BAGIAN 22 - Cara Sukses Mempermalukan Diri

30 3 0
                                    

Andin tak bisa tidur semalaman memikirkan kejadian siang tadi. Perasaan tertolak yang dia alami benar-benar membuatnya sedih. Meski memang Kenan tak mengatakan secara langsung, tetapi tindakannya itu sukses membikin Andin patah hati. Pikiran Andin pun teralihkan ketika dia mendengar pintu rumahnya ada yang mengetuk di jam tiga pagi.

Tok! Tok! Tok!

Andin yang baru saja melakukan shalat malam, memastikan kalau itu benar suara pintu rumahnya.

Tok! Tok! Tok!

Ketukannya terdengar lemah tetapi cukup keras di malam yang masih sunyi senyap itu. Dia tak langsung ke ruang depan, melainkan mengintip dari jendela kamar. Tadi dia sempat mendengar bunyi kendaraan berhenti di depan pagar. Namun, tak ada yang parkir di sana.

Siapa gerangan yang bertamu ke rumahnya di jam tiga pagi? Andin menutup lagi korden lalu beranjak ke ruang tamu di sebelah kamar. Dia sengaja tak membangunkan orang tuanya.

Tok! Tok! Tok!

Ketukan terdengar lagi. Tiba-tiba saja Andin merasa ragu. Dia takut kalau ternyata maling atau orang iseng. Dia pun mencari sesuatu yang bisa digunakan sebagai senjata. Setelah mencari-cari, sapu menjadi pilihan utama. Dia pun mengendap-endap ke jendela dan membuka korden sedikit di sana.

"Astaghfirullah!" serunya ketika mendapati sebuah wajah sudah menempel di kaca jendela. Andin mundur beberapa langkah. Menenangkan diri sambil terus beristighfar dalam hati. Apa itu tadi? Wajah manusia-kah atau apa? Dia pun terus mengelus dada.

Setelah beberapa saat, Andin memberanikan diri lagi dan kembali menyingkap korden. Wajah itu masih di sana! Dan dia mendekatkan kepala untuk melihat lebih jelas.

"Mas Arion?!" ucapnya sambil menutup mulut ketika paham siapa yang tengah mengetuk rumahnya. Setelah memastikan lagi keadaan di depan pagar, Andin memutar kunci dan membuka pintu. Dia semakin kaget saat mendapati posisi Arion di teras rumahnya. Lelaki itu tak sadarkan diri. Dengan sisi wajah yang masih menempel di jendela, tubuh tingginya tertelungkup tak berdaya. Andin tahu pasti apa yang terjadi pada lelaki itu.

"Andin..." lirih Arion. "Kamu-nggak-cinta-abangku-kan?" ucapnya patah-patah. "Kamu-tahu-kalau-aku-yang-cinta-kamu-kan?"

Andin semakin mengatupkan mulut mendengar kalimat Arion barusan. Belum selesai syok dialaminya, suara langkah diseret dari dalam membuat Andin semakin tak tahu harus berbuat apa.

"Andin, Nak? Ada apa?" itu suara Pak Wahab disusul oleh Bu Astrid.

Tak butuh waktu lama, mereka berdua sudah berdiri di teras bersama Andin. Menyaksikan Arion yang tergeletak tak sadarkan diri dengan bau alkohol menguar dari tubuhnya. Andin bingung. Dia linglung. Dia lemas. Dia tak tahu harus bagaimana. Belum usai rasa kecewanya pada Kenan, kali ini ditambah dengan Arion yang memunculkan diri pada dini hari dengan kondisi mabuk. Benar-benar dua anak Parviz menyebalkan!

# # #

Beberapa jam sebelum kejadian.

Berkali-kali Arion mencoba menghubungi Kenan, tetapi tak bisa. Teleponnya tidak aktif. Dia pun beralih pada Tere dan sama saja. Tak ada jawaban pula. Sepertinya mereka berdua benar-benar menikmati acara itu. Arion menggeleng resah. Mereka belum tahu, di saat mereka bersenang-senang, ada perempuan yang menangis di balik semuanya.

Arion langsung teringat pada obrolannya dengan Andin di taman kampus. Dia tahu betul bagaimana ekspresi Andin saat itu. Gelagatnya begitu aneh setelah acara makan malam dan bertemu Kenan. Dia juga bilang kalau orang yang pernah dia cintai di masa lalu, kini datang lagi dan mencoba membuatnya galau. Belum lagi bukti nyata sapu tangan Kenan yang keluar dari tote bag-nya. Apakah memang benar Kenan yang Andin maksud? Mendadak Arion berdiri dan mondar-mandir.

A-KU & A-MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang