Akhirnya bisa malem mingguan bareng Kalil lagiiii.Tandain typo silakan yaaaa. Selamat membacaaa. Semoga suka 😻🐬
Mana apinya dooong biar semangatnya terbakar buat update wkwk 🥲🔥🔥🔥
***
Masalah seolah-olah tidak membiarkan Gista untuk bernapas. Gista dikejar oleh beberapa sekaligus sampai membuatnya bingung sendiri. Semalam, Gista sempat diam di ruang tamu, menunggu Agma berpakaian dan keluar dari kamarnya. Namun, wanita itu tetapndia sembunyikan.
Pria itu berjalan ke arahnya, wajahnya tampak frustrasi, bingung, panik. "Gis ...." Dia menggumam. "Aku nggak akan menjelaskan apa pun untuk membela diri."
"Sudah berapa lama?"
"Lama. Sangat lama."
"Berkali-kali?"
Agma menunduk. "Maaf."
Gista merasa tidak punya alasan untuk diam lebih lama di sana. Jadi, dia memutuskan untuk langsung mendorong tubuhnya berdiri dan melangkah pergi saat Agma terus memanggil namanya. Namun, saat Gista melangkah keluar dari ruangan itu, suara Agma menghilang. Tidak ada tanda-tanda pria itu menahannya lagi untuk pergi.
Pria itu, masih punya akal untuk tidak mengejarnya dalam keadaan ada seorang wanita masih telanjang di kamarnya. Namun, sesampainya di unit apartemen, Gista tahu Agma mencoba menghubunginya, terus-menerus. Sampai akhirnya Gista menyerah dan mengangkat teleponnya. "Kita akan bicara." Tentang hubungan mereka ke depannya. "Tapi nggak sekarang ...."
Dan Agma berhenti mengejar suaranya di telepon, berhenti memaksakan penjelasannya yang mungkin baru dia temukan setelah membeku lama di hadapannya tadi.
Hingga pagi, Gista terbangun dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, kepalanya terasa begitu berat. Masalah mengurung dunianya sehingga membuatnya sulit sekali bergerak dari ranjang. Namun, di luar sana, orang-orang terus berlarian saat dia terjebak sendirian dan tidak ke mana-mana. Langkah-langkah itu meninggalkan, dan Gista tidak mungkin terus diam hanya untuk menyaksikan gerak di dunia luar.
Di Candani, ada beberapa orang yang menaruh harapan padanya. Di Rumah Mimpi, beberapa anak menaruh kepercayaan bahwa dia mampu untuk selalu ada. Jadi, bagaimana bisa dia terus diam?
Kakinya dia paksakan untuk turun dari ranjang, bergerak melintasi kamar tidur yang beberapa hari ini tidak sempat dia rapikan. Laptop yang terbuka ada di meja, berkas-berkas berserakan di sisinya. Ada pakaian yang menumpuk yang belum sempat dia kirim ke laundry. Dan banyak hal lain.
Di tengah kekacauan itu, yang terjadi akibat kelalaiannya sendiri, juga segala keputusan ceroboh, Gista sudah memutuskan satu hal. Itu pasti, hubungannya dan Agma harus berakhir. Karena mungkin saja, diam-diam, sebenarnya tidak ada cinta di antara keduanya. Konyol sekali, lalu apa tujuan mereka menjalin hubungan selama ini bahkan sampai menyeret-nyeret rencana untuk menikah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Divorced with Benefits
Romance[TSDP #7] Gista Syaril merasa hidupnya sudah berada di titik yang diimpikan: menjadi wanita mandiri, sibuk, mapan, hebat, sesuai dengan checklist yang sejak dulu tersemat di balik notes kecilnya. Namun menurutnya, pencapaian tertinggi yang berhasi...