannya tanpa tanggung jawab atas apa yang terjadi. Satu-dua detik dia menunggu sambungan telepon terangkat, tapi Kalil tidak mendapatkanya. Sampai akhirnya dia menyerah di telepon ketiga.
Kalil lempar ke belakang ponselnya, membuatnya memantul di atas kasur.
Sialan. Harga dirinya baru saja terluka karena terbangun sendirian dengan keadaan setelah telanjang seperti orang tolol.