Akhirnya ada jugaaa part yang selesai huhuKayaknya akhir-akhir ini aku butuh disemangatin extra deh soalnya buat ngetik 1 part aja berattt banget. 😶🌫️
Typonya silakan ditandai ya karena memang nggak edit lagiii.
Mau kasih api? 🔥🔥🔥
***
3 years ago ....
"Kamu nggak bisa selamanya memperlakukan aku seperti ini." Gista menahan langkah Kalil yang hendak keluar dari kamar setelah mengambil pakaian kerja dari sebilah pintu yang berada di dalam ruangan itu. Di baliknya, pakaian rapi mereka tersusun rapi di balik pintu-pintu lemari berlapis cermin di segala sisinya.
Kalil berbalik. Mata itu menatap Gista setelah mengerjap berat, tampak sekali dia tidak mendapatkan waktu istirahat yang cukup akhir-akhir ini. "Aku bilang, kita akan membicarakan masalah ini setelah ... semua pekerjaanku selesai."
Entah pekerjaan semacam apa. Karena selama beberapa hari ini Gista tidak menemukan Kalil pulang. Mungkin perusahaannya sedang mengalami kekacauan, atau entah. Kalil tidak pernah bicara.
"Setelah semua urusanku selesai, aku janji kita bisa bicara." Pria itu bergegas keluar dari kamar.
"Dan kamu akan pergi lagi?"
"Ya. Karena kamu nggak ingin aku menggunakan kamar ini lagi, kan? Jadi aku akan ganti di kamar sebelah," ujarnya. "Tetap di sini sampai aku kembali," ujarnya.
"Kalil, kamu—"
"Aku nggak akan membiarkan kamu keluar dari rumah dan berinteraksi dengan siapa pun. Aku nggak akan membiarkan siapa pun mengintervensi keputusan kamu untuk—"
"Kalil, demi Tuhan ... aku capek banget...." Gista menatapnya bimbang. "Berhenti memperlakukan aku seperti barang yang bisa kamu bawa dan pindahkan sesukanya, tanpa tahu tentang masalah apa yang sedang terjadi atau pekerjaan yang tengah kamu hadapi." Gista berucap dengan suara lemah, dia terlalu lelah. "Kamu memberi aku segalanya, tapi Kalil menikah bukan sekadar mengharapkan—"
"Aku harus pergi." Kalil mendekat hanya untuk mencium Gista, lalu berlalu begitu saja. "Aku akan secepatnya kembali—dan kalau memang 'bicara' yang kamu inginkan, kita akan bicara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Divorced with Benefits
Romance[TSDP #7] Gista Syaril merasa hidupnya sudah berada di titik yang diimpikan: menjadi wanita mandiri, sibuk, mapan, hebat, sesuai dengan checklist yang sejak dulu tersemat di balik notes kecilnya. Namun menurutnya, pencapaian tertinggi yang berhasi...