Maapiiin. Karena kemarin mestinya update tapi tiba-tiba ada kerjaan dan harus pergi Huhu. Dan demi permintaan maaf, part ini aku tulis puanjaaang bangettt. 3600 kata iniii. Semoga kenyaaaang yaaa.Jangan lupa tandain typo. Selamat membacaaa. Semoga sukaaaa!!!!
Bakaaar yaaa. Siapa tau besok bisa malem mingguan bareeeng 😋🔥🔥🔥
***
"Pramesti tahu tentang hal ini," ujar Harja Wirawan. Dia sengaja datang ke Candani saat menerima kabar bahwa Gista hendak mengembalikan berkas berisi pernyataan penyerahan seluruh kekayaan yang dimiliki oleh Harja Wirawan padanya. "Kami sudah mendiskusikan hal ini sebelumnya. Dan ini adil, apa yang Papa berikan pada kamu di luar dari apa yang Papa berikan padanya."
Gista menggeser sebuah cangkir berisi teh yang sengaja dia buatkan sendiri untuk pria itu. Dia melihat wajah Harja Wirawan yang kelelahan karena menurut pengskuannya tadi, pria itu baru saja tiba di Jakarta setelah perjalanan dinasnya dari luar kota. Pria paruh baya itu sengaja mendatanginya hanya untuk mencegah Gista mengembalikan apa yang sebelumnya dia berikan.
"Saya merasa cukup dengan hidup saya saat ini." Gista pasti terdengar sombong sekali sekarang. Namun, dia hanya bicara jujur.
"Tapi Papa tidak. Papa tidak pernah merasa cukup." Pria itu menggeleng. "Papa merasa hidup Papa sangat tidak cukup jika tidak memberikan apa-apa untuk kamu," paksanya. "Begini saja, berkas ini tetap kamu pegang. Semua aset itu biarkan Papa yang urus untuk saat ini. Namun nanti, saat kamu benar-bena berubah pikiran dan membutuhkannya, silakan bicara. Papa yakinkan sekali lagi, semua ini tetap menjadi milik kamu."
Gista diam.
"Tapi jangan suruh Papa untuk berubah pikiran dan kembali mengambil semua ini. Papa tidak akan pernah melakukan hal itu." Dia kembali meyakinkan. "Suatu saat, jika kamu memiliki anak—"
Kata-kata itu membuat Gista batal menyesap tehnya. Tangannya menggantung di udara.
"—kamu bisa menggunakan apa yang Papa berikan untuk mereka. Tapi sekali lagi, Papa mohon jangan tolak semua ini."
Gista berujung kalah. Dia biarkan Harja Wirawan pergi dengan senyum semringah karena berhasil meyakinkannya untuk tetap menyimpan berkas-berkas itu, yang artinya dia menerima pemberian seluruh aset milik pria itu. Padahal Gista yakin sebelumnya tekadnya sudah bulat, tapi kata 'anak' yang berkali-kali diucapkan oleh pria itu membuat Gista berpikir lagi, lagi.
Harja Wirawan sudah meninggalkannya sejak sepuluh menit yang lalu. Bersama seorang asisten pribadinya, dia meninggalkan Candani karena harus segera kembali ke Bandung untuk memenuhi suatu undangan dari rekannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Divorced with Benefits
Storie d'amore[TSDP #7] Gista Syaril merasa hidupnya sudah berada di titik yang diimpikan: menjadi wanita mandiri, sibuk, mapan, hebat, sesuai dengan checklist yang sejak dulu tersemat di balik notes kecilnya. Namun menurutnya, pencapaian tertinggi yang berhasi...