BAGIAN 8 - Lika-Liku Laki-Laki

72 7 0
                                    

Kenan kembali tak bisa tidur. Hal ini sudah terjadi sejak kunjungan Arion ke rumahnya dan menanyakan kabar mengenai pemilik akun IG yang sudah lama tak dia ketahui kabarnya itu. Insomnianya pun semakin menjadi saat dia berulang kali memikirkan cara bagaimana baiknya menghubungi si pemilik akun itu terlebih dahulu, sekadar basa-basi menanyakan kabar. Sebab hampir tiga tahun lamanya mereka lost contact. Tidak mungkin jika Kenan tiba-tiba sok akrab layaknya tak terjadi apa-apa. Atau... ponselnya bergetar. Sebuah pemberitahuan dari Instagram.

Akun itu kembali mengunggah foto di feed menampilkan sebuah ruang praktek dokter dengan hiasan estetik nan rapi. Takarirnya hanya berupa emotikon cinta berwarna merah jambu. Gadis itu kembali memberitahukan keberadaannya. Apa yang harus Kenan lakukan? Dia sudah tak memiliki nomor gadis itu. Bukan karena dia telah menghapusnya, tapi karena memang gadis itu tak bisa dihubungi selama menghilang beberapa tahun.

Kenan berulang kali mengetuk tombol message di akun IG gadis itu dan beberapa kali pula dia keluarkan. Belum satu pun huruf terketik meski ruang obrolan terpampang di layar ponselnya.

"Cuma say hi, Ken." Gumamnya lagi sembari ragu-ragu menggerakkan ibu jarinya di keypad.

Beberapa detik dia berusaha mencari kata yang pas, beberapa detik pula waktu berlalu begitu saja. Kenan masih takut bila reaksi gadis itu tak seperti ekpektasinya. Apakah mungkin Tere masih marah? Kecewa? Atau terluka padanya? Dia tak tahu. Tentu tak akan tahu bila belum dia coba. Padahal bila diingat lagi kejadian yang telah lalu, banyak hal yang harus dia bahas, banyak hal pula yang harus dia luruskan.

Kenan terus mengusap dagunya, tampak berpikir ketika di suatu menit, ponselnya berbunyi dan terpampang pemberitahuan kalau akun itu mengiriminya pesan. Matanya terpaku. Dia mencoba meyakinkan kalau dia tak sedang berhalusinasi.

'Mas Ken... Apa kabar?'

Typing...

'Aku di Jakarta. Tugasku di Kutai Barat udah selesai.'

Typing...

'Banyak hal yang pengen aku sampaikan.'

Typing...

'Dan...'

Typing...

'Bisa kita ketemu?'

Kenan terpekur. Perasaan ragu dan bimbang yang menyergap selama beberapa hari itu, mendadak sirna. Kesan kaku dan sedih yang biasa merayap bila mengingat nama gadis itu, berganti dengan haru dan rindu membuncah. Apa benar yang dibacanya itu? Tere mengiriminya pesan terlebih dahulu? Tere mengajaknya bertemu? Benar-benar di luar dugaan Kenan!

Dia siap membalas ketika tiba-tiba sebuah pertanyaan mendarat lagi di pikirannya. Jika memang Tere merindukannya, kenapa gadis itu baru mengiriminya pesan setelah sekian hari tiba? Kenapa tidak langsung saja menghubungi dan menemuinya di awal kedatangan?

Berbagai pertanyaan 'kenapa?' dan 'mengapa?' terus menghantui Kenan. Sampai pada akhirnya, dia meninggalkan ruang obrolan dengan tanda 'seen' tanpa sepatah kata terketik sebagai tanggapan.

"Mungkin gue yang belum siap ketemu dia." lirihnya sembari menunduk.

# # #

Selepas adegan rolling door beberapa malam lalu, pikiran Arion semakin intens membayangkan sosok Andin. Segala hal kecil yang berkaitan dengan keberadaan gadis itu, selalu sukses membuatnya salah tingkah. Sesekali terlamun lalu menggeleng geli, memikirkan hal-hal indah yang terlintas di kepalanya. Dia heran, atau mungkin lebih tepatnya merasa aneh dengan reaksinya itu.

Apa benar yang dirasakannya ini dinamakan jatuh cinta? Jika memang seunik ini efeknya, lalu yang dia alami pada gadis-gadis sebelumnya dan dikencani dinamakan apa? Sebatas ketertarikan untuk memuaskan hawa nafsu semata? Atau sekadar mengisi rasa kesepian?

A-KU & A-MUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang