Haiii. Maafkan membuat kamu menunggu ya. Semoga nggak bosen nungguin niii :pSebelumnya, bisa baca Additional Part 39 dan Additional Part 39 vol. 2 khusus di Karyakarsa yaaa sebelum lanjut baca di Part 40 iniii.
Selamat datang di halaman baru kisah Gista dan Kalil.Semangatnya masih membara kan yaaaa 🔥🔥🔥
***
Gista tengah berada di balik meja kerjanya. Dia mendapatkan sebuah tanggung jawab berupa resort milik ayahnya yang berada di daerah Lembang. Selain menjadi pemilik, dia juga bertugas sebagai pengelola. Dan kali ini, tidak lagi menolak, tidak bersikap sok-sokan tidak membutuhkan. Karena saat ini dia tahu, hidup egois tidak membuatnya mendapatkan apa-apa.
Gista tengah menatap serius layar laptopnya ketika langkah-langkah kecil yang ricuh itu terdengar. Mulai dia memejamkan mata dan mendesah berat. Itu merupakan alarm tanda waktu kerjanya usai.
Ada teriakan. "Mimaaa!"
Dan Gista menjatuhkan punggungnya ke sandaran kursi, dia tahu tidak akan bisa melanjutkan pekerjaannya dengan tenang. Selanjutnya, dia melihat bocah-bocah itu menaruh tas di sofa ruang kerjanya dan melepas sepatu.
"Ada surat dari sekolah." Salah satu dari bocah itu menaruh sebuah amplop putih di atas meja kerja sebelum menyusul bocah lain untuk berlari-lari.
Gista meraih 'surat dari sekolah' itu, tapi kursinya segera berputar untuk melihat ke arah mana dua bocah itu berlari. "Jangan lupa cuci muka, cuci kaki, cuci tangan." Karena Gista tahu setelahnya mereka akan menguasai salah satu kamar untuk bermain game.
Gista mendengkus. Waktu kerjanya di hari Jumat memang akan dirampas lebih cepat, dua bocah itu selalu menuntut harus ada momen mereka makan di luar atau main di salah satu arena bermain anak. Karena, keesokan harinya, mereka akan dijemput untuk menghabiskan waktu bersama dengan ayahnya sampai hari Minggu.
Gista kembali berbalik pada meja kerjanya, membaca surat dari sekolah yang diserahkan padanya. Dia sudah pasrah, mungkin saja surat itu sama seperti suat-surat sebelumnya? Surat pemanggilan orangtua karena salah satu dari bocah itu, atau bahkan keduanya membuat kekacauan di sekolah seperti berkelahi dengan temannya? Namun, nyatanya bukan. Surat itu adalah surat undangan family gathering yang akan diadakan di sebuah tempat di akhir bulan nanti.
Gista bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah bocah-bocah berusia lima tahun yang masih berlarian itu. "Raja, Raga, dengar apa kata Mima?"
***
Lanjut nggak nih? 👀🔥🔥🔥
KAMU SEDANG MEMBACA
Divorced with Benefits
Romantik[TSDP #7] Gista Syaril merasa hidupnya sudah berada di titik yang diimpikan: menjadi wanita mandiri, sibuk, mapan, hebat, sesuai dengan checklist yang sejak dulu tersemat di balik notes kecilnya. Namun menurutnya, pencapaian tertinggi yang berhasi...