[TSDP #7]
Gista Syaril merasa hidupnya sudah berada di titik yang diimpikan: menjadi wanita mandiri, sibuk, mapan, hebat, sesuai dengan checklist yang sejak dulu tersemat di balik notes kecilnya.
Namun menurutnya, pencapaian tertinggi yang berhasi...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Udah liat cover baru? Ganteng banget Duda Ugal-ugalan kita masyaAllah, Sahabat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Maafin yaaa kayaknya minggu ini nggak bisa ngasih bonus update di hari laiiin karena aku sibuk harus ngebut kerjaan biar bisa pergi pas weekend huhu
Terus ya. Kemarin tuh sebenernya aku udah ngetik nyampe 1700 words dan ilang begitu ajaaaa. Habis itu nulis lagi, dapet 1500 words. Ilang lagiiiiii. Hadeeee sampe nangis akuuuu. Makanya kesel banget sampek males buka-buka draft lagi. Jadi ini tuh tulis ulang ketiga kali dengan mood yang udah ga keruan. Tandain aja kalau banyak typo yaaa🤧🤧🤧
Semoga suka. Semogaaa semakin ditungguin Kalilnya :P
Mana dong apinya untuk mengobati kekesalanku WKWK. Ini 3000+ kata lhoooo 😡🫶🏻❤️🔥
***
16 years ago ....
Di meja belajar, di dalam sebuah ruangan khusus untuk les privat, Om Adyaksa datang mendistraksi waktu belajarnya. Buku-buku soal di hadapannya dia abaikan, kini dia tengah menatap sebuah kalung di dalam kotak perhiasan yang dibawa oleh pria di hadapannya. Kalil perhatikan butir-butir perak itu. Dia hitung, jumlahnya sebelas, sama seperti butir yang dia pesan, sesuai dengan tanggal lahir Gista. Dia lihat bagian belakang liontin, ada inisial G terukir di sana. Jadi benar, kalung itu adalah kalung yang sebelumnya Kalil pesan khusus untuk Gista.
"Ditemukan di mana?" tanya Kalil sambil mendongak.
"Di salah satu toko perhiasan di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Pusat."
Kalil mengangkat dua alis. Perhiasan itu dia ciptakan khusus untuk Gista, sehingga bisa mudah terlacak di mana keberadaannya. Karena dia adalah satu-satunya. "Jadi seseorang sudah menjualnya di sana?"
"Mbak Gista sendiri yang menjualnya."
Kalil mengangsurkan benda itu. "Hancurkan benda ini dan buat yang baru," ujar Kalil. "Bilang Mama, kalau Gista nggak menyukainya."
