Divorced with Benefits | [4. Titik Temu yang Tidak Diharapkan]

60.3K 6.4K 2.6K
                                    

Haiii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Haiii. Dah tiga hari kepalaku sakit banget. Kebanyakan koreksi soal sampe blenger banget ya ampun 🥹

Doain kerjaanku cepet selesai biar kita bisa gasss cerita Duda rempong ini yaaaa. Yang penting sih sehattt semuanya. ❤️

Tandai typo silakan soalnya nggak sempet edit lagi 🤧

Ini mana suara Tim Suksesnya Kalilllll setor satu emot dulu dooong. 🐬

***







17 years ago ....

Satu tahun Kalil menjadi siswa di SMA Adiwangsa.

Jika orangtuanya bertanya, apakah menikmati hidup menjadi seorang siswa? Oh, jelas. Jawabannya harus, dia tidak ingin pilihannya ditertawakan oleh orangtuanya jika terdengar sedikit saja mengeluh.

Kalil berada di jurusan MIPA, seperti apa yang dia inginkan sejak awal. Lalu dia bertemu dengan beberapa teman di organisasi OSIS. Dia menjadi salah satu bagian penting di dalamnya, melakukan banyak kegiatan dan kerap menjadi bagian dari kepanitiaan. Kalil menikmatinya. Setidaknya begitu yang harus dia tunjukkan pada kedua orangtuanya yang awalnya menentang pilihannya untuk tetap bersekolah di Jakarta.

Ada suatu siang yang sibuk, Kalil masih berada di ruang OSIS. Dia memiliki lebih banyak tugas tambahan akhir-akhir ini karena terpilih sebagai ketua panitia penyelenggara pentas seni sekolah. Di depannya, file proposal siap untuk dicetak, tapi dia menunggu hingga seseorang tiba di ruangan itu.

Gadis itu, yang selalu berjalan tergesa. Yang rambut pendeknya selalu tampak bergoyang menyentuh pundak saat langkahnya memasuki ruang OSIS. "Hai, hai, sori telattt," ujarnya. "Tadi habis ada kuis dadakan—Kal, udah terima file rancangan anggaran baru belum?" tanyanya seraya menghampiri Kalil.

Kalil mengangguk. "Udah." Dia duduk di kursi saat Gista mengambil alih laptop milik sekolah yang tengah menampakkan file proposal itu. "Udah gue revisi barusan."

"Banyak ya revisiannya?"

"Nggak kok. Dikit banget."

"Gue ngerjain rancangan anggaran sambil ngantuk-ngantuk semalam, disambi sama tugas Sejin gue yang lagi banyak banget," ujar Gista seraya men-scroll file sampai ke halaman akhir. "Besok gue presentasi, makanya semalam gue begadang—sialnya, laptop gue tiba-tiba nge-blank dan nggak bisa diapa-apain. Mana file tugas gue semua ada di situ. Belum sempat gue kirim ke G-drive."

[Sejin = Sejarah Indonesia]

"Terus?" Sejak kepanitiaan pentas sekolah terbentuk, Kalil menjadi lebih sering berinteraksi dengan gadis itu, Gista namanya. Iya, Si Pemilik Syal Biru Adiwangsa. Kalil mempercayakan gadis itu sebagai bendahara kepanitiaan. Dan sekarang, sebagai anak MIPA, dia menjadi lebih banyak tahu tentang kegiatan anak anak-anak jurusan Sosial. "Akhirnya tugas lo gimana?"

Divorced with BenefitsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang